TNI AU Terima Super Hercules Ketiga, Misi Pertama Menunggu Kesiapan Pilot
Meski Super Hercules sudah ada di Tanah Air, pesawat itu masih belum bisa beroperasi. Misi pertama bagi pesawat angkut baru Indonesia perlu menunggu kesiapan pilot dan ketersediaan suku cadang.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pesawat C-130J Super Hercules ketiga yang tiba pekan lalu telah diserahkan Kementerian Pertahanan ke TNI Angkatan Udara. Pesawat itu menjadi bagian dari upaya peremajaan alat utama sistem persenjataan militer yang sudah usang. Kendati begitu, pengoperasian dan pelaksanaan misi pertamanya masih menunggu kesiapan pilot.
Pesawat dengan nomor ekor A-1343 diserahkan Wakil Menteri Pertahanan M Herindra kepada Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Agustinus Gustaf Brugman di Pangkalan TNI AU (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (15/8/2023). Sementara itu, Super Hercules bernomor ekor A-1340 dan A-1339 telah lebih dulu tiba dan diterima oleh TNI AU.
Sama seperti sebelumnya, penyerahan C-130J A-1343 dilakukan melalui seremoni penyerahan kunci, miniatur pesawat, dan pemecahan kendi. Panglima Komando Operasi Udara (Pangkoopsud) I Marsekal Muda Bambang Gunarto dan mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya (Purn) Hadiyan Sumintaatmadja turut hadir dalam prosesi tersebut.
Usai seremoni dan berkeliling melihat bagian dalam pesawat, Herindra menyampaikan, Super Hercules yang baru saja tiba merupakan komitmen dari Kemenhan untuk meningkatkan dan memodernisasi alutsista TNI. Pesawat-pesawat canggih dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan negara. ”Insya Allah, dua bulan lagi sudah sampai semua (pesanan pesawat Super Hercules). Semoga TNI akan semakin disegani baik teman maupun lawan,” ujarnya.
Kementerian Pertahanan, kata Herindra, ingin mengganti dan meremajakan seluruh alutsista, termasuk pesawat C-130H Hercules milik TNI yang sudah usang. Namun, keterbatasan anggaran membuat Kemenhan hanya mampu memesan lima. Padahal, masih ada puluhan Hercules yang butuh pembaruan.
Yang utama itu pilotnya. Saat ini TNI AU memiliki 12 pilot. Mereka membutuhkan rentang jam terbang tertentu untuk mengoperasikan Super Hercules.
Selain Super Hercules, Kemenhan juga membeli pesawat angkut lainnya, yakni dua unit Airbus A400M produksi Perancis. Prosesnya telah melalui penandatanganan kontrak dan tinggal menunggu pengantaran. ”Kami sudah kontrak dan dalam proses. Mudah-mudahan dalam waktu dekat akan diantarkan ke Indonesia,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati menuturkan, meski sudah tiba, Super Hercules yang ditempatkan di Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma belum beroperasi. Misi pertama bagi pesawat C-130J diharapkan bisa berlangsung sesegera mungkin.
”Yang utama itu pilotnya. Saat ini TNI AU memiliki 12 pilot. Mereka membutuhkan rentang jam terbang tertentu untuk mengoperasikan Super Hercules,” katanya.
Meski demikian, Agung tidak mengetahui jumlah jam terbang yang pasti. Menurut dia, pilot Super Hercules membutuhkan jam terbang yang lebih pendek ketimbang pilot pesawat tempur yang butuh 150 jam.
Selain itu, Super Hercules memiliki karakter personel yang berbeda dari pendahulunya, Hercules. Umumnya, pesawat angkut TNI AU membutuhkan tiga personel yang terdiri dari pilot, kopilot, dan navigator. Namun, Super Hercules hanya membutuhkan dua pilot dan seorang loadmaster—petugas pengatur pembagian muatan pesawat.
Super Hercules tak lagi membutuhkan peran navigator karena kokpit pesawat lebih canggih dan memiliki sistem avionik digital yang terintegrasi penuh. Bentuk ini relatif baru dibandingkan kokpit tradisional yang banyak menggunakan panel analog dan meteran lingkaran dengan jarum.
Selain kesiapan pilot, TNI AU juga masih menunggu pengantaran dukungan logistik atau consumable item. Hal ini seperti roda ban, rem, dan suku cadang lainnya. ”Meski pesawat masih baru, tetap membutuhkan suku cadang pendukung. Jadi, misalnya ada kemungkinan ban pecah saat mendarat, kru sudah siap,” ungkap Agung.
Adapun Super Hercules mampu membawa kargo hingga berat 20 ton. Jumlah itu setara dengan 8 palet atau 97 tandu, 128 pasukan tempur, serta 92 pasukan terjun payung. Pesawat juga memiliki fitur peningkatan perlindungan bahan bakar dan sistem penanganan kargo.
”Sangat cocok. Pulau-pulau di Indonesia kebanyakan memiliki landasan pacu yang pendek. Super Hercules ini bisa mendarat pada landasan dengan panjang di bawah 1.000 meter. Biar aman, tetap diusahakan mendarat pada landasan dengan panjang 1.500 meter,” katanya.