Keputusan dua parpol besar, Golkar dan PAN, bergabung dalam koalisi Gerindra dan PKB justru melecut semangat dari koalisi parpol pengusung Ganjar Pranowo. Mengapa demikian?
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Koalisi partai politik pendukung bakal calon presiden Ganjar Pranowo tidak gusar dengan keputusan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional untuk bergabung dalam koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa. Keputusan itu justru melecut semangat untuk memenangkan Ganjar. Terlebih jika berkaca pada sejarah, mereka sudah terbiasa berhadapan dengan kekuatan politik yang lebih besar.
Ketua DPP PDI-P Said Abdullah mengatakan partainya menghormati keputusan yang telah diambil oleh Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN). Keputusan yang diambil kedua partai bagian dari kedaulatan setiap partai dalam mengambil keputusan.
Namun, ditegaskannya, keputusan itu tidak akan menyurutkan langkah untuk memenangkan Ganjar. Bagi PDI-P, sudah terbiasa berhadapan dengan kekuatan politik yang lebih besar, utamanya saat pemilihan presiden (pilpres). Ia mencontohkan saat Pilpres 2014 ketika PDI-P mengusung Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), PDI-P hanya berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nasdem, Hanura, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
”Walau saat itu dari sisi jumlah dukungan partai di pilpres kami kalah jauh, tetapi dengan soliditas dan kerja politik yang kuat di akar rumput terbukti pasangan Jokowi-JK justru mampu memenangkan pilpres dengan perolehan suara 53,15 persen, sementara kompetitornya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, 46,88 persen,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (13/8/2023).
Koalisi parpol pengusung Prabowo-Hatta kala itu terdiri atas Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Bulan Bintang. Kepemilikan kursi DPR partai-partai politik itu lebih dominan daripada koalisi partai Jokowi-JK.
Saat ini, koalisi Gerindra, PKB, Golkar, PAN, plus parpol nonparlemen, Partai Bulan Bintang, pun memiliki lebih banyak kursi di DPR daripada koalisi pengusung Ganjar, yakni PDI-P, PPP, plus dua parpol nonparlemen, yakni Hanura dan Perindo. Jumlah kepemilikan kursi di DPR koalisi Gerindra cs sebanyak 265 kursi. Adapun koalisi PDI-P cs, sebanyak 147 kursi. Golkar dan PAN memutuskan bergabung dalam koalisi Gerindra-PKB sekaligus menyatakan mendukung bakal capres Gerindra, Prabowo Subianto, pada Minggu (13/8/2023).
Tak hanya dalam pilpres, Said mengingatkan, PDI-P memiliki sejarah panjang sebagai partai yang terbiasa dikeroyok secara politik.
”Pada masa Orde Baru kami mengalami hal itu dan pada masa Jokowi-JK. Oleh sebab itu, bagi segenap kader PDI Perjuangan perlu kami ingatkan, kita pernah mengalami pahit getirnya sejarah, justru dari pengalaman panjang itulah, kita harus memperkuat mental juang. Kita harus bisa setegak-tegaknya melalui jalan terjal politik, dan dengan begitulah mental juang kita terbentuk,” tambahnya.
PDI-P tetap yakin akan bisa memenangkan Pilpres 2024 dengan rekan koalisi, PPP, Hanura, dan Perindo. PPP disebutnya memiliki kekuatan barisan kiai dan santri. Perindo memiliki jaringan kekuatan media dan Hanura yang punya kekuatan pendukung utamanya di luar Jawa.
”Konfigurasi politik dengan latar belakang yang beragam dan saling melengkapi telah menjadi modal dasar politik yang penting untuk memenangkan Ganjar Pranowo,” tambahnya.
Ditambah lagi, Ganjar diyakini sebagai figur yang prospek magnet elektoralnya besar. Gubernur Jawa Tengah itu juga memiliki banyak keunggulan komparatif, seperti rekam jejaknya yang baik selama memimpin Jawa Tengah, komitmennya yang tinggi terhadap pemerintahan yang bebas korupsi, dan bebas konflik kepentingan, serta komitmennya menjalankan politik kebangsaan yang menjaga toleransi, keragaman budaya, suku dan agama, serta pribadinya yang santun, dan rendah hati. ”Potensi inilah yang akan terus kami sampaikan ke rakyat,” ujar Said.
Kans Sandiaga membesar
Senada dengan PDI-P, PPP pun tidak gusar. Menurut Ketua Majelis Pertimbangan PPP, M Romahurmuziy, keputusan yang diambil oleh Golkar dan PAN tidak mengejutkan.
”Dukungan PAN kan konsekuensi kemungkinan Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) akan digandeng oleh Pak Prabowo. Jadi sudah lama kita prediksi kalau PAN akan melabuhkan pilihan di mana Pak Erick berlabuh. Kalau Golkar memang sayup-sayup sudah kita dengar akan ke Pak Prabowo, karena memang secara chemistry Golkar lebih dekat dengan Gerindra mengingat Pak Prabowo dulunya juga kader Golkar. Apa pun, Golkar didirikan almarhum Pak Soeharto yang juga pernah menjadi mertua dari Pak Prabowo,” jelasnya.
Keputusan Golkar dan PAN pun membuat PPP bersemangat. Pasalnya, keputusan kedua partai justru dinilai membuat peluang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sekaligus Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Sandiaga Salahuddin Uno, untuk menjadi pendamping Ganjar di Pilpres 2024, semakin besar.
”Lecutan semangat itu terbukti, atas permintaan para santri dari seluruh pelosok Indonesia, sore ini insya Allah, saya bersama perwakilan santri se-Indonesia akan mendeklarasikan terbentuknya relawan ”Sarung Ganjar” (Santri Mendukung Ganjar). Ini bentuk dukungan nyata para santri kepada Mas Ganjar yang adalah keluarga besar santri karena mertua beliau Kiai Supriyadi, beberapa periode menjadi ketua PC Nahdlatul Ulama Purbalingga, Jateng. Mas Ganjar juga memiliki keluarga yang sakinah, kepribadiannya bersahaja, lahir dari rakyat kebanyakan dan akan terus bersama rakyat, serta bersih dari segala persoalan hukum dan HAM,” jelasnya.