Ganjar: Komitmen Menghadirkan Pemerintahan Bersih dan Melayani
Ganjar menyatakan pentingnya pemerintahan yang bersih dan melayani. Dalam wawancara khusus selama satu jam bersama ”Kompas”, Ganjar mengungkapkan, kedua hal itu menjadi landasan kuat untuk Indonesia bergerak maju.
- Bagi Ganjar, jika memang ingin dekat dan dicintai rakyat, pejabat itu memang harus turun ke bawah sehingga memahami masalah masyarakat yang sesungguhnya.
- Pemerintahan bersih dan melayani, yang menjadi gagasan dan cita-cita Ganjar untuk Indonesia ke depan.
- Ganjar menyatakan, jika ke depan ingin menggenjot infrastruktur, dengan kondisi pemerintahannya sudah bersih dan melayani, dipastikan semuanya akan beres.
Selama lebih dari satu jam, pada pertengahan Mei 2023, Kompas berbincang dengan Ganjar Pranowo, mulai dari ”politik joging” hingga pesan Presiden Joko Widodo kepadanya soal tantangan geopolitik dan nasional ke depan. Dengan bermodalkan pengalaman empat kali menduduki jabatan publik, Ganjar menawarkan gagasan pemerintahan Indonesia yang bersih dan melayani. Jika dua hal itu tercapai, akan menjadi fondasi kuat untuk Indonesia bergerak maju.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Mobil Toyota Innova berwarna hitam masuk ke lobi Kantor Perwakilan Jawa Tengah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tak lama kemudian, Ganjar Pranowo turun dari mobil dan menyapa kami yang sudah menanti kehadirannya.
Ganjar baru saja menunaikan shalat Jumat. Ia terlihat mengenakan baju koko berwarna merah, sarung batik coklat, lengkap dengan kopiah hitam. Ia juga tak mengenakan sepatu, tetapi hanya mengenakan sandal selop berwarna hitam.
Kami dipersilakan masuk ke dalam kantornya dan menunggu di sebuah ruangan. Kami lantas disuguhi berbagai makanan, salah satunya soto. Yang menarik, di atas meja rupanya terhidang pula dodol Amurang, makanan khas tanah Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. ”Saya baru malam tadi pulang dari Sulawesi,” ujar Ganjar seraya menghampiri kami.
Semenjak resmi ditetapkan sebagai bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada 21 April 2023, Ganjar memang mulai tancap gas, berkunjung ke sana kemari, terutama ke daerah-daerah di luar Jawa Tengah. Mulai dari Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, hingga Bali. Semua dilakukan dalam upaya konsolidasi pemenangan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Tak hanya ke kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDI-P, Ganjar juga selalu menyempatkan berkunjung ke kantor Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) karena PPP merupakan salah satu partai yang telah resmi menyatakan dukungan terhadap dirinya. Saat ini, dukungan terhadap Ganjar bertambah, yaitu dari Partai Perindo.
Kegiatannya itu tak lantas menyita habis waktunya mengingat sampai saat ini ia menjabat Gubernur Jawa Tengah. Ganjar mengungkapkan, di hari kerja, Senin hingga Jumat, ia fokus menjalankan tugas-tugasnya sebagai pemimpin daerah Provinsi Jateng. Selebihnya, di akhir pekan dan hari libur, baru ia gunakan untuk berkunjung ke berbagai daerah di luar Jawa.
Baca juga: Serba Mendadak di Batutulis Saat Pengumuman Ganjar sebagai Capres PDI-P
Di setiap kunjungannya ke daerah di luar Jawa pun, ia mengaku tetap berkoordinasi dengan kepala-kepala dinas di Pemerintah Provinsi Jateng serta semua kepala daerah di Jateng dengan memanfaatkan aplikasi percakapan. Agar tetap bisa melayani warga Jateng, Ganjar secara rutin mengecek laporan warga di situs ”LaporGub!”.
”Jadi, di situ (situs LaporGub!) saya baca (laporan warga). Misal, lho ini kok belom direspons. Masalah yang banyak itu kami selesaikan. Tidak ada hubungan hari libur dan jam kerja,” ucap Ganjar.
Politik olahraga
Dalam setiap kunjungannya ke daerah-daerah, Ganjar tidak pernah lepas dari kegiatan olahraga, entah itu bersepeda ataupun joging. Sembari berolahraga, Ganjar merasa lebih senang karena bisa bertemu dan menyapa masyarakat secara langsung. Pertama, ia mendapat manfaat dari olahraganya. Kedua, ia bisa sekaligus mengetahui berbagai masukan dan keluhan dari masyarakat.
Bagi Ganjar, jika memang ingin dekat dan dicintai rakyat, pejabat itu memang harus turun ke bawah sehingga memahami masalah masyarakat yang sesungguhnya.
Dengan langsung turun ke gang-gang, ia mengetahui keluhan masyarakat, mulai dari jalan rusak, anak tidak bisa sekolah, hingga warga yang terlilit masalah utang akibat pinjaman uang tunai secara onlineatau pinjol. ”Politik olahraga saya itu sudah melekat di saya sebelum ramai-ramai ’copras-capres’ ini,” katanya.
Hingga beberapa waktu lalu, olahraga bersepeda lebih rutin dilakukan Ganjar karena bisa berkeliling dan menjangkau warga Jateng di banyak tempat. Namun, setelah mengalami insiden jatuh dari sepeda dan mengakibatkan patah tulang hasta, Ganjar mulai mencari olahraga yang lebih aman dan ringan. Muncullah ide joging.
Namun, Ganjar mengungkapkan, mau berubah jenis olahraga pun tetap dipandang berbeda oleh sebagian kalangan, terlebih setelah PDI-P mengusungnya sebagai bakal capres. ”Problemnya sekarang itu, jogingnya, sepedaannya, menjadi politik. Apalagi, kamera di mana-mana. Padahal, saya jalan kaki ke kampung-kampung dan pasar-pasar, itu (sudah) dari dulu, ya, sama,” ucap Ganjar.
Ketika cara itu bisa membawa berkah dan mengungkit elektabilitasnya, ia mensyukurinya. Bagi Ganjar, jika memang ingin dekat dan dicintai rakyat, pejabat itu memang harus turun ke bawah sehingga memahami masalah masyarakat yang sesungguhnya.
Baca juga: Hasil Rapimnas, PPP Akan Lobi PDI-P agar Sandiaga Jadi Pendamping Ganjar
Ingatan Ganjar pun terlempar ketika awal maju sebagai gubernur Jawa Tengah pada 2013 silam. Kala itu, PDI-P sebagai partai pengusungnya membuat sebuah penelitian terkait dengan apa saja problem atau isu yang menjadi perhatian masyarakat.
Ternyata, masyarakat Jawa Tengah merindukan sosok pemimpin yang bersih, jujur, dan tidak hanya mengumbar janji semata. Dari sini, kemudian muncul tagline: ”mboten korupsi, mboten ngapusi” (tidak korupsi, tidak membohongi).
Setelah terpilih menjadi gubernur, Ganjar pun langsung mengingatkan jajarannya agar bisa memberikan pelayanan yang cepat kepada publik. Pemerintah harus merespons masalah sekecil apa pun di masyarakat. Jika mentok, gubernur harus turun tangan.
”Saya menelepon sana-sini. Saat saya turun tangan, saya jawab satu (per) satu (pertanyaan warga) di media sosial. Dikritik lagi, gubernur kok kurang kerjaan, mestinya dilembagakan pakai sistem. Saya bilang, sistem kalau tidak dikontrol juga tidak bisa jalan,” kata Ganjar.
Ganjar juga sejak awal menegaskan kepada jajarannya di Jateng untuk menjaga pemerintahan tetap bersih. Tak boleh sampai ada jual beli jabatan, suap perizinan, sampai pemerasan kepada publik. Terhadap mereka yang tidak siap dengan sistem itu, terpaksa harus dicopot.
”Semua mencaci-maki. Apalagi saya baru masuk menjadi gubernur, wahblack mail tiap hari. Saya tahu, ini yang melakukan staf-staf saya dan kelompok-kelompok di sekitarnya yang mungkin kenyamanannya pasti akan terganggu,” ujar Ganjar.
Dua hal inilah, yakni pemerintahan bersih dan melayani, yang menjadi gagasan dan cita-cita Ganjar untuk Indonesia ke depan. Ia berharap, dengan sederet pengalamannya selama empat periode duduk di jabatan publik, yakni dua periode sebagai anggota DPR dan dua periode sebagai Gubernur Jawa Tengah, bisa menambah keyakinan publik untuk memilihnya di Pilpres 2024.
”Nah, kalau sudah pemerintahannya bersih, melayaninya juga bisa, ini good governance-nya berjalan, tata kelola pemerintahan yang baik berjalan. Kalau sudah berjalan (sebagai) fondasi, di atasnya jauh lebih gampang,” katanya.
Baca juga: Gus Muhaimin: Mewujudkan Keadilan Politik dan Kesejahteraan Hidup
Ganjar memberikan contoh, jika pemerintahan ke depan ingin menggenjot infrastruktur, dengan kondisi pemerintahannya sudah bersih dan melayani, dipastikan semuanya akan beres. ”Pekerjaannya, ya, berkualitas karena dia bersih. Tetapi, seandainya pemikirannya, ini proyek besar, berapa yang bisa diambil dan semua berkepentingan, saat itulah kerusakan terjadi,” ucapnya.
Ganjar merasa beruntung karena memiliki kedekatan dengan Presiden Joko Widodo. Bahkan, kerap kali, Ganjar menyebut Presiden Jokowi sebagai mentornya di pemerintahan. Bukan tanpa alasan. Pernah suatu kali, seusai shalat Idul Fitri di Masjid Raya Sheikh Zayed, Kota Surakarta, Jawa Tengah, akhir April 2023, Ganjar berdiskusi banyak dengan Presiden Jokowi selama hampir 50 menit terkait persoalan negeri ke depan.
Jokowi bercerita bagaimana tidak mudahnya mengurus negara, apalagi pasca-pandemi Covid-19 dan di tengah situasi dunia yang mempunyai kecenderungan multipolar. Dari obrolan itu, terselip semangat Presiden pertama RI Soekarno di mana Indonesia harus mempunyai kedaulatan di bidang politik. Di tengah posisi dunia, Indonesia juga harus mempunyai determinasi.
Ganjar memberikan contoh, jika pemerintahan ke depan ingin menggenjot infrastruktur, dengan kondisi pemerintahannya sudah bersih dan melayani, dipastikan semuanya akan beres.
Kemudian, dari sisi ekonomi, juga tidak mudah. Konflik antarnegara tidak kunjung berhenti. Tak hanya perang fisik seperti Rusia dan Ukraina, tetapi juga ada perang ekonomi antara Amerika Serikat dan China.
Di tengah situasi tersebut, Jokowi pun mengingatkan Ganjar agar bisa membangun kerja sama dengan negara-negara lain, entah itu dalam konteks ilmu pengetahuan, ekonomi, ataupun mengarah pada keamanan wilayah masing-masing.
”Rasa-rasanya, secara geopolitik, kita harus sudah melek, memikirkan ini. Tinggal sekarang ujian kita sebagai bangsa, seberapa cerdas bisa menangkap peluang-peluang itu,” kata Jokowi saat itu kepada Ganjar.
Untuk persoalan dalam negeri, Jokowi juga menekankan kepada Ganjar terkait pentingnya hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri. Namun, Ganjar menangkap pesan Jokowi ini sebagai rencana besar menuju industrialisasi.
Lihat juga: Menyelami Taktik Ganjar Pranowo Merebut Hati Warga
Tetap terukur
Ganjar menyampaikan pandangannya bahwa proses menuju industrialisasi ini juga mesti dibangun dengan hati-hati dan terukur. Dalam hal ini harus dipikirkan pula persoalan memanfaatkan bonus demografi dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Jika salah urus, ini menjadi bahaya. Sebaliknya, jika berhasil, Ganjar menyatakan, ini akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat bagi Indonesia.
Pandangannya soal tantangan Indonesia ke depan itu diakui Ganjar adalah berkat nyantri dengan Presiden Jokowi, para menteri, dan para tokoh dari luar negeri. ”Saya orang beruntung saja hari ini. Saya bisa berkomunikasi dengan Presiden Jokowi, banyak menteri, para tokoh dari luar negeri, dan itu kami cukup intens komunikasinya. Minimal saya ‘nyantri’ atau ‘ngaji’ dengan mereka untuk bisa tahu persoalan bangsa hari ini dan ke depan,” ujarnya.
Ganjar mengungkapkan, pengetahuan yang diperoleh dari ”nyantri” itu menjadi bekal bagi dirinya menyusun strategi Indonesia ke depan, baik untuk kepentingan ideologis, politik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Sebagai fondasinya, Ganjar mengingatkan bahwa jabatan publik yang selama ini ia emban cukup menjadi gambaran bagaimana cita-cita awal akan terlaksana, yakni menciptakan pemerintah yang bersih dan melayani.