Perjumpaan elite politik lintas koalisi saat peluncuran buku ”Tetralogi Transformasi AHY” menjadi kesempatan untuk saling mengintip kekuatan koalisi.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) bersama Ketua DPP PDI-P Puan Maharani yang hadir sebelum acara Peluncuran Buku Tetralogi Transformasi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Pertemuan sejumlah elite lintas koalisi yang kian intens menjadi upaya saling mencari informasi mengenai dinamika di setiap poros. Hal itu dilakukan untuk memetakan kekuatan lawan sekaligus mencari peluang terbaik yang bisa didapatkan partai dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2024. Oleh karena itu, peta koalisi diprediksi masih akan berubah hingga pendafaran calon presiden dan wakil presiden pada Oktober.
Perjumpaan antarelite lintas koalisi terakhir terjadi dalam perayaan ulang tahun Ketua Umum Partai DemokratAgus Harimurti Yudhoyono sekaligus peluncuran buku Tetralogi Transformasi AHY, Kamis (10/8/2023) malam. Dalam acara tersebut, hadir di antaranya bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Agus, Puan, dan Muhaimin yang kini berada di poros koalisi berbeda bakal calon presiden (capres) yang juga berbeda itu sempat bercengkrama sambil makan bersama di satu meja.
Agus Harimurti Yudhoyono dalam jumpa pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (11/8/2023), mengungkapkan, meski sering dipersepsikan berbeda, hubungan di antara para elite terbangun dengan baik. Mereka terus menjaga komunikasi satu sama lain untuk saling mencari informasi mengenai dinamika yang terjadi di koalisi masing-masing.
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan keterangan pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (11/8/2023).
Saat ini, sudah terbentuk tiga poros koalisi berdasarkan bakal capres yang didukung. Di samping KPP yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, ada pula gabungan PDI-P, PPP, Perindo, dan Partai Hanura yang mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Selain itu, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), terdiri dari Partai Gerindra dan PKB, yang sudah memiliki kesepahaman untuk mendukung Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
“Nah, semua juga masih dalam dinamikanya masing-masing, saling intip boleh, bagaimana di sana, kalau di sini bagaimana. Ya itulah komunikasi, bagian dari kita membuka peta yang mungkin belum diketahui sebelumnya,” ungkap Agus.
Menurut Agus, upaya memetakan situasi di koalisi lain itu penting untuk mencapai tujuan berpolitik praktis, yakni memenangi kontestasi Pilpres 2024. Kemenangan itu harus terlebih dulu dicapai sebelum mewujudkan cita-cita perubahan dan perbaikan bangsa.
Kendati demikian, menurut Agus, dalam pembicaraan antara dirinya, Puan, dan Muhaimin, tidak ada upaya saling menggoda agar suatu parpol berpindah dari koalisinya masing-masing. Semua pihak tetap menghormati pilihan satu sama lain walaupun situasi selalu dinamis. “Bikin penasaran, betul, karena memang belum ada yang pasti. Yang pasti nanti kalau sudah didaftarkan di KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Kemudian kita sama-sama masuk menjadi kontestan pilres dan pemilu,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto berbicara dalam pelatihan juru kampanye tingkat nasional untuk menghadapi Pemilu 2024 di Sekolah Partai DPP PDI-P, Jakarta, Sabtu (5/8/2023).
Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, dialog antarpimpinan parpol sangat penting. Dialog menjadi kunci untuk mencari kesamaan politik untuk membuka ruang kerja sama, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif. Pada saat yang bersamaan, pihaknya juga terus memperkuat eksistensi partai di akar rumput.
Mengenai dinamika kerja sama parpol, menurut Hasto, meski saat ini sudah terbentuk tiga poros berdasarkan bakal capres yang didukung, sebenarnya gabungan parpol yang satu tetap berhubungan dengan yang lain. Ia mengibaratkan parpol-parpol berada dalam bejana berhubungan sehingga yang terjadi pada satu poros akan memengaruhi poros lainnya.
”Satu dan yang lainnya saling memengaruhi, itulah makna saling mengintip,” kata Hasto.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid yang turut hadir dalam pertemuan Kamis lalu mengatakan, saat itu Muhaimin, Puan, dan AHY berdiskusi mengenai politik secara umum. Meski berada dalam koalisi yang berbeda, silaturahmi di antara mereka tetap terjalin. ”Mbak Puan dan Mas AHY hubungannya semakin erat dengan Gus Muhaimin. Semuanya putra-putri terbaik bangsa, perlu saling komunikasi yang intens,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid (kiri) dan Wakil Sekretaris Jenderal PKB Syaiful Huda saat memberi materi pembuka diskusi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Mendengar: Gus Imin Pilih Siapa? di Kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jakarta, Selasa (1/8/2023).
Ia menegaskan, tidak ada upaya saling menawarkan untuk berpindah koalisi dalam pembicaraan itu. Kendati demikian, ia tidak memungkiri PKB akan mempertimbangkan koalisi yang memberikan peluang paling besar bagi Muhaimin Iskandar untuk menjadi peserta pilpres, baik sebagai capres maupun cawapres. Sebab, PKB berkewajiban untuk mewujudkan mandat Muktamar PKB 2019, yakni mengusung Muhaimin di Pilpres 2024.
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, melihat, parpol saling mengintip dinamika di koalisi lain untuk melihat kelebihan dan kekurangan di setiap koalisi. Mereka akan berusaha mengidentifikasi parpol mana yang menjadi pimpinan koalisi dan model akomodasi kepentingan seperti apa yang ditawarkan. Nantinya, itu akan jadi pertimbangan untuk mendekati parpol atau koalisi yang disasar.
”(Dari saling mengintip itu) parpol akan menghitung untung rugi dari sebuah koalisi yang ada,” katanya.
Peneliti Senior Lab 45 Haryadi menambahkan, upaya parpol untuk memetakan kekuatan koalisi juga terjadi karena belum ada penetapan bakal cawapres. Ada koalisi yang masih akan berayun dari satu poros ke poros lainnya untuk mencari kemungkinan terbaik yang bisa didapatkan. Oleh karena itu, ia memprediksi, peta koalisi masih akan berubah hingga pendaftaran capres/cawapres berlangsung nanti.