Bertemu di GBK, Puan-AHY Upayakan Rekonsiliasi PDI-P dan Demokrat
Puan dan AHY berupaya membangun rekonsiliasi antara PDI-P dengan Partai Demokrat setelah hampir dua dekade selalu berseberangan secara politik.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·5 menit baca
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/6/2023).
Puan dan AHY akhirnya bertemu di kawasan GBK, Jakarta, Minggu pagi, setelah hampir dua dekade komunikasi PDI-P dan Demokrat tidak lancar.
Baik Puan maupun AHY menyadari pentingnya rekonsiliasi untuk membangun bangsa.
Keduanya sepakat untuk mewujudkan Pemilu 2024 sebagai pemilu yang damai.
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-PPuan Maharani dan Ketua Umum Partai DemokratAgus Harimurti Yudhoyono bertemu di Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (18/6/2023) pagi. Setelah hampir dua dekade PDI-P dan Demokrat berada dalam posisi berseberangan dan komunikasi tak lancar, keduanya kini berkomitmen untuk mengedepankan politik rekonsiliasi guna membangun bangsa. Baik Puan maupun Agus sepakat, Pemilu 2024 harus menjadi pesta demokrasi lima tahunan yang damai dan menggembirakan.
Puan Maharani bertemu dengan Agus Harimurti Yudhoyono di Kawasan Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu sekitar pukul 09.00 setelah berjalan dari rumah dinas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di bilangan Kuningan, Jakarta. Puan yang didampingi sejumlah politisi PDI-P di antaranya Alex Indra Lukman dan Krisdayanti disambut oleh Agus yang sudah lebih dulu tiba di GBK.
Selain Agus, hadir pula sejumlah petinggi Demokrat, di antaranya Sekretaris Jenderal Demokrat Teuku Riefky Harsya, anggota Majelis Tinggi Demokrat Syarief Hasan, Ketua DPP Demokrat Didik Mukrianto, dan Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon. Sementara itu, para elite PDI-P yang juga sudah lebih dulu hadir di antaranya Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDI-P sekaligus Ketua Fraksi PDI-P di DPR Utut Adiyanto, Ketua DPP PDI-P Bambang “Pacul” Wuryanto, serta fungsionaris PDI-P Andreas Hugo Pareira dan Masinton Pasaribu.
Setelah saling menyapa, Puan dan Agus berbincang secara tertutup sambil menyantap bubur selama satu jam. Usai pertemuan itu, keduanya berjalan bersama menghampiri awak media untuk menyelenggarakan jumpa pers. Saat membuka jumpa pers, Puan dan Agus yang didampingi Hasto Kristiyanto dan Teuku Riefky Harsya menyempatkan diri untuk saling memuji.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (dari kiri ke kanan) berjalan bersama di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/6/2023).
Agus mengapresiasi Puan yang berjalan sekitar tujuh kilometer dari kediamannya menuju GBK. Begitu pula Puan menyatakan kecocokan mengobrol dengan Agus karena sudah seperti kakak beradik. “Kalau enggak ingat waktu, saya tadinya mau terus ngobrol, ternyata banyak sekali yang bisa diomongin, seperti kakak adik. Tadi Mas AHY bilang, Mbak, boleh ya saya menganggap Mbak seperti kakak. Ya iya boleh, dong,” tutur Puan.
Menurut Puan, ini merupakan pertemuan yang sudah dinantikan, tidak hanya oleh publik tetapi juga oleh dirinya dan Agus. Sebab, melalui pertemuan ini, keduanya dapat berdiskusi tentang pembangunan bangsa yang tidak hanya perlu dilakukan melalui politik praktis, yakni penyelenggaraan pemilu. Pembangunan bangsa juga harus memerhatikan dinamika yang terjadi sebelum, saat penyelenggaraan, dan setelah pemilu.
Untuk mencapai kesamaan pandang secara komprehensif, dibutuhkan komunikasi terus menerus. Tanpa pertemuan langsung, kesalahpahaman antarkedua pihak rentan terjadi. “Jadi, ini memang pertemuan pertama. Tetapi insya Allah bukan yang terakhir,” kata Puan.
Puan pun memastikan, pertemuannya dengan Agus bukan sekadar gimik. Perbedaan partai politik (parpol) dan jabatan publik pun luruh karena keduanya sudah menganggap sebagai keluarga. Selain itu, kesamaan sebagai sesama anak mantan presiden yang ingin memajukan bangsa juga membuat Puan dan Agus mampu melampaui berbagai perbedaan, tidak terkecuali dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.
Walaupun sekali lagi belum tentu selalu pada posisi dan sikap yang sama, tapi insya Allah untuk bangsa dan negara, politik rekonsiliasi seperti ini sangat dibutuhkan dan dinantikan oleh masyarakat Indonesia
“Kami berharap, pemilu ke depan adalah pemilu damai, pemilu yang gembira, pemilu yang bisa membuktikan bahwa pesta demokrasi adalah pestanya seluruh rakyat Indonesia,” ujar Puan.
Politik rekonsiliasi
Agus menambahkan, PDI-P dan Demokrat merupakan parpol yang sama-sama pernah menjadi penguasa sekaligus pernah pula berada di luar pemerintahan. Tak banyak parpol yang bisa memiliki pengalaman paripurna seperti itu. “Namun demikian, kita juga tahu dalam kurun waktu dua dekade terakhir ini paling tidak dari 2004 hingga tahun ini, seringkali dianggap komunikasi dan hubungan antara kedua partai belum bisa berjalan dengan sebaik yang diharapkan,” ungkapnya.
Sekalipun mengakui adanya friksi selama dua dekade antara PDI-P dan Demokrat, Agus menegaskan bahwa ia tak ingin membahas masa lalu. Ia, bahkan, berharap pertemuan ini bisa menjadi oase bagi perpolitikan nasional. Sebab, politik praktis memang kerap menempatkan seseorang atau parpol dalam posisi berbeda. Akan tetapi, persahabatan dan hubungan baik bisa membawa mereka pada pencarian solusi atas semua masalah yang dihadapi.
“Walaupun sekali lagi belum tentu selalu pada posisi dan sikap yang sama, tapi insya Allah untuk bangsa dan negara, politik rekonsiliasi seperti ini sangat dibutuhkan dan dinantikan oleh masyarakat Indonesia,” kata Agus.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani (kiri) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) menyampaikan keterangan pers di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/6/2023).
Ia menambahkan, masa depan adalah milik generasi muda. Puan disebut sebagai perempuan pemimpin dan politisi dengan rekam jejak politik yang lengkap baik di eksekutif maupun legislatif. Sama halnya dengan Puan, Agus juga ingin punya komitmen yang sama.
Oleh karena itu, ia berharap pertemuan dengan Puan ke depan tidak hanya membicarakan politik praktis, tetapi juga berbagai isu kebangsaan, negara, dan rakyat, yang bisa dirajut bersama. “Saya termasuk yang ingin terus memberikan manfaat dan juga berperan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan latar belakang yang berbeda, tetapi sekarang dalam dunia politik yang sama,” ujar Agus.
Kerenggangan hubungan PDI-P dan Demokrat tak lepas dari perbedaan pandangan antara Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di masa lalu. Saat Megawati menjabat sebagai Presiden pada 2001-2004, Yudhoyono diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di Kabinet Gotong Royong. Hubungan keduanya mulai renggang beberapa bulan menjelang pemungutan suara Pemilu Legislatif tahun 2004.
Kurang dari satu bulan sebelum pemungutan suara pileg digelar, tepatnya Maret 2004, Yudhoyono memilih mundur dari jabatan Menkopolkam dengan alasan kewenangannya "dipreteli". Saat itu sudah tersiar informasi bahwa Yudhoyono akan maju dalam Pilpres 2004 setelah membentuk Partai Demokrat pada tahun 2003.
Mural bergambar wajag Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa menghiasi tembok di kawasan Petukangan Selatan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022).
Keduanya menjadi rival politik pada Pilpres 2004. Megawati yang kala itu berpasangan dengan Hasyim Muzadi dan Yudhoyono yang didampingi Jusuf Kalla, berhasil lolos ke pilpres putaran kedua. Dalam kontestasi itu, Yudhoyono-Kalla menang dan dilantik menjadi Presiden-Wakil Presiden periode 2004-2009.
Megawati dan Yudhoyono kembali berhadapan pada Pilpres 2009. Kala itu, Megawati berpasangan dengan Prabowo Subianto, sedangkan Yudhoyono menggandeng Budiono. Lagi-lagi, Yudhoyono keluar sebagai pemenang dan melanjutkan pemerintahannya hingga 2014.
Sejak kalah di Pilpres 2004, PDI-P kembali berada di luar pemerintahan hingga Yudhoyono menyelesaikan dua periode kepemimpinannya pada 2014. Kondisi pun berbalik saat PDI-P memenangi Pileg sekaligus Pilpres 2014 dan 2019. Selama dua periode pemerintahan terakhir, giliran Demokrat yang memilih konsisten berada di luar pemerintahan.