Beramai-ramai Memainkan Angklung, Persembahan untuk HUT Ke-78 RI
Lebih dari 15.000 orang memainkan dua lagu dengan angklung. Harmoni melodi angklung mengalun dan menjadi pemecah rekor dunia.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
Pada Sabtu (5/8/2023) siang kemarin, lelaki dan perempuan berpakaian putih dan atribut merah yang jumlahnya mencapai 15.000 orang antre memasuki Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Mereka terbagi dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 40 orang. Di dalam stadion, mereka kemudian memenuhi kursi-kursi yang tersedia. Panas terik tak jadi soal.
Di dalam stadion, mereka bersama-sama memainkan angklung. Pertama-tama, lagu ”Berkibarlah Benderaku” yang diciptakan Ibu Sud dimainkan sampai tiga kali. Lagu penuh semangat ini dimainkan para pemain angklung dengan konsentrasi tinggi karena nada-nada yang berubah dengan cepat. Semua pemain memperhatikan tanda yang ditunjukkan oleh tangan pemandu sembari memainkan angklungnya.
Permainan angklung lalu disambung dengan lagu ”Wind of Change” yang dipopulerkan band asal Jerman, Scorpion. Lagu yang sendu bercerita perubahan setelah Tembok Berlin pemisah Jerman Barat dan Timur diruntuhkan serta persaudaraan ini menjadi pamungkas.
Semua pemain memperhatikan tanda yang ditunjukkan oleh tangan pemandu sembari memainkan angklungnya.
Lagu bertempo lebih lambat ini mengalun sendu dan langsung bersambut tepuk tangan riuh. ”Gila, merinding, merinding,” kata salah seorang wartawan setelah dua lagu tersebut rampung.
Sambil menanti para penilai dari Guinness World Records memvalidasi jumlah peserta dan rekor yang tercipta, para peserta kembali memainkan lagu ”Mengejar Matahari” yang dipopulerkan Ari Lasso. Di saat itu, grup musik Kahitna juga memeriahkan acara ini.
Penilai dari Guinness World Records Sonia menyampaikan, rekor sebelumnya adalah ensambel angklung dengan 5.180 peserta. Karenanya, selain jumlah pemain harus melampaui rekor sebelumnya, lagu yang disepakati juga harus berhasil dimainkan bersama.
Di bagian akhir, Sonia mengumumkan 15.110 sebagai angka peserta ensambel angklung ini. Dia memberikan pujian bahwa penampilan ini menunjukkan kerja tim, harmoni, serta menyebut sebagai ensambel yang cantik.
Memecahkan rekor
Pergelaran angklung terbesar ini memang dilangsungkan untuk memecahkan rekor dunia (Guinness World Records). Diinisiasi Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM). Untuk kegiatan ini, setiap kementerian dan lembaga termasuk TNI dan Kepolisian Negara RI mengirimkan perwakilannya untuk berpartisipasi bermain angklung bersama-sama. Bukan hanya itu, ada juga siswa-siswi SMA di Ibu Kota serta 3.000 mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang ikut serta.
Dalam acara ini, Nyonya Iriana sebagai Ibu Negara hadir bersama Presiden Joko Widodo. Selain itu, hadir pula Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Nyonya Wury Estu Handayani. Bukan hanya hadir, Nyonya Iriana, Nyonya Wury, dan Tri Suswati (istri Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian) pun bergabung dalam barisan dan memainkan angklung. Para istri menteri yang tergabung dalam OASE KIM juga ikut bermain.
Dalam acara itu pun ikut hadir, antara lain, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perdagangan Zukifli Hasan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri BUMN Erick Thohir, serta Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.
Persiapan pergelaran dengan 15.000 partisipan ini memang tak mudah. Pemandu dari Saung Angklung Udjo pun memperbaiki cara beberapa peserta memegang angklung yang dinilai masih kurang tepat. ”Ada yang megang angklungnya di bawah, nanti produksi suaranya kurang bagus. Seharusnya di depan dada,” ujar Kang Robi dari Saung Udjo.
Bukan hanya itu, ada saja yang kehilangan angklung atau angklung yang rusak. Karenanya, Saung Udjo menyiapkan cadangan alat musik bambu untuk menggantikannya.
Main angklung bersama-sama memang seru. Namun, dengan jumlah lebih dari 15.000 orang, tentu semua perlu bersatu. ”Main sendiri enggak ada artinya. Yang (nada) do, do aja. Yang (nada) re, re aja. Kalau dimainkan bersama-sama sesuai nadanya baru tercapai suara yang indah,” tutur Ronal Surapradja, yang menjadi pembawa acara bersama Melaney Ricardo.
Main angklung bersama-sama memang seru. Namun, dengan jumlah lebih dari 15.000 orang, tentu semua perlu bersatu.
Pengalaman bermain angklung dalam ensambel raksasa seperti ini membuat Wafa Tsabita dan Jasselyn Elizabeth bersemangat. Kedua siswa SMA Negeri 68 Jakarta sama-sama mengaku penasaran. ”Kami latihan (mandiri) empat kali sebulanan ini, jadi seminggu sekali,” kata Wafa, yang baru pertama kali memainkan angklung ini.
Milik Indonesia
Angklung, alat musik bambu yang secara fisik terdiri atas dua sampai empat bambu yang digantung dalam bingkai bambu serta diikat tali rotan, berasal dari Jawa Barat. Angklung yang tercatat mulai digunakan sejak abad ke-12 awalnya digunakan pada ritual pemujaan kepada Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri.
Angklung memang dari Jawa Barat, ujar Ronal, tetapi hakikatnya angklung milik Indonesia. Apalagi, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sudah memasukkan angklung dalam daftar warisan budaya manusia nonbendawi (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) sejak November 2010.
Pergelaran angklung terbesar dunia sekaligus pemecahan rekor ini pun menjadi penanda pelestarian angklung sebagai warisan budaya. Lebih jauh lagi, kebersamaan yang terbentuk dari 15.000-an pemain angklung dari berbagai instansi dan kebanyakan mungkin tak saling kenal menjadi lebih bermakna. Tri Suswati Karnavian, istri Mendagri Tito Karnavian, ini mengungkapkan, kegiatan ini dilakukan karena tekad mempersembahkan hadiah untuk hari jadi ke-78 Republik Indonesia.