Aksi para seniman jaran kepang membawa pesan bahwa terdapat berbagai macam cara untuk menyampaikan aspirasi dengan damai dan santun.
Pandemi memaksa banyak pihak mencari cara baru untuk beradaptasi. Tak terkecuali penari tradisional. Mereka kini harus membiasakan menari dengan pelindung wajah dan menari di depan kamera agar tetap bisa berkesenian.
Seni dinilai sebagai elemen penting dalam pendidikan. Seni dapat mengasah daya imajinasi, kepekaan artistik, dan kemampuan berpikir kritis.
Festival Lima Gunung Ke-19 digelar di Studio Mendut, Kecamatan Magelang, Jawa Tengah, dengan penuh kesederhanaan, Sabtu (22/8/2020). Dengan jumlah tamu terbatas, acara dimeriahkan dengan nasi putih dan kerupuk.
Seniman dan pengusaha industri hiburan tidak boleh berdiam dan menyerah menghadapi tekanan akibat pandemi Covid-19. Program konser dan dialog bertajuk ”Bali Live on Nature” memanfaatkan teknologi informatika dan medsos.
Di tengah pagebluk, aktivitas seni Komunitas Lima Gunung di Kabupaten Magelang menolak mati. Festival Lima Gunung digelar mengacu protokol kesehatan dengan cara unik. Seni jadi sarana syukur dan doa mohon keselamatan.
Menurut Gubernur Jateng, pentas yang dihadiri banyak orang, di tengah situasi pandemi Covid-19, masih berbahaya. Namun, ia pun meminta para seniman untuk tak pasrah pada keadaan dan mendorong pentas seni virtual.
Sejak pandemi berlangsung, pentas wayang topeng malang terhenti. Sampai saat ini belum ada kejelasan kapan kegiatan seni ini bisa kembali menyapa masyarakat. Para seniman wayang topeng kini didera gelisah.
Pentas virtual pertunjukan seni tradisional menjadi oase di tengah deraan pandemi Covid-19. Lewat kemajuan teknologi, kesenian calung dan lengger Banyumasan tetap bisa dinikmati dan dilestarikan meski hanya dari rumah.