Perkuat Kerja Sama Pertahanan, Prabowo Kembali Bertemu Presiden Perancis
Menhan Prabowo Subianto dengan didampingi Menlu Retno LP Marsudi kembali menemui Presiden Perancis Emmanuel Macron. Prabowo menyebut pertemuan itu untuk memperkokoh kemitraan strategis dengan Perancis.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kembali bertemu dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di Istana Elysee, Perancis, Jumat (21/7/2023). Kali ini, Prabowo didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi untuk memperkokoh kemitraan strategis dengan orang pertama di L’Hexagone itu.
Catatan Kompas, Prabowo pernah bertemu dengan Macron di Perancis di Istana Elysee pada medio Maret tahun lalu. Saat itu, Prabowo datang atas undangan dari Perancis. Tujuannya adalah membahas tentang pembelian pesawat jet tempurRafale dan kapal selam Scorpene dari Dassault Aviation, Perancis. Kala itu, keakraban antara Macron dan Prabowo juga diunggah di akun Instagram pribadi Macron.
Keduanya juga bertemu kembali dalam ajang Konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali, Indonesia, pada medio November 2022. Dalam acara itu, Indonesia dan Perancis juga melakukan pertemuan bilateral, salah satunya membahas kerja sama pertahanan dan kedirgantaraan. Kerja sama diharapkan tak hanya terbatas pada pembelian alat utama sistem persenjataan, tetapi juga produksi bersama, alih teknologi, dan investasi manufaktur.
Baru-baru ini, di lokasi yang sama Istana Elysee, Prabowo bersama Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi kembali melakukan kunjungan kehormatan bertemu Macron. Melalui keterangan resmi yang diterima Kompas, Sabtu (22/7/2023), Prabowo mengungkapkan pertemuan bilateral itu membahas kesiapan Indonesia untuk memperkokoh kemitraan strategis dengan Perancis. Penguatan kerja sama didasarkan pada prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan.
Selain itu, juga tetap dibahas kerja sama lanjutan terkait pertahanan kedua negara. Kerja sama tidak terbatas pada jual-beli alutsista, tetapi juga meliputi transfer teknologi, pengembangan dan produksi bersama, hingga aspek keamanan.
”Saya ingin menggarisbawahi salah satu prinsip kebijakan pertahanan Indonesia 2020-2024 yaitu mengembangkan dan meningkatkan kerja sama internasional di bidang pertahanan, termasuk bekerja sama dengan negara-negara Pasifik Selatan,” kata Prabowo.
Sebelum bertemu dengan Macron, Prabowo dan Retno juga menghadiri pertemuan 2+2 dengan Menteri Pertahanan Perancis Sebastien Lecornu dan Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna.
Hindari blunder
Menanggapi pertemuan itu, pengajar hubungan internasional Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra, berpendapat, kemungkinan besar pertemuan hanya membahas tentang pembelian alutsista. Ia mendapatkan informasi, pasca-pertemuan antara Menhan dan Menlu Indonesia dan Perancis tidak ada pernyataan bersama dari kedua belah pihak kepada media. Kemungkinan besar tidak ada banyak isu besar dibahas dalam pertemuan itu.
”Ini sepertinya di satu sisi melanjutkan kunjungan Prabowo ke Perancis sebelumnya terkait juga dengan pembelian alutsista. Di sisi lain juga meningkatkan hubungan pertahanan dengan Perancis yang sudah menjadi partner yang reliabel beberapa tahun terakhir ini,” katanya.
Radityo menilai, pertemuan lanjutan dengan Macron adalah hal biasa mengingat Indonesia memang sudah membeli pesawat jet tempur Rafale dari perusahan Perancis. Dalam pertemuan kali ini, katanya, karena didampingi oleh Menlu Retno LP Marsudi, harapannya tidak akan lagi ada blunder pengajuan proposal perdamaian Ukraina seperti saat acara KTT Pertahanan Shangri-La Dialog di Singapura.
Lebih lanjut, terkait dengan posisi Prabowo yang saat ini menjadi bakal calon presiden dari Partai Gerindra, Radityo juga berpandangan hal itu tidak saling berkaitan. Sebab, popularitas Prabowo bukan karena isu politik luar negeri. Masyarakat Indonesia tidak menjadikan isu politik luar negeri sebagai isu yang sangat penting dalam kampanye dan pemilu.
Sebelumnya diberitakan, Indonesia akan membeli 42 jet tempur Rafale produksi Dassault Aviation Perancis. Dari jumlah itu, baru 6 jet tempur Rafale yang sah diakuisisi Indonesia. Selain pesawat tempur, Indonesia juga berencana untuk membeli dua kapal selam Scorpene, serta bekerja sama di bidang penelitian dan pengembangan kapal selam. Indonesia dan Perancis sudah menandatangani kontrak tersebut di Jakarta pada 10 Februari 2022.
Dalam artikel opini yang dimuat di Kompas, 16 Februari 2022, Wakil Menteri Pertahanan M Herindra mengungkapkan, nilai kontrak untuk pembelian 6 pesawat jet tempur Rafale dan sistem pendukungnya adalah 1,1 miliar dollar AS (Rp 116 triliun). Pembelian alutsista tempur itu dinilainya dilakukan pada saat yang tepat karena penawaran harga yang cukup rasional. Hal itu berkat kegigihan diplomasi pertahanan dari Tim Kemenhan yang dipimpin langsung oleh Menhan Prabowo Subianto.
Ia menambahkan, pesawat Rafale adalah jenis jet tempur multifungsi yang dapat diaplikasikan dalam operasi air-to-air ataupun air-to-ground . Rencana pembelian 42 pesawat tempur Rafale itu merupakan pembelian terbesar yang pernah dilakukan Pemerintah Indonesia. Peningkatan kekuatan alutsista tempur menjadi barometer display kekuatan pertahanan Indonesia dan merupakan bagian dari program modernisasi alutsista.
Selain itu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) juga menjalin kerja sama dengan Dassault Aviation untuk maintenance, repair, dan overhaul (MRO) terhadap pesawat Perancis yang digunakan oleh TNI, antara lain helikopter Caracal.