Manuver Effendi Simbolon, Sinyal Terganggunya Soliditas PDI-P?
Tafsir liar berpotensi muncul jika PDI-P membiarkan kadernya ”main mata” dengan bakal capres partai lain. Bisa saja publik menganggap soliditas PDI-P terganggu.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·5 menit baca
Manuver politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-PEffendi Simbolon, yang secara mendadak mengundang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam Rapat Kerja Nasional Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia mengundang banyak tanya. Selain PDI-P telah mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden, tindakan Effendi berkomunikasi dengan bakal capres dari partai politik lain, juga tak lazim dilakukan kader PDI-P. Selama ini, kader PDI-P selalu tegak lurus dengan keputusan dan arahan Megawati Soekarnoputri, ketua umum partai itu.
Jumat (7/7/2023) kemarin, Effendi Simbolon yang merupakan Ketua Umum Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia atau PSBI, mengundang secara khusus Prabowo Subianto untuk membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PSBI di Hotel Arya Duta, Jakarta. Berbagai sinyal dukungan terhadap Prabowo sebagai bakal calon presiden (capres) di Pemilu Presiden (Pilpres) 2024, pun muncul dalam acara tersebut.
Di sela-sela pidato Prabowo, misalnya, sejumlah anggota PSBI langsung berteriak meminta Prabowo untuk maju kembali di Pilpres 2024.
Tak hanya itu, saat menyampaikan sambutan, Effendi juga menitipkan salam kepada Presiden Jokowi melalui Prabowo Subianto. ”Demikian Pak Menhan yang kami hormati, salam hormat untuk Bapak Presiden. Mudah-mudahan, Insya Allah, Tuhan berkenan kepada Bapak,” tuturnya disambut riuh anggota PSBI yang hadir.
Bahkan, hadirin yang duduk di barisan kiri depan sempat meneriaki Prabowo sebagai presiden. ”Prabowo! Presiden!,” ujar salah satu anggota PSBI.
Untuk diketahui, Gerindra melalui Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) di Sentul, Jawa Barat, pertengahan Agustus 2022 lalu, telah memutuskan mengusung Prabowo sebagai bakal capres pada Pilpres 2024. Sementara PDI-P telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (8/7/2023), mengatakan, sebenarnya fenomena ”main mata” bahkan pindahnya politisi dari satu partai ke partai lain, adalah perkara biasa. Misalnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno hijrah dari Gerindra ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) atau mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berpindah dari Partai Golkar ke Gerindra.
“Bahkan, misalnya ketika ada fenomena kader satu partai tetapi mendukung kader partai yang lain, itu biasa memang. Ini menunjukkan bahwa politik kita itu sangat cair dan nyaris tidak punya ideologi politik yang absolut, yang setiap saat dan setiap kapan pun iman politiknya bisa berubah,” ujar Adi.
Namun, lanjut Adi, yang menarik memang fenomena ini relatif jarang terjadi di tubuh PDI-P. PDI-P dikenal sebagai partai ideologis berdasarkan Pancasila dan kadernya patuh pada instruksi Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Karena itu, manuver yang dilakukan Effendi dengan mengundang Prabowo bahkan muncul teriakan dukungan terhadap Prabowo sebagai presiden di 2024 dalam acara marga Simbolon itu, tentu mengundang tanya. Tak hanya bagi PDI-P, tetapi khalayak.
Jika fenomena kader yang masih “main mata” dan memberikan dukungan kepada bakal capres lain ini dibiarkan, maka dikhawatirkan justru akan menimbulkan tafsir liar di publik. Hal ini seakan menunjukkan tidak ada soliditas di internal PDI-P dalam mendukung Ganjar
Adi meyakini, PDI-P akan mengambil sikap tegas terhadap kadernya tersebut. ”Pastinya PDI-P akan bersikap tegas kepada siapa pun kadernya yang memang tidak tegak lurus terhadap keputusan partainya. Kalau ada kader PDI-P misalnya tidak patuh mendukung Ganjar, pastinya akan ‘ditertibkan’,” ucapnya.
Apalagi, Megawati dalam pidatonya pada perhelatan puncak Bulan Bung Karno di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 24 Juni 2023 lalu, berulang kali menegaskan bahwa kader yang tidak maksimal turun ke masyarakat serta tidak memperjuangkan PDI-P dan mendukung Ganjar di Pemilu 2024, akan dipecat.
”Jadi, siapa pun yang merasa kader PDI-P dan tidak tegak lurus untuk memenangkan PDI-P dan Ganjar, ya pastinya akan disanksi tegas, termasuk sanksi pemecatan itu. Rasa-rasanya di situ. Harus diingat, PDI-P itu, ya partai yang selalu hitam dan putih melihat persoalan pentingnya sikap politik itu,” ujar Adi.
Menurut Adi, jika fenomena kader yang masih “main mata” dan memberikan dukungan kepada bakal capres lain ini dibiarkan, maka dikhawatirkan justru akan menimbulkan tafsir liar di publik. Hal ini seakan menunjukkan tidak ada soliditas di internal PDI-P dalam mendukung Ganjar.
”Akan liar dan merugikan. Merugikan elektoral PDI-P dan Ganjar juga tentunya. ‘Ditertibkan’ adalah solusi mengantisipasi itu semua,” tutur Adi.
Akan dipanggil
Ditemui di rumah Aspirasi Relawan Ganjar di Jakarta, Sabtu ini, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menjelaskan, setelah ketua umum memutuskan untuk mengusung Ganjar pada 21 April lalu, semua kader harus satu arah memberikan dukungan kepada Ganjar. Bagi yang tidak memberikan dukungan, dewan kehormatan partai akan meminta klarifikasi, bahkan sanksi sesuai AD/ART partai.
”Kedisiplinan partai ini adalah sesuatu yang sifatnya mutlak karena PDI-P adalah partai ideologis berdasarkan Pancasila dan keputusan sudah diambil sehingga seluruhnya wajib,” kata Hasto,
Karena itu, secepatnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Bidang Kehormatan Partai PDI-P Komarudin Watubun akan meminta klarifikasi terhadap Effendi. Sebagai partai yang demokratis, lanjut Hasto, penegakan disiplin partai dimulai dengan mengklarifikasi terduga pelanggar.
”Iya (Effendi akan dipanggil). Akan dilakukan segera mungkin. Nanti badan kehormatan partai sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai akan mengusulkan pengambilan keutusan dari DPP partai,” kata Hasto,
Dihubungi terpisah, Komarudin Watubun menegaskan, bagi siapa pun yang merasa dirinya anggota PDI-P, harus tunduk dan taat kepada keputusan ketua umum partai. Megawati telah memutuskan mengusung Ganjar sebagai bakal capres dari PDI-P. Terlebih, hal tersebut juga sudah ditegaskan oleh Megawati melalui perhelatan puncak Bulan Bung Karno di GBK, 24 Juni 2023.
”Pesan Ibu Mega dalam acara konsolidasi terbesar di GBK beberapa waktu lalu sudah jelas. Semua tanpa terkecuali (harus taat dan patuh kepada keputusan ketua umum PDI-P). Kebetulan semua sekarang yang muncul di media ini, kan, Pak Effendy Simbolon,” kata Komarudin.
Seharusnya, lanjut Komarudin, seluruh kader bisa belajar dari kebesaran hati Ketua DPP PDI-P Puan Maharani. Puan yang disebutnya memiliki kapasitas untuk maju di kontestasi pilpres, tetap berjiwa besar setelah Megawati justru mengumumkan Ganjar sebagai capres dari PDI-P. Bahkan, dalam perhelatan puncak Bulan Bung Karno di GBK, Puan menunjukkan dukungannya terhadap Ganjar di depan ratusan ribu kader PDI-P, dengan menjabat tangan Ganjar, hingga memberikan panggung kepada Ganjar di sela-sela pidatonya.
”Ini, kan, jelas pesannya. Jadi, semua kader partai harus belajar dari Mbak Puan Maharani, yang sudah memberikan contoh dan teladan sebagai pemimpin yang punya jiwa besar. Mestinya, kan, itu menjadi rujukan buat kader-kader, belajarlah dari Mbak Puan. Itu kebesaran hati Mbak Puan harus menjadi contoh. Jangan justru kita membuat gerakan tambahan,” tegasnya.
Secara terpisah, Effendi menyadari, sebagai kader PDI-P, dirinya harus tegak lurus pada keputusan partai yang telah mengusung Ganjar sebagai bakal capres. Namun, sebagai individu, ia tentu bisa menyampaikan persepsi serta penilaian terhadap sesuatu.
Menurut Effendi, ke depan, Indonesia memerlukan nahkoda yang andal dan kuat meneruskan kepemimpinan Jokowi yang sudah berhasil sebagaimana disampaikan Prabowo. Negara yang sangat besar ini, harus dipimpin oleh pribadi yang berkecukupan dan memiliki kedewasaan untuk mewujudkan kerukunan. Segala kekayaan negara juga harus mampu dioptimalkan menjadi sesuatu yang bermanfaat.
”Nah, tadi saya kira, kita bisa membacalah, secara jujur, secara obyektif, saya melihat figur itu ada di Pak Prabowo,” kata Effendi.
Saat ditanya apakah Effendi tidak khawatir jika kehadiran Prabowo di PSBI ini akan dianggap oleh DPP PDI-P sebagai bentuk pelanggaran aturan atau etis, ia menjawab santai. ”Ya, mau di apa? Masa sih rasa takut kamu mengalahkan kejujuran kamu. Enggaklah,” ujarnya.