Di Hadapan Presiden Jokowi, 100 Anak Papua Unjuk Kemampuan Pecahkan Soal Matematika
Presiden Jokowi mengajukan beberapa soal matematika yang direspons dengan sangat antusias oleh para pelajar. Anak-anak menjawab soal perkalian, penjumlahan, dan pembagian tak sampai semenit.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 100 pelajarsekolah dasar dari di Papua menunjukkan kemampuan berhitung cepat di hadapan Presiden Joko Widodo di Jayapura, Jumat (7/7/2023). Kemampuan berhitung itu diperoleh para pelajar setelah latihan selama dua minggu dalam metode belajar matematika ”Gasing”, yakni gampang, asyik, dan menyenangkan yang dirintis Profesor Yohanes Surya.
Presiden Joko Widodo menyaksikan unjuk kemampuan para pelajar tersebut di salah satu hotel Jayapura sekitar pukul 07.00 WIT. Para pelajar tersebut datang dari berbagai daerah di Papua, antara lain, Kota Jayapura, Kota Sorong, Kabupaten Maybrat, dan Kabupaten Mappi.
Di kesempatan itu, Presiden Jokowi mengajukan beberapa soal matematika yang direspons dengan sangat antusias oleh para pelajar. Anak-anak menjawab soal perkalian, penjumlahan, dan pembagian tak sampai semenit.
Salah satu pelajar, Jose Nerotouw, secara langsung menunjukkan kemampuan berhitung kuadrat dan diperoleh hasil 5.327.344 dengan waktu cepat. Presiden Jokowi pun terpukau dengan kemampuan Jose.
Presiden pun memberikan hadiah sepeda bagi sembilan anak yang memberikan jawaban tercepat. ”Anak-anak ini sangat pintar dan bisa menjawab berbagai soal matematika dengan cepat. Saya juga menyukai pelajaran matematika sejak SD,” ungkap Jokowi.
Jose mengaku sangat bangga bisa menampilkan kemampuan berhitung di hadapan presiden. Pelajar berusia 11 tahun ini mengaku telah menyukai belajar matematika sejak kelas dua SD. ”Kami mengikuti pelatihan Gasing selama dua minggu. Bagi saya, metode ini sangat bagus untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika,” ungkapnya.
Yohanes Surya mengatakan, ada tujuh kabupaten di wilayah Papua yang telah melakukan metode belajar Gasing. Total ada 2.000 guru dan 5.000 siswa dari Aceh hingga Papua yang telah melaksanakan metode belajar matematika dengan Gasing.
Ia pun mengungkapkan, mayoritas dari 100 anak yang tampil di hadapan Presiden Jokowi tidak memiliki kemampuan berhitung yang optimal. Kemampuan mereka pun meningkat drastis setelah dengan teknik belajar matematika Gasing dengan ceria.
”Saat ini 34 kabupaten yang sedang melaksanakan metode belajar Gasing. Ditargetkan 1,8 juta siswa telah menguasai metode Gasing pada akhir tahun ini,” ucap Yohanes.
Metode belajar Gasing telah berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan literasi anak-anak di Papua.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Christian Sohilait mengakui banyak anak di wilayah pedalaman ataupun perkotaan Papua belum memiliki kemampuan literasi dengan baik. Karena itu, metode belajar Gasing telah berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan literasi anak-anak di Papua.
”Pembelajaran literasi sangat penting untuk anak dari kelas 1 hingga 3 SD. Seluruh dinas kabupaten di delapan kabupaten dan satu kota di Papua akan menerapkan program pembelajaran literasi secara lebih optimal bagi siswa secara lebih dini,” kata Christian.
Seusai menampilkan kemahiran mereka dalam hal berhitung di Ballroom Cendrawasih, Swiss-Belhotel, Jayapura, anak-anak tersebut diberi kesempatan mengajukan pertanyaan kepada Presiden. Kesia Olivia Ergor kemudian berdiri. Kesia mengajukan pertanyaan yang rupanya cukup menggelitik para tamu yang hadir di ruangan tersebut.
”Kenapa ibu kota negara tidak dipindahkan saja ke Papua?” tanya anak yang berasal dari Kota Sorong tersebut.
Dengan kondisi geografis yang sangat luas tersebut, Presiden menjelaskan, maka ibu kota Nusantara (IKN) dipilih di Kalimantan.
Presiden Jokowi lantas menjelaskan bahwa Indonesia sangat luas. ”Indonesia ini sangat besar, dari Papua sampai ke Aceh, dari Sabang sampai Merauke ya, sangat luas sekali,” ujar Presiden Jokowi.
Dengan kondisi geografis yang sangat luas tersebut, Presiden menjelaskan, ibu kota Nusantara dipilih di Kalimantan. Pertimbangannya antara lain karena posisinya yang berada di tengah-tengah Indonesia sehingga dekat untuk diakses dari sisi barat, timur, utara, ataupun selatan Indonesia.
”Kalau dipilih yang timur—kalau ibu kotanya dipilih di Papua—yang dari Aceh ke Papua itu kalau ke sini jauh sekali, 9 jam dari Aceh ke Papua naik pesawat, loh, itu. Kalau naik kapal bisa berminggu-minggu,” ungkapnya.
Jadi, Presiden menegaskan bahwa IKN dipilih di tengah-tengah di Kalimantan. ”Di tengah-tengah, dari timur dekat, dari Papua dekat, dari Aceh juga dekat, dari utara juga dekat, dari selatan juga dekat. Jadi dipilih di tengah-tengah,” kata Presiden.
Presiden Jokowi pun mengapresiasi para pelajar Papua yang dinilainya pintar dan berani. Presiden Jokowi berpesan agar anak-anak tersebut bisa terus semangat belajar. ”Ini anak-anak di Papua ini pintar dan berani. Baik anak-anakku semuanya, terima kasih atas kehadirannya pada pagi hari ini dan semuanya semangat belajar semuanya ya dan hati-hati semuanya pulang sampai ke rumah masing-masing di kabupaten dan kotanya masing-masing,” ucapnya.