Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tidak menyebutkan anggaran dan jumlah pesawat Mirage 2000-9 dari Uni Emirat Arab yang ingin diperoleh Indonesia.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·1 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah membeli pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar, Kementerian Pertahanan tengah menjajaki untuk membeli pesawat tempur Mirage 2000-9 dari Uni Emirat Arab. Rangkaian pembelian pesawat tempur bekas ini rentan dukungan logistik dan sisa jam terbang.
Ketika kesiapan pesawat-pesawat tempur TNI rendah, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) berinisiatif membeli pesawat tempur bekas. Setelah membeli 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar, saat ini tim dari Kemenhan tengah menjajaki pembelian Mirage 2000-9 dari Uni Emirat Arab (UEA). Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Senin (19/6/2023), seusai menyaksikan penandatanganan kerja sama pendidikan antara Universitas Pertahanan dan Kedutaan Besar Palestina.
”Kita akan segera kirim tim negosiasi untuk pesawat tempur Mirage 2000-9 milik Uni Emirat Arab,” kata Prabowo.
Alman Helvas Ali, peneliti dari Semar Sentinel, mengatakan, perlu diperhatikan jam terbang yang tersisa. Menurut dia, berbeda dengan Mirage 2000-5 milik Qatar, Mirage 2000-9 Uni Emirat Arab telah ikut dalam perasi perang di Yaman beberapa kali. Dengan mengetahui air frame hour, bisa dihitung jumlah jam pesawat yang tersisa. ”Belum ada informasi UAE akan melepas Mirage-nya juga,” kata Alman.
Prabowo mengatakan, Uni Emirat Arab belum menyatakan kesediaannya menjual pesawat Mirage ke Indonesia. Oleh karena itu, tim ditugaskan untuk meyakinkan Pemerintah Uni Emirat Arab agar mau menjual Mirage-nya ke Indonesia. Prabowo tidak menyebutkan anggaran dan jumlah pesawat Mirage yang ingin diperoleh Indonesia.
Prabowo mengatakan, 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas yang baru saja dibeli Indonesia dari Qatar memiliki teknologi yang canggih. Teknologi itu mirip dengan pesawat tempur Rafale yang dibeli dari Perancis. Pesawat Mirage 2000-5 ini akan menjadi sarana latihan bagi pilot-pilot TNI Angkatan Udara hingga Rafale tiba. Prabowo memperkirakan, Mirage 2000-5 ini bisa dipakai hingga 10-15 tahun, bahkan 20 tahun ke depan.
”Jadi inilah pilot-pilot kita nanti akan kita latih di Mirage. Begitu Rafale datang, dia akan transisi ke Rafale,” ucapnya.
Alman mengatakan, ada gap antara Rafale dan Mirage karena ada perbedaan generasi dan teknologi. Ia mengatakan, ada beberapa hal yang penting juga diperhatikan dalam pembelian pesawat bekas. Yang pertama adalah adanya sistem logistik yang terintegrasi. Hal ini sangat penting, sehingga tahun depan harus diadakan oleh TNI AU untuk perawatan pesawat. ”Yang penting kita tahu berapa jam pesawat itu dipakai,” katanya.