Jodohkan Airlangga-Zulkifli, Golkar dan PAN Gagas Koalisi Baru
Dilihat dari tingkat elektabilitas, sulit bagi pasangan Airlangga Hartarto-Zulkifli Hasan menang dalam Pilpres 2024. Namun, konsolidasi Golkar dan PAN untuk menghadapi Pileg 2024 bisa lebih mudah.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
KURNIA YUNITA RAHAYU
Pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di sela-sela pertemuan tingkat menteri Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Amerika Serikat. Foto ini diunggah di akun media sosial Airlangga dan Zulkifli pada Sabtu (27/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Tak hanya berupaya untuk bergabung dengan sejumlah koalisi yang telah terbentuk, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional juga menjajaki kemungkinan membentuk poros baru. Pembentukan poros koalisi baru diakui untuk memperbesar peluang bagi ketua umum partai masing-masing untuk maju di Pemilihan Presiden 2024. Sebab, keberadaan kader sebagai kandidat presiden dan wakil presiden menjadi instrumen tambahan yang bakal memperkuat konsolidasi partai dalam memenangi pemilihan anggota legislatif.
Upaya Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) membentuk poros koalisi baru mengemuka setelah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengunggah foto pertemuan keduanya di akun media sosial masing-masing, Sabtu (27/5/2023). Keduanya sama-sama mengikuti pertemuan tingkat menteri Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Amerika Serikat (AS) sejak tiga hari sebelumnya. Selain menghadiri pertemuan tersebut, Airlangga dan Zulkifli juga disebut bertemu secara empat mata.
Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung membenarkan, pertemuan Airlangga dan Zulkifli di AS tidak terlepas dari pembicaraan mengenai Pilpres 2024. Baik Golkar maupun PAN tengah menjajaki kemungkinan untuk membentuk poros koalisi baru, yang mengusung pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) Airlangga dengan Zulkifli. Kemungkinan itu juga akan ditindaklanjuti dengan pembicaraan tingkat elite.
”Hari ini, Pak Airlangga dan Pak Zulkifli sedang di AS, dan memang sepulang mereka dari sana, akan ada pertemuan lagi antara pimpinan Golkar dan PAN,” kata Doli ditemui di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar, Jakarta, Minggu (28/5/2023).
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Minggu (28/5/2023).
Ia tidak memungkiri, upaya untuk membentuk koalisi ini dilakukan untuk memperbesar peluang bagi Airlangga maju di Pilpres 2024. Partai wajib mengusahakan hal tersebut karena merupakan mandat dari Musyawarah Nasional (Munas) Golkar 2019. Dengan bekal sebagai parpol dengan perolehan kursi DPR kedua terbesar pada Pemilu 2019 serta sifat partai yang terbuka, Golkar percaya diri bisa berkoalisi dengan partai mana pun.
Sebab, total perolehan suara kursi Golkar dengan parpol mana saja sudah cukup untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden, yaitu perolehan 20 persen dari total kursi di DPR atau memiliki 25 persen dari total suara sah nasional pada pemilu sebelumnya.
Doli menambahkan, saat ini konstelasi koalisi masih dinamis. Meski sudah ada tiga poros yang terbentuk berdasarkan bakal capres yang akan diusung, situasi itu masih bisa berubah. Airlangga pun disebut sebagai pihak yang aktif untuk mendorong perubahan konstelasi tersebut. Hal itu, antara lain, terkait dengan upayanya mendorong pembentukan koalisi besar (Golkar, Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan atau PPP), berkomunikasi elite Partai Demokrat, dan juga membentuk poros baru dengan PAN setelah PPP bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
”Kalau koalisi besar bisa terwujud bisa jadi dua, atau (kalau tidak) bisa jadi tiga atau empat poros koalisi. Golkar, Pak Airlangga sedang berupaya untuk merajut berbagai kemungkinan-kemungkinan itu. Nanti mana yang terbaik bagi bangsa dan negara juga Golkar,” ujar Doli.
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah), Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (kiri), dan Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menghadiri Silaturahmi Nasional Partai Golkar, PAN, PPP yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Jakarta, Sabtu (4/6/2022).
Ketiga poros yang saat ini ada adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sebelumnya, PPP adalah bagian dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama dengan Golkar dan PAN.
Selain itu, ada pula Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP)—Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera—yang mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, serta Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR): Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa. Dari KKIR, belum ada bakal capres yang dideklarasikan secara resmi, tetapi Gerindra telah sepakat untuk mencalonkan ketua umumnya, Prabowo Subianto.
Dongkrak suara parpol
Doli mengakui, selain untuk mewujudkan mandat Munas Golkar 2019, pencalonan Airlangga juga dapat menjadi instrumen tambahan untuk memenangi Pemilu 2024. Golkar menargetkan perolehan kursi sebesar 20 persen di semua tingkatan lembaga legislatif. ”Jadi ini yang sedang diramu oleh ketua umum kami dan tentu pada akhirnya ketika target pencalonan Pak Airlangga sebagai capres, mudah-mudahan memberikan efek yang baik bagi kami,” katanya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengatakan, upaya untuk menjodohkan Zulkifli dengan Airlangga sudah dibicarakan sebelum kedua tokoh itu bertemu di AS. Dalam posisi ideal, parpol berkewajiban untuk menghasilkan calon-calon pemimpin dan membuktikannya kepada masyarakat dengan mengusung kader di pilpres. Hal itu juga pernah dilakukan oleh PAN pada Pemilu 2004 dengan mengusung mantan Ketua Umum PAN Amien Rais sebagai capres serta mengusung Hatta Radjasa, yang juga pernah menjadi Ketua Umum PAN, sebagai cawapres pada Pemilu 2014.
KOMPAS/PRADIPTA PANDU
Eddy Soeparno
”Jika itu memang bisa terulang pada 2024, mengajukan putra terbaik PAN Zulkifli Hasan berpasangan dengan Airlangga Hartarto atau siapa pun, tentu kami akan bekerja keras untuk memenangkan kader-kader terbaik ini,” kata Eddy.
Ia pun mengakui, PAN mengharapkan tambahan suara bagi partai berkat efek ekor jas dari kader yang bisa maju sebagai capres atau cawapres. Akan tetapi, itu sebenarnya juga bisa didapat apabila calon yang diusung sejalan dengan keinginan konstituen. Oleh karena itu, hingga saat ini pihaknya masih membuka opsi pencalonan tokoh dari luar PAN.
Eddy dan sejumlah elite PAN lainnya juga kerap mengungkapkan, partainya mendorong Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir masuk dalam bursa cawapres. Kendati bukan kader PAN, Erick memiliki kedekatan tersendiri dengan partai tersebut. ”Sebuah parpol tentu ingin menang di pilpres. Untuk itu, nanti ada hitung-hitungan tersendiri jika memang kita perlu bertarung di pilpres dengan mengusung kader partai lain atau kader lain yang di luar kader partai, tentu itu opsi yang masih kami buka,” ujar Eddy.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat peluang bagi Golkar dan PAN untuk membentuk poros koalisi keempat terbuka. Peluang itu ada karena keduanya masih kesulitan untuk menentukan rekan koalisi hingga saat ini. Kemungkinan bagi Airlangga dan Zulkifli dicalonkan sebagai cawapres dari tiga koalisi yang telah terbentuk pun semakin kecil.
ARSIP CSIS
Arya Fernandes
Arya melihat, upaya kedua partai membentuk koalisi baru ini kemungkinan besar memang terkait dengan pemenangan pemilihan anggota legislatif (pileg). Dilihat dari tingkat elektabilitas, sulit bagi pasangan Airlangga dan Zulkifli memenangi kontestasi pilpres. Namun, konsolidasi partai akan semakin mudah jika ada kadernya yang maju di pilpres.
”Jadi, dengan adanya capres/cawapres di kedua partai, tentu kekuatannya akan terkonsolidasi dan itu untuk kepentingan pileg,” ujarnya.
Meski demikian, Arya mempertanyakan keseriusan Golkar dan PAN untuk membentuk koalisi. Walaupun peluang bagi mereka terbuka, langkah ini bisa jadi hanya upaya untuk meningkatkan posisi tawar di hadapan poros lainnya.
”Situasinya sekarang, apakah keduanya sungguh-sungguh atau hanya melempar gimik untuk meningkatkan daya tawar,” katanya.