Sukarelawan Jokowi Simulasikan 10 Pasangan Capres-Cawapres, Ganjar dan Prabowo Prioritas
Sukarelawan pendukung Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 membuat simulasi 10 pasangan capres dan cawapres yang akan dikonsolidasikan ke daerah. Sebagai capres, nama Ganjar dan Prabowo ditempatkan pada simulasi 4 posisi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sukarelawan pendukung Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2014 dan 2019 membuat simulasi 10 pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan dikonsolidasikan ke sejumlah daerah. Pelaksanaan simulasi ini diklaim atas arahan Presiden Joko Widodo untuk mendengarkan kembali suara rakyat. Pada Oktober ditargetkan sudah muncul keputusan pasangan capres dan cawapres yang akan diusung.
Sepanjang Agustus 2022 hingga Mei 2023, Pro Jokowi (Projo) bersama 17 organisasi sukarelawan lain pendukung Jokowi telah menggelar Musyawarah Rakyat (Musra) di 29 provinsi dan satu di luar negeri, yakni Hong Kong. Dari Musra tersebut, dihasilkan tiga nama usulan bakal capres yang kemudian diserahkan kepada Presiden Jokowi di Istora Senayan, Jakarta, 14 Mei 2023.
Tiga nama bakal capres tersebut ialah Gubernur Jawa Tengah yang juga bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Ganjar Pranowo, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dalam konferensi pers di Kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) Projo, Jakarta Selatan, Kamis (25/5/2023), mengatakan, menindaklanjuti hasil Musra tersebut, DPP Projo akan bergerak dari provinsi ke provinsi seluruh Indonesia. Dalam konsolidasi di tingkat provinsi itu, DPP Projo akan membahas situasi nasional dan menyimulasikan 10 pasangan capres dan bakal cawapres hasil penjaringan suara rakyat dalam Musra.
”Setelah konsolidasi di tingkat provinsi selesai, DPP Projo akan menyelenggarakan Rakernas VI pada Oktober. Melalui Rakernas VI akan ditentukan nama capres dan cawapres yang akan kami dukung pada Pilpres 2024 ke depan,” ujar Budi.
Adapun 10 pasangan capres-cawapres yang akan disimulasikan meliputi Prabowo-Ganjar; Prabowo-Airlangga; Ganjar-Prabowo; Ganjar-Airlangga; serta Airlangga-Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.
Lalu, Airlangga-Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD; Prabowo-Mahfud; Prabowo-Sandiaga; Ganjar-Sandiaga; dan Ganjar-Mahfud.
Budi menyampaikan, 10 pasangan capres-cawapres tersebut akan ditawarkan ke para sukarelawan di daerah-daerah untuk diskusikan dan akhirnya diputuskan bersama. Keputusan itu akan mengerucut pada satu pasang calon yang dinilai paling pas untuk negara, bangsa, dan tantangan ke depan.
”Nama-nama ini memang kurang lebih yang ada dalam percaturan nasional dan saya yakin ini, kan, permintaan Bapak (Presiden Jokowi) juga untuk melakukan simulasi nama, membantu beliau, kemungkinan-kemungkinan ini bagaimana dan lebih mendengarkan lagi suara rakyat,” tutur Budi.
Tidak kasih cek kosong
Ketua Panitia Nasional Musra Indonesia Panel Barus menyampaikan, konsolidasi di tiap provinsi sebagai lanjutan Musra itu dinamakan dengan konferensi daerah (konferda). Dalam konferda, setidaknya akan dibahas empat hal yang harus dihadapi oleh pemimpin baru nanti.
Pertama, membahas perihal tantangan bangsa ke depan di tengah ketidakpastian global, semangat persatuan nasional, pemulihan dan lompatan kemajuan ekonomi, serta keberlanjutan pemerintah kerakyatan adalah modal menjadi negara maju.
”Dari empat tantangan zaman itu, kira-kira dari 10 simulasi (pasangan capres-cawapres), mana yang cocok untuk menjawab tantangan zaman ini. Jadi, di setiap wilayah akan diumumkan hasilnya ke publik. Terus berlanjut sampai selesai di semua provinsi DPD Projo dan akan dibawa nanti ke rakernas pada Oktober mendatang,” kata Panel Barus.
Dengan begitu, pasangan calon yang terpilih nanti dapat dipastikan akan melanjutkan pembangunan masyarakat Indonesia. ”Jadi, kami juga tidak kasih cek kosong ke calon kepemimpinan ke depan. Kami pilih orang kira-kira orang itu mampu tidak menjalankan agenda perjuangan rakyat,” ucapnya.
Tokoh potensial
Jika dilihat dari 10 pasangan capres-cawapres, ]terlihat lebih didominasi oleh nama Prabowo dan Ganjar. Nama Prabowo, misalnya, dalam simulasi pasangan ditempatkan di empat posisi presiden. Kemudian, Ganjar ada empat posisi presiden. Untuk posisi wapres, baik Prabowo maupun Ganjar, masing-masing hanya satu kali disebutkan.
”Kami juga tidak memungkiri bahwa fakta hari ini yang potensial, ya, antara Prabowo dan Ganjar, baik bertanding maupun bersanding. Jadi, dua-duanya takdirlah yang menentukan seperti apa perpolitikan Indonesia. ”
Terhadap hitung-hitungan itu, Budi tak memungkiri bahwa memang kedua nama tersebut paling banyak dipilih berdasarkan hasil Musra. Karena itu, Prabowo dan Ganjar paling banyak disebut dalam simulasi pasangan capres-cawapres.
”Ya itu, kan, fakta yang kami rekam dan dapat, baik dari Musra maupun lembaga survei. Kecuali ada pendapat lain. Tetapi, saya pikir per hari ini memang mengerucut di dua nama. Kita juga tidak memungkiri bahwa fakta hari ini yang potensial, ya, antara Prabowo dan Ganjar, baik bertanding maupun bersanding. Jadi, dua-duanya takdirlah yang menentukan seperti apa perpolitikan Indonesia,” ujar Budi.
Budi pun mengakui, idealnya Prabowo dan Ganjar menjadi satu pasang dalam Pilpres 2024, entah Ganjar di posisi capres atau Prabowo di posisi capres. Namun, ia melihat, peluang menggabungkan dua tokoh itu semakin lama semakin sulit. Sebab, partai asal mereka tentu akan berusaha mendapatkan posisi capres.
”Terakhir juga bicara dengan Presiden, ’Bagaimana, Pak?’ Masih usaha (kata Jokowi) untuk itu. Cuma, kan, makin lama makin sulit, ya. Karena makin tipis begitu. Ya, kami ingin menyatukanlah. Usaha persatuan itu tetap ada. Kalau kenyataannya agak sulit, ya, sudah karena kami juga melihat kemungkinan berpisah juga ada. Kemungkinan bersatu juga ada,” tutur Budi.