Pertemuan Bilateral Awali Kegiatan Presiden Jokowi di Jepang
Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara di sela-sela KTT G7 di Hiroshima, Jepang.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengawali kunjungan kerjanya di Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/5/2023), dengan menggelar pertemuan bilateral bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan PM Inggris Rishi Sunak. Investasi dan pembangunan Ibu Kota Nusantara menjadi salah satu isu yang dibahas dalam kedua pertemuan tersebut.
Selain pertemuan bilateral, kunjungan kerja Presiden Jokowi di Hiroshima hari ini juga akan diisi dengan sejumlah sesi dalam Konferensi Tingkat Tinggi G7. Menurut rencana, aktivitas Kepala Negara akan diakhiri dengan jamuan santap malam resmi untuk para pemimpin negara anggota G7 dan negara mitra.
Pertemuan bilateral dengan PM Kishida berlangsung Sabtu pagi di Hotel Grand Prince, Hiroshima. Selain mengapresiasi undangan dari Pemerintah Jepang kepada Indonesia menghadiri KTT G7, Presiden Jokowi menyebut Jepang sebagai mitra penting dan strategis. Oleh karena itu, kedua pemimpin pemerintahan itu juga sepakat untuk terus meningkatkan kemitraan Indonesia-Jepang secara lebih luas dan konkret.
Salah satu yang diharapkan bisa segera diselesaikan adalah kesepakatan kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJEPA). Indonesia berharap perundingan terkait IJEPA dapat diselesaikan pada September 2023.
”Ini sudah berjalan lama. Penghapusan tarif produk tuna kaleng, perluasan bidang kerja PMI di sektor pariwisata dan industri, dan implementasi capacity building,” kata Presiden.
Dalam pertemuan bilateral itu, Presiden Jokowi didampingi antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri BUMN Erick Thohir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono.
Kerja sama perdagangan Indonesia-Jepang juga dibahas dalam pertemuan bilateral dengan PM Kishida. Menurut Presiden, Indonesia telah memberikan fleksibilitas untuk produk pertanian dari Fukushima. Karena itulah, Indonesia meminta hal serupa dari Jepang, terutama untuk perluasan akses buah tropis Indonesia, termasuk mangga.
Terkait investasi, Presiden Jokowi mengharapkan percepatan penyelesaian proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) di Indonesia. Presiden mengusulkan agar Jepang segera menetapkan penunjukan langsung kontraktor yang akan menyelesaikan proyek MRT.
Pembangunan IKN juga dibahas dalam pertemuan tersebut. ”Saya menyambut baik penandatanganan lima nota kesepahaman dengan JICA, JBIC, JCODE, JIBH & UR,” ujar Presiden.
Isu lain yang juga dibicarakan adalah adalah transisi energi. Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia mendorong percepatan realisasi komitmen Jepang sebesar 500 juta dollar AS untuk teknologi rendah karbon dan percepatan penghentian PLTU, serta implementasi kesepakatan bisnis oleh PLN, Pupuk Indonesia, Pertamina, dengan mitra Jepang sebagai upaya mencapai net zero emission.
Terkait Myanmar, Presiden mengatakan bahwa dibutuhkan dukungan Jepang untuk melakukan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan dan Pengelolaan Bencana ASEAN (AHA Center) serta implementasi Pandangan Indo-Pasifik (AOIP) melalui partisipasi di ASEAN Indo-Pacific Infrastructure Forum.
Transisi energi
Dalam pertemuan bilateral berikut dengan PM Inggris Rishi Sunak di Hotel Grand Prince, Hiroshima, Presiden tak hanya mengapresiasi realisasi proyek energi surya di Sumba dan energi hidro di Lombok, Bali, dan Sumatera Barat, serta hibah Inggris sebesar lebih kurang 11 juta dollar AS untuk transportasi berkelanjutan di beberapa kota Indonesia. Presiden juga berharap hal serupa bisa diperluas ke kota lain, termasuk IKN.
Komitmen Inggris pada kemitraan transisi energi yang adil (Just Energy Transition Partnership), pembangunan ekosistem kendaraan listrik (EV), termasuk pasokan sel baterai dan pembangunan microfactory EV, serta investasi pembangunan IKN, transportasi, energi hijau, dan pendidikan diharap bisa segera direalisasikan.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi meminta agar kebijakan diskriminatif dalam kerja sama perdagangan dapat dihindari. Untuk itu, diharapkan kebijakan uji tuntas (due diligence) bagi produk pertanian dan kehutanan tidak diskriminatif terhadap komoditas utama Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa pada KTT Ke-42 ASEAN yang lalu para pemimpin mendukung penuh upaya Indonesia berinteraksi dengan semua pemangku kepentingan untuk membantu penyelesaian krisis Myanmar. Selain itu, Indonesia akan terus memfasilitasi AHA Center sehingga pembahasan kebutuhan bersama dapat terselesaikan.
”Lima poin konsensus akan tetap jadi referensi utama dalam penyelesaian konflik Myanmar dan AHA Center tengah bekerja untuk salurkan bantuan kemanusiaan. Ini butuh dukungan internasional, termasuk Inggris,” tutur Presiden.
Dalam pertemuan tersebut, PM Sunak juga beberapa kali menyampaikan selamat kepada Presiden Jokowi atas kepemimpinan Indonesia di G20. Menurut PM Sunak, Indonesia berhasil menjalankan presidensi G20 dengan baik.