Musra Usulkan Capres, Jokowi: Nanti Saya Beri Bisikan ke Parpol
Ada enam bakal capres dan cawapres yang diusulkan melalui Musyawarah Rakyat yang digelar kelompok sukarelawan pendukung Jokowi di pilpres lalu. Namun, dari enam opsi nama ini, Presiden belum memutuskan.
Oleh
NINA SUSILO, KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada acara puncak Musyawarah Rakyat atau Musra Indonesia, Presiden Joko Widodo kembali menahan diri. Tak satu pun nama calon presiden disebut akan didukungnya.
Puncak acara Musra Indonesia dilangsungkan di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5/2023). Massa berseragam Musra dengan atribut dari beragam organ sukarelawan pendukung Jokowi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 memenuhi Istora dan areal sekitar Istora.
Presiden Jokowi muncul di arena sekitar pukul 13.15 setelah berbincang di ruang tunggu dengan inisiator Musra, seperti Dewan Pengarah Musra Andi Gani Nena Wea, Penanggung Jawab Musra Budi Ari Setiadi, dan Ketua Panitia Musra Panel Barus. Selain itu, tampak hadir pula Wakil Menteri Ketenagakerjaan yang juga Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang yang juga Sekretaris Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Wiranto dan anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto, serta Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
”Tadi di ruang tunggu para ketua (organ sukarelawan) menyampaikan kepada saya beberapa nama yang terekam kuat. Saya ingin resmi, yang disampaikan Pak Panel Barus. Itu resmi. Belum saya buka. Jadi saya terus terang, ini harus kita berikan waktu kepada partai atau gabungan partai menyelesaikan urusan capres cawapresnya seperti apa,” tuturnya.
Presiden hanya memberi kode bahwa akan memilih dan menyampaikan masukan kepada partai-partai politik. Kode-kode ini disampaikan dengan menunjukkan gerakan seperti akan memilih dan memilah dengan tangannya sembari mengangguk-angguk.
”Karena yang bisa mencalonkan adalah partai atau gabungan partai, nanti bagian saya untuk memberikan bisikan kuat kepada partai-partai yang sekarang ini juga koalisinya belum selesai,” tuturnya.
Presiden menambahkan, itu namanya strategi. ”Jangan tergesa-gesa. Jangan grasa-grusu. Jangan cepet-cepetan,” ujarnya.
Sebelumnya, Andi Gani menyebutkan nama-nama capres yang kuat dalam Musra adalah bakal capres PDI-P Ganjar Pranowo, bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan bakal capres Partai Golkar Airlangga Hartarto. Adapun nama cawapres yang muncul adalah Menko Polhukam Mahfud MD, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsyad Rasyid.
Belakangan, Presiden Jokowi kerap tampil bersama Prabowo dalam kunjungan kerjanya ke daerah. Ganjar juga beberapa kali tampak menemani Jokowi saat kunjungan kerja terutama di Jawa Tengah.
Presiden Jokowi, dalam pidatonya di puncak Musra, hanya menyebutkan beberapa kriteria pemimpin yang diperlukan Indonesia ke depan. ”Rakyat kita butuh pemimpin yang tepat, butuh pemimpin yang dekat dengan rakyat, yang paham hati rakyat, yang tahu kebutuhan rakyat, yang mau bekerja keras untuk rakyat. Itu yang dibutuhkan rakyat,” tutur Presiden.
Kriteria lainnya, harus memahami cara memajukan Indonesia. Indonesia disebutnya memiliki potensi sumber daya alam dan kekuatan yang sangat besar sehingga pemimpin ke depan diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang ada dan tidak sekadar bekerja rutin, apalagi hanya duduk di Istana dan tanda tangan.
Pemimpin yang berani mengambil risiko untuk kemajuan bangsa juga disebut sebagai kriteria penting. Sebab, dengan sumber daya alam baik sektor pertambangan, pertanian, kelautan, peternakan, perkebunan yang melimpah, bertahun-tahun selalu diekspor dalam bentuk mentah sehingga nilai tambah tidak dinikmati di dalam negeri. Ditekankan, keberanian melanjutkan hilirisasi industri harus ada, apa pun risikonya. Tanpa keberanian ini, Indonesia tidak akan beranjak menjadi negara maju.
Pemimpin ke depan juga harus tahu bagaimana membangun strategi negara, strategi ekonomi, strategi politik. Sebab, Indonesia bersaing dengan negara-negara lain di masa yang penuh ketidakpastian ini.
”Peluang kita menjadi negara maju itu ada dalam 13 tahun ke depan karena bonus demografi kita muncul tahun 1930-an. Dalam sejarah negara-negara, kesempatannya hanya sekali dalam sejarah peradaban bangsa. Begitu kita keliru memilih pemimpin untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan. Hati-hati memilih ini,” tutur Presiden Jokowi lagi.
Karena memilih pemimpin tahun 2024 sangat krusial, lanjut Jokowi, berkali-kali diingatkan supaya tidak tergesa-gesa.
Budi Ari dalam pidatonya mengatakan, Musra adalah perintah Presiden Jokowi untuk mendengarkan aspirasi rakyat. ”Musra adalah momentum partisipasi rakyat karena tanpa partisipasi rakyat, demokrasi tidak berarti apa-apa,” tambahnya.
Selain itu, dia mengatakan, sukarelawan seluruh Indonesia juga menunggu komando Presiden Jokowi. ”Kita berharap ada komando dari Pak Jokowi. Kalau ga ada, ya, sabar. Ojo kesusu,” tuturnya.
Musra dilangsungkan sejak Agustus 2022 dan dimulai di Bandung, Jawa Barat. Musra diselenggarakan di 29 provinsi dan melibatkan 65.000 pemilih.
Dalam pilihan-pilihan yang disodorkan kepada calon pemilih tersebut, beberapa nama yang muncul selain Ganjar, Prabowo, dan Airlangga adalah Puan Maharani, Anies Baswedan, Erick Thohir, Mahfud MD, Moeldoko, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil. Adapun nama-nama cawapres yang bisa dipilih, antara lain, Airlangga Hartarto, Arsyad Rasyid, Danny Pomanto, Erick Thohir, Ganjar Pranowo, dan Mahfud MD.
Presiden Jokowi pun mengatakan, Musra adalah upaya merawat demokrasi dengan menyerap aspirasi akar rumput bukan dari elite. Dengan demikian, bisa diketahui siapa yang diinginkan rakyat.