Peci yang dipasangkan Megawati Soekarnoputri pada Ganjar Pranowo memberi makna tak sekadar simbolisasi nasionalis dan kepribadian Indonesia, tetapi lebih dalam lagi, yaitu kultural dan religus.
Oleh
SUHARTONO
·5 menit baca
Kopiah atau peci (songkok) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penutup kepala untuk pria. Sebelum Indonesia merdeka, peci lebih sering dikenakan rakyat kecil, seperti para pedagang. Saat itu, peci bukan sebagai simbol nasionalisme, apalagi penanda sosok pejuang dan pergerakan. Perluasan makna penggunaan peci mulai terjadi saat dipakai Proklamator Kemerdekaan Indonesia Soekarno di masa perjuangan kemerdekaan.
Meski demikian, Bung Karno bukanlah tokoh pergerakan kemerdekaan pertama yang mengenakan peci. Sebelum Soekarno, peci dari beludru hitam pernah dipakai Tjipto Mangunkusumo ketika menjalani pengasingan di Belanda pada 1913. Peci tampak dikenakannya saat menghadiri rapat Partai Sosialis Demokratik Belanda atau Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP) di Denhaag yang menjadi cikal bakal Partai Buruh Belanda (PvdA) sekarang ini.
Barulah setelah Tjipto, Soekarno yang mengenakannya, bahkan tak hanya sekali. Ia kerap memakainya saat menghadiri rapat-rapat yang digelar Jong Java cabang Surabaya. Ia menjadi bagian dari organisasi pemuda Jawa yang semula bernama Tri Koro Darmo tersebut pada 1915. Awalnya, dia sempat ragu mengenakan peci. Namun, tatkala melihat pedagang sate berpeci di dekat lokasi rapat Jong Java, keyakinannya tumbuh. Dan, Soekarno bertekad tampil dengan peci sebagai ciri nasionalisme dan pemuda pergerakan.
Selain rajin memakai peci, dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya, Soekarno juga menolak berbicara dengan bahasa Belanda. Ia memilih berbicara Jawa Ngoko (rendahan).
Putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarno yang akrab disapa Mas Tok, membenarkan ayahnya memakai peci sejak pertemuan Jong Java.
”Sebelum memasuki ruangan rapat, Bung Karno melihat pedagang sate mengenakan peci. Peci yang dikenakan itu adalah ’wajah’ rakyat jelata yang harus diperjuangkan. Dengan peci, Bung Karno menjadi representasi rakyat sehari-hari dan pemimpin rakyat,” ujarnya seusai menyaksikan pengumuman Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di kediaman keluarga Bung Karno, Rumah Batutulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023). Saat pengumuman itu, Megawati secara simbolis memakaikan peci langsung kepada Ganjar.
Bagi Bung Karno juga, peci adalah simbol dari kepribadian bangsa. Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams yang mengutip pernyataan Bung Karno menuliskan, ”Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka.”
Jadi, mengapa Megawati Soekarnoputri secara simbolis mengenakan kopiah kepada Ganjar?
”Menurut saya, itu sebagai simbolisasi Ganjar yang juga murid ideologis Bung Karno. Jadi, bukan sekadar nasionalisme dan ciri khas bangsa Indonesia saja. Ada ikatan ideologis,” tutur Mas Tok.
Tentang peci Bung Karno, Guntur berkisah, pecinya selalu dipesan dari seorang pembuat peci di kawasan Karet, Jakarta Pusat.
”Dulu Bung Karno kalau pecinya lusuh, baru akan diganti dan dipesan di Pak Mustafa Ahmad, perajin kopiah di Karet. Mengapa ke situ? Karena Pak Mustafa langganan dan hafal ukuran dan bentuk peci sesuai ukuran kepala Bung karno. Jadi, Bung Karno tak pernah mendapat hadiah peci dari mana pun,” kata Guntur. Peci Bung Karno saat ini masih disimpan di rumah cucunya, Puti Guntur Soekarno.
Selanjutnya, dalam sejarah perjalanan bangsa, peci kerap dikenakan oleh tokoh-tokoh nasional. Di ajang pemilihan presiden (pilpres), calon presiden ataupun calon wakil presiden juga sering memakainya. Di Pilpres 2019, misalnya, Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, begitu pula Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno, kerap terlihat memakainya.
Kembali ke momen ketika peci hendak dipakaikan pada Ganjar, Megawati menyebutkan bahwa peci adalah identitas dari nasionalisme bangsa Indonesia. Karena itu, siapa pun bisa memakai tanpa melihat agamanya.
”Saya sebagai ketua umum akan memberikan sebuah kopiah karena kalau kita melihat budaya orang Indonesia itu sebenarnya berkopiah. Dan, Bung Karno mengatakan itu adalah identitas dari nasionalisme kita yang disebut nasional dan religius,” ujar Megawati.
Ganjar, yang membungkuk seusai dikenakan peci lantaran badannya tinggi, kemudian tersenyum. ”Sebuah kehormatan buat saya mendapatkan penugasan ini sebagai kader partai. Tentu ini jadi tugas yang tidak mudah, maka kiranya kawan-kawan yang hadir, kami mohon dukungan, kami mohon kritikan, saran. Inilah momentum buat kita mengonsolidasikan kekuatan untuk bersatu, one for all, all for one,” tuturnya.
Kepada Kompas, Ganjar menyatakan, ”Pemakaian peci oleh Ibu Megawati sangat membanggakan saya sebagai seorang nasionalis, sekaligus kultural dan religius, penerus perjuangan Bung Karno dan Pak Jokowi.”
Sejak dipakaikan oleh Megawati pada Jumat (21/4) siang, peci itu terus dipakainya. Begitu pula keesokan harinya saat merayakan Lebaran.
Menurut Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, peci ala Bung Karno merupakan simbol nasionalisme Indonesia yang kuat dan melekat pada sejarah Indonesia.
”Peci Bung Karno juga merupakan peci khas yang sering dikenakan Presiden Soekarno, yang merupakan presiden pertama Indonesia. Itulah simbolis yang ingin dimaknai oleh Ibu Megawati saat pengumuman capresnya,” ungkap Hasto saat dihubungi Kompas.
”Peci bagi Bung Karno merupakan simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan kaum cerdik pandai yang selalu menjauhkan diri dari rakyat biasa. Peci bagi Bung Karno sebagai lambang Indonesia merdeka, dan instrumen kesatuan antara pemimpin pergerakan kemerdekaan dan rakyat Marhaen,” tambahnya.
Setelah Indonesia merdeka, peci semakin populer dan menjadi ikon identitas nasional. Dalam banyak kesempatan, Bung Karno menggunakan peci sebagai bagian dari penampilannya yang mencerminkan semangat nasionalisme bangsa. ”Bahkan, Bung Karno sering menyebutkan dan memperkenalkan peci sebagai bagian dari budaya nasional Indonesia,” tutur Hasto.
Kini, peci juga menjadi ikon budaya Indonesia yang terkenal di dunia internasional.
”Sebagai seorang negarawan dan presiden, Bung Karno sering menghadiri acara-acara internasional dan bertemu dengan para pemimpin dunia. Dalam kesempatan tersebut, Bung Karno selalu memakai peci sebagai bagian dari pakaian resminya. Hal ini membuat peci Bung Karno menjadi semakin terkenal dan menjadi bagian dari citra Indonesia di mata dunia,” lanjut Hasto.
Peci Bung Karno juga masih dilihat sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Banyak yang memakai peci pada acara-acara penting, seperti hari kemerdekaan Indonesia, upacara bendera, atau acara-acara adat. Hal ini menunjukkan bahwa peci tak hanya bagian dari sejarah bangsa, tetapi juga bagian dari identitas nasional. Peran penting peci Bung Karno telah membentuk identitas kolektif bangsa. Itulah tampaknya yang diharapkan Megawati untuk sang calon presidennya.