”Kita terbuka dan akan gembira kalau Perindo dan mungkin ada partai-partai lain yang bukan, kita ingin suatu, apa ya, suatu katakanlah barisan yang cukup besar, solid,” kata Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·3 menit baca
Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Seusai pertemuan, Prabowo menyampaikan keterbukaan Gerindra jika Perindo ingin bergabung dalam koalisi besar.
Analis politik menilai, tidak mengherankan jika pertemuan Gerindra dengan Perindo itu seperti menunjukkan adanya kecocokan.
JAKARTA, KOMPAS — Dikunjungi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Indonesia Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai GerindraPrabowo Subianto menyatakan terbuka terhadap Perindo jika hendak bergabung dalam koalisi besar. Meski terdapat kesamaan pandangan, untuk sampai ke sana, masih diperlukan komunikasi lebih dalam.
Hary mendatangi Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Rabu (5/4/2023), pukul 15.00. Pertemuan keduanya berlangsung selama 1,5 jam. Hary didampingi pengurus Perindo, antara lain Ketua Harian Partai Perindo Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi dan Wakil Ketua Umum Bidang Pemilu Partai Perindo Ferry Kurnia Rizkiyansyah. Dari Partai Gerindra tampak Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani dan juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak.
”Kita terbuka dan akan gembira kalau Perindo dan mungkin ada partai-partai lain yang bukan, kita ingin suatu, apa ya, suatu katakanlah barisan yang cukup besar, solid, supaya menjamin kelangsungan pembangunan,” kata Prabowo.
Dalam kesempatan itu, Prabowo menyinggung persahabatannya dengan Hary sejak mereka muda, termasuk soal pilihan dan langkah politik yang pernah sama dan pernah pula tidak sama. Meski begitu, kata Prabowo, mereka tetap bersahabat dan saling menghormati karena pada dasarnya tujuannya sama, yakni mengabdi kepada bangsa dan rakyat.
Demikian pula dalam pertemuan sekaligus silaturahmi tersebut, kata Prabowo, dibicarakan kesamaan nilai tentang demokrasi dan politik yang khas Indonesia, yakni kekeluargaan dan kerukunan. Dengan demikian, kritik ataupun masukan yang dilontarkan tidak dimaksudkan untuk menghina, mencela, dan mempermalukan.
Terkait dengan hal itu, Prabowo menyatakan bahwa kedua belah pihak akan bertemu lagi untuk berbicara lebih dalam tentang kerja sama politik ke depan. ”Kami terbuka jika Perindo ingin bergabung dalam koalisi besar,” ujar Prabowo.
Sebelumnya, sinyal pembentukan koalisi besar menguat setelah bertemunya Presiden Jokowi dengan Prabowo, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, serta Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Mardiono. Lima partai itu selama ini ada dalam dua koalisi partai, yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) serta Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Terkait dengan penentuan bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden dalam koalisi besar yang diprediksi alot, Prabowo mengatakan bahwa hubungannya dengan para ketua umum partai politik lainnya baik-baik saja. Bagi Prabowo, yang penting adalah itikad baik dari semua pihak.
Sementara itu, Hary mengatakan, penerimaan dan pertemuan dengan Prabowo dan jajaran Partai Gerindra merupakan kehormatan besar. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak menjajaki kerja sama politik ke depan. ”Ke depan, tentunya nanti Partai Perindo dan Partai Gerindra akan melanjutkan diskusi-diskusi ini. Mudah-mudahan ke depan kerja sama politik ini bisa berjalan baik untuk kepentingan NKRI,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Muzani mengatakan, pertemuan itu masih merupakan penjajakan. Namun, arah menuju koalisi tetap ada karena kedua partai memiliki persamaan dalam memandang berbagai persoalan. Terlebih permasalahan Indonesia sebagai bangsa dengan penduduk yang besar mesti dihadapi dengan kekuatan parlemen yang besar pula.
Secara terpisah, pengajar politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, berpandangan, baik Partai Gerindra maupun Partai Perindo dalam posisi saling membutuhkan. Di satu sisi, Partai Perindo membutuhkan figur calon presiden yang dinilai punya kapasitas dan bisa diasosiasikan dengan tokoh yang akan diajukan Partai Perindo.
Sementara itu, dari sisi Partai Gerindra, menurut Adi, dalam konteks pemilu, maka dukungan sekecil apa pun dari partai politik, baik partai yang duduk di parlemen maupun nonparlemen, tetap penting. Terlebih, Partai Gerindra perlu meraih ceruk basis pemilih Partai Perindo yang pada pemilu lalu hampir mencapai 3 persen. Jumlah tersebut tentu cukup besar untuk bisa dikonversi sebagai pemilih Prabowo nantinya dalam Pemilihan Presiden 2024.
”Jadi, tidak mengherankan pertemuan Gerindra dengan Perindo itu seperti menunjukkan adanya kecocokan bahwa mereka akan berada pada satu frekuensi politik. Keduanya sama-sama saling membutuhkan,” kata Adi.
Adapun di Pemilu 2019, Perindo mampu meraup 3.738.320 suara atau setara 2,68 persen total suara sah pemilu. Jumlah suara Perindo tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan perolehan suara partai politik yang tidak lolos ambang batas parlemen.