Ingin Ikut Bergabung ke Koalisi Besar, PSI Temui Golkar Pekan Depan
PSI menyatakan bergabung dengan koalisi besar dan telah menjadwalkan pertemuan dengan Golkar untuk membahas wacana tersebut lebih lanjut.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·2 menit baca
Partai Solidaritas Indonesia mengagendakan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pekan depan untuk membahas Pemilu 2024.
PSI ingin masuk dalam koalisi besar di Pemilu 2024 yang sedang dijajaki Partai Golkar, PAN, PPP, Gerindra, dan PKB.
Analis politik menilai langkah PSI ini bukan sesuatu yang aneh, tetapi sudah bisa ditebak.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Solidaritas Indonesia menyatakan diri bergabung dengan koalisi besar, yaitu wacana penyatuan Koalisi Indonesia Bersatu dan Koalisi Indonesia Raya. PSI akan bertemu dengan Ketua Umum Partai Golongan Karya Airlangga Hartarto pekan depan untuk membicarakan wacana tersebut lebih lanjut.
Sebelumnya, sinyal pembentukan koalisi besar semakin menguat setelah bertemunya Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, serta Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono. Lima partai tersebut selama ini berada dalam dua koalisi partai, yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) serta Koalisi Indonesia Raya (KIR). Saat pertemuan silaturahmi Ramadhan yang diselenggarakan DPP PAN, Jokowi bahkan menilai cocok jika kedua partai tersebut bergabung, apalagi para ketua umum sepakat dengan pembentukan koalisi besar.
Wakil Ketua Pembina PSI Grace Natalie di Jakarta, Rabu (5/4/2023), mengatakan, partainya akan bergabung ke koalisi besar tersebut karena sejak awal mendukung Jokowi. PSI akan bertemu dengan Airlangga Hartarto pekan depan untuk berkomunikasi secara formal mengenai wacana pembentukan koalisi besar itu.
”Saya kira ada kebutuhan mendesak, ya, untuk menjalin komunikasi lebih dalam di bawah tenda koalisi besar bersama lima partai pendukung Presiden Jokowi yang lain. Jadi, PSI ingin bergandengan tangan, bekerja sama dengan koalisi besar. Kita akan lihat hasil perbincangan dengan Pak Airlangga minggu depan,” ujar Grace.
Lebih lanjut, kata Grace, tujuan utama PSI memutuskan bergabung dengan koalisi besar karena ingin memastikan program kerja Jokowi terus berjalan dan hal itu perlu dijaga. Saat ini pembentukan koalisi besar masih dalam proses karena anggotanya juga belum terbentuk secara pasti. Hal ini karena semakin banyak anggota akan semakin beragam kepentingan di dalamnya.
Koalisi besar dinilai penting untuk memastikan Pemilu 2024 berjalan demokratis. Di samping itu, demi menjamin terpilihnya presiden dan wakil presiden yang mampu meneruskan dan menjaga program kerja Jokowi. Komunikasi informal telah dilakukan dengan partai-partai lain hingga saat ini.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PSI Giring Ganesha mengatakan, kesinambungan cita-cita besar bangsa dan menjaga hasil karya pemerintahan Presiden Jokowi menjadi dasar bagi PSI dalam bersikap, termasuk dalam mengusung capres. Kualitas pemilu tergantung pula pada kualitas kandidatnya dan program kerjanya. Pada tahun pemilu saat ini diharapkan tidak ada lagi politik identitas.
”Intinya, panutan kami adalah Presiden Jokowi dan kerja-kerjanya yang melayani masyarakat, antikorupsi, dan toleransi. Saya rasa kita harus melihat Jokowi sebagai negarawan terbaik di negeri ini untuk menentukan calon yang akan PSI usung nantinya,” kata Giring.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, berpendapat, keputusan PSI bergabung dengan koalisi besar bukan sesuatu yang aneh dan sudah dapat ditebak gerakan politiknya. PSI dinilai selalu ingin bersama Jokowi dan ingin berada dalam koalisi pemerintahan. ”Jika PSI berjalan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), tidak cocok itu, sebab akan terus berbeda pendapat. Jika dengan koalisi perubahan, tidak mungkin juga karena PSI tidak bersama Anies Baswedan. Konstruksi politik PSI itu sangat sederhana, sudah terbaca sejak awal,” tutur Ujang saat dihubungi.
Pertemuan PSI dengan Airlangga Hartarto dinilai akan banyak membahas terkait keikutsertaan PSI di koalisi besar mengingat PSI merupakan partai non-parlemen yang akan bergabung bersama partai-partai parlemen meskipun semuanya berada di pemerintahan Jokowi. Adapun menurut Ujang, nasib koalisi besar sepenuhnya berada di tangan Presiden Jokowi dan disebut akan benar-benar terbentuk berdasarkan calon presiden yang diusung PDI-P terlebih dahulu. Langkah koalisi selanjutnya, kata Ujang, juga akan ditentukan lewat calon yang diusung partai tersebut.