Hadapi Perang Modern, Alutsista Kopaska Masih Terbatas
Komando Pasukan Katak TNI AL perlu menyesuaikan alutsista dengan perkembangan teknologi dan sistem perang modern.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah dan jenis alat utama sistem persenjataan atau alutsistaKomando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut masih terbatas. Penambahan alutsista diperlukan untuk menambah sekaligus menyesuaikan kekuatan salah satu pasukan elite TNI AL itu dengan perkembangan teknologi dan sistem perang modern.
”Situasi saat ini tidak menentu. Kopaska (Komando Pasukan Katak) perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Secara spesifik pada peralatan pasukan khusus dan alat-alat matsus (material khusus) intelijen,” ujar Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali saat perayaan hari ulang tahun ke-61 Kopaska dan penyematan brevet kehormatan pada empat perwira TNI AL di Markas Komando Pondok Dayung, Jakarta, Jumat (31/3/2023).
Peralatan matsus ini berupa perlengkapan komunikasi, penyadap, dan kemampuan deteksi penembak jitu. Hal itu juga akan didukung dengan alutsista lainnya, seperti perahu taktis (sea rider), kapal tempur (combat boat), dan peralatan selam akan dilengkapi sesuai dengan standar Kopaska TNI AL.
Situasi saat ini tidak menentu. Kopaska (Komando Pasukan Katak) perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Secara spesifik pada peralatan pasukan khusus, dan alat-alat matsus (material khusus) intelijen.
Ali menambahkan, Kopaska di Komando Armada III masih kekurangan personel. Untuk itu, pihaknya juga akan merekrut dan mendidik tenaga baru untuk Koarmada III. Meskipun demikian, Kopaska sebagai pasukan khusus tidak terlalu membutuhkan banyak personel.
”Kalau pasukan khusus biasanya dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Ini karena satu anggota Kopaska setara dengan satu peleton,” tambah Ali.
Ali pun berharap agar Kopaska semakin profesional dan mampu mengantisipasi segala keadaan, baik di darat, laut, maupun udara. Ini karena Kopaska seimbang dengan Pasukan Khusus AL Amerika Serikat (Navy Seal) dan Pasukan Khusus AL Inggris (Special Boat Service/SBS) karena kerap berlatih bersama.
Berdasarkan analis pertahanan Semar Sentinel Fauzan Malufti, penambahan alutsista untuk kekuatan militer Kopaska perlu diiringi doktrin dan teknologi yang sesuai. Dalam hal ini, baik pasukan khusus maupun reguler harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, ancaman, dan operasi.
”Sebagai pasukan khusus, Kopaska dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih. Hal ini berlaku untuk peralatan yang mereka operasikan. Seluruhnya harus lebih canggih,” ucapnya.
Dalam hal koordinasi Kopaska dengan matra atau satuan lain, lanjut Fauzan, sudah baik. Ini terlihat dari latihan rutin, misalnya dengan Batalyon Intai Amfibi Korps Marinir, Kopaska juga dilibatkan. Secara umum, koordinasi dan interoperabilitas satuan-satuan khusus di TNI semakin membaik sejak dibentuknya Komando Operasi Khusus (Koopssus).
Sementara dalam kesempatan itu, KSAL memberikan brevet kepada empat perwira tinggi TNI AL. Mereka adalah Asisten Operasi Kasal Laksamana Muda Denih Hendrata, Panglima Komando Armada I Laksamana Muda Erwin S Aldedharma, Panglima Komando Armada III Laksamana Muda Agus Hariadi, dan Deputi Bidang Pengkajian dan Penginderaan Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Laksamana Muda TSNB Hutabarat. Brevet merupakan penghargaan tertinggi Kopaska untuk para perwira.
Sebelum penyematan brevet, Kopaska menggelar latihan operasi bertajuk small boat operation. Dalam operasi itu, mereka berangkat menggunakan perahu taktis untuk mendarat. Merekan kemudian bergerak menuju lapangan tempat penyematan brevet sambil terus menembak.