Megawati Soekarnoputri melihat menjelang Pemilu 2024, banyak yang dengan mudahnya terbawa arus. Dalam memilih pemimpin, seharusnya ada keteguhan sikap.
Oleh
Ayu Octavi Anjani, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN, NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·3 menit baca
TIM MEDIA PDI-P
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri berbincang dengan Mendagri Tito Karnavian saat acara peringatan Sembilan Tahun UU Desa di Parkir Timur Gelora Bung Karno Jakarta. Hadir pula di acara itu di antaranya Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Gubernur Jawa Timur Khofifiah Indar Parawansa.
JAKARTA, KOMPAS — Megawati Soekarnoputri menyinggung soal kriteria pemimpin yang layak dipilih di Pemilihan Presiden 2024 dalam pidatonya di hadapan ribuan kepala desa saat acara peringatan sembilan tahun Undang-Undang Desa di Jakarta, Minggu (19/3/2023). Tak hanya itu, ia juga mengingatkan soal pentingnya berpendirian dalam bersikap karena kondisi politik menjelang Pemilu 2024 dilihatnya seperti orang berdansa atau mudah terbawa arus.
”Saya bilang politik sekarang itu seperti orang berdansa. Tahun-tahun ini nih politik. Kenapa? Aku melu no kono (ikut yang sana) atau melu dua-duane (ikut dua-duanya), pusing akhirnya pingsan dewe (sendiri). Gitu lho, jadi jangan terbawa arus,” ujar Megawati dalam acara yang digelar di Parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno. Megawati memenuhi undangan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Dalam memilih pemimpin, kata Presiden ke-5 RI tersebut, seharusnya ada keteguhan sikap.
Ia mencontohkan saat dirinya memutuskan bahwa partai yang dipimpinnya, PDI-P, mengusung Joko Widodo di Pilpres 2014. Kala itu, sempat muncul pihak-pihak yang tidak senang dirinya mendukung Jokowi. Namun, ia tetap konsisten dengan pilihannya. Pilihannya pun terbukti, Jokowi dinilainya mampu memimpin Indonesia dengan baik.
TIM MEDIA PDI-P
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri saat acara peringatan Sembilan Tahun UU Desa di Parkir Timur Gelora Bung Karno Jakarta. Hadir pula di acara itu di antaranya Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Gubernur Jawa Timur Khofifiah Indar Parawansa.
Maka, untuk Pilpres 2024, selain berpesan agar tidak mudah terbawa arus, ia mengajak masyarakat agar kembali memilih orang baik. ”Pilih orang yang baik. Seperti Pak Jokowi itu kan saya pilih karena saya yakin beliau orang baik. Oke saya jadikan, bisa atur pemerintah,” tutur Megawati.
Untuk diketahui, sehari sebelumnya, Megawati bertemu empat mata selama dua jam dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan membahas banyak hal, termasuk salah satunya terkait Pemilu 2024 (Kompas, 19/3/2023). Dalam pertemuan itu, Presiden disebut mempromosikan sayur lodeh yang merupakan makanan kegemaran Bung Karno, nasi goreng seafood, sop ayam kampung, dan kerupuk khas Solo.
Di Surabaya, seusai menghadiri Rapat Koordinasi Teknis PDI-P wilayah Jawa Timur, Minggu, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto kembali menyampaikan, pertemuan Jokowi dan Megawati membahas hal-hal yang strategis dan serius, di antaranya soal problematika bangsa saat ini, dinamika politik, hingga pilpres dan tahapan-tahapannya yang pasti akan dilaksanakan.
Ia juga kembali menjelaskan soal hidangan sayur lodeh yang disajikan dalam pertemuan. ”Lodeh ini menjadi hidangan yang istimewa karena dulu Bung Karno ketika mencoba di masa-masa konfrontasi fisik, Ibu Fatmawati sempat mengadakan lomba memasak untuk mencari siapa juru masak terbaik yang bisa memasak menghadirkan sayur lodeh,” ujarnya melalui keterangan tertulis.
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto saat acara Rapat Koordinasi Teknis PDI-P Jawa Timur di Surabaya, Minggu (19/3/2023).
Maka, sayur lodeh memiliki arti dan filosofi tertentu bagi Indonesia. ”Sayur lodeh ini kan simbol ketika menghadapi berbagai tantangan. Di situlah saripati simbolisasi keselamatan dilakukan,” ungkap Hasto.
Terkait bakal calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung PDI-P, ia menyampaikan masih ada waktu bagi partai untuk menentukannya sebelum tiba tahapan pendaftaran capres-cawapres pada September mendatang. Megawati sebagai penentu keputusan di PDI-P dipastikannya akan mengambil keputusan yang tepat.
Yang pasti, menurut dia, bakal capres akan berasal dari internal partai atau kader partai sendiri. Hal tersebut merupakan amanat dari Megawati selain juga sebagai bentuk komitmen dari PDI-P bahwa pemimpin harus lahir dari proses kaderisasi atau penggemblengan.
Ditanyakan soal kans Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI-P, Ganjar Pranowo, sebagai bakal capres PDI-P, Hasto mengatakan, penentuan capres-cawapres dari PDI-P tidak sebatas melihat pada aspek elektabilitas, tetapi juga kinerjanya selama ini. ”Seorang pemimpin tak hanya dilihat dari aspek elektoralnya saja, tetapi bagaimana leadership (kepemimpinan)-nya, kemampuan menyelesaikan masalah dan masa depan,” ujar Hasto.