Pengangguran Masih Didominasi Lulusan Pendidikan Tinggi
Belum adanya kesesuaian antara dunia pendidikan tinggi dan dunia kerja menyebabkan adanya kesenjangan. Dari 1,8 juta lulusan setiap tahun, ada 12 persen yang tak tertampung dalam pekerjaan.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
JOMBANG, KOMPAs — Setiap tahun, lulusan pendidikan tinggi, baik sarjana, sarjana terapan, maupun vokasi, rata-rata sudah mencapai 1,8 juta orang. Namun, sekitar 12 persen pengangguran di Indonesia justru didominasi lulusan sarjana dan diploma. Hal ini terjadi terutama karena belum adanya kesesuaian antara dunia pendidikan tinggi dan dunia kerja.
”Itu sekarang, kan, ada namanya kampus merdeka, jadi mahasiswa itu kan di-link-an dengan industri dengan berbagai kegiatan yang ada di perusahaan-perusahaan, masyarakat, sehingga kita tidak lagi jadi sarjana yang tidak siap pakai, akhirnya pengangguran,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam keterangan pers seusai Wisuda Ke-9 Institut Agama Islam Bani Fattah Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023).
Wapres Amin juga menekankan bahwa ada sekolah-sekolah vokasi hingga balai latihan kerja agar lulusan pendidikan tinggi siap masuk ke lapangan kerja. ”Untuk skilling reskilling dan upskilling ini sebenarnya solusi yang sedang digodok,” tambah Wapres Amin.
Selain itu, program pemerintah berupa kartu prakerja juga mampu membuat generasi muda menjadi lebih mandiri. ”Pemerintah kemarin mengeluarkan beberapa triliun, ya, untuk kartu prakerja, itu ternyata tamatannya banyak yang mandiri, bisa berwirausaha, dan juga banyak yang memiliki keterampilan, kemudian keterima di tempat kerja,” ucapnya.
Itu sekarang, kan, ada namanya kampus merdeka, jadi mahasiswa itu, kan, di-link-an dengan industri dengan berbagai kegiatan yang ada di perusahaan-perusahaan, masyarakat, sehingga kita tidak lagi jadi sarjana yang tidak siap pakai, akhirnya pengangguran.
Wapres Amin juga berharap perguruan tinggi seperti Institut Agama Islam Bani Fattah Tambakberas, Jombang, dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu. ”Alhamdulillah ini menghadiri wisuda satu institut yang berada di pesantren. Pesantren ini sangat tua, saya kira tiga generasi, jadi pesantren ini pesantren yang sangat tua, sudah menghasilkan banyak kiai dan ulama-ulama,” ucap Wapres.
Generasi muda diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. ”Sebab, kunci dari semua yang kita hadapi itu, problem-problem kemasyarakatan, keekonomian, moralitas dan juga tatanan kehidupan adalah kalau tersedianya SDM yang unggul, yang menguasai ilmu pengetahuan, baik sains dan teknologi maupun pengetahuan agama yang mendalam,” ucapnya.
Selain menghadiri Wisuda Ke-9 Institut Agama Islam Bani Fattah Tambakberas, Wapres Amin bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga menghadiri wisuda hafidzohV Pondok Pesantren Hamalatul Quran Putri I Jogoroto, Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023) pagi. Salah satu wisudawati, Selma Ratu Dewi Tanara binti KH Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin, merupakan cucu dari Wapres Amin.
Hafalan Al Quran
Selma menyelesaikan hafalan Al Quran 30 juz selama 4 bulan 9 hari. Wisuda kali ini diikuti 187 wisudawati. Rata-rata santri bisa menghafal Quran sekitar 6 bulan. Pengasuh Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Ainul Yaqin, menyampaikan, santri dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini, tetapi tetap menjunjung budaya lokal, dan tetap berpegang teguh pada Al Quran dan hadis.
Pondok Pesantren Hamalatul Quran merupakan pondok tahfiz yang memiliki metode percepatan menghafal Al Quran secara cepat, yaitu dalam waktu kurang dari satu tahun. ”Kami menginginkan untuk terus menciptakan kader yang andal, inspiratif, inovatif, dan limitasi dengan batasan adat Jawa-Indonesia, yang Islami berdasarkan kitab suci dan hadis Nabi,” ujar Ainul.
Kami menginginkan untuk terus menciptakan kader yang andal, inspiratif, inovatif, dan limitasi dengan batasan adat Jawa-Indonesia, yang Islami berdasarkan kitab suci dan hadis Nabi.
Menurut Wapres Amin, cara menghafal Al Quran di Pondok Pesantren Hamalatul Quran, menurut rencana, akan diadopsi hingga tingkat nasional. ”Orang hafal hanya dalam waktu 4 bulan itu luar biasa, kalau normal itu agak susah dan sampai 1 tahun,” ujar Wapres Amin dalam keterangan pers.
Wapres Amin mengatakan banyak masjid yang perlu imam. ”Bahkan, kita diminta 200 imam di Emirat (Uni Emirat Arab), baru terpenuhi 60, jadi masih 140 lagi imam-imam yang hafidz yang hafal Quran ini. Saya kira ini pekerjaan besar,” ujarnya.
Gubernur Khofifah memuji metode menghafal yang digunakan Hamalatul Quran. Metode tersebut menjadikan para santri di seluruh cabang pondok Hamalatul Quran yang tersebar di Kediri, Jombang, dan Surabaya rata-rata dapat menghafal 30 juz Al Quran dalam 3-6 bulan saja.
”Jadi, menurut mereka, ada lima tahapan yang digunakan sejak awal rekrutmen santri. Yang pertama, tes hafalan. Artinya, akan dilihat berapa banyak hafalan yang sudah dimiliki,” ujar Khofifah saat mendampingi Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri Wisuda Hafidzoh V Pondok Pesantren Hamalatul Quran Putri di Desa Jogoroto, Jombang.
Jadi, menurut mereka, ada lima tahapan yang digunakan sejak awal rekrutmen santri. Yang pertama, tes hafalan. Artinya, akan dilihat berapa banyak hafalan yang sudah dimiliki,
Pada acara wisuda tersebut, cucu Wapres Ma’ruf Amin, yakni Selma Ratu Dewi Tanara binti KH A Syauqi Ma’ruf Amien turut diwisuda setelah menyelesaikan hafalan Al Quran 30 juz dalam waktu 4 bulan 9 hari. Selma menuntaskan pendidikan di PP Hamalatul Quran Putri Ringinagung Kediri (Cabang PPHQ Pusat) dan berhasil lulus sebagai wisudawati berprestasi.
Kemampuan baca dan menghafal
Khofifah mengatakan, tahapan kedua dalam perekrutan santri adalah menguji kemampuan membaca dengan tajwid dan makharijul huruf yang benar. Berikutnya, menguji kemampuan menghafal calon santri.
Metode menghafal Al Quran ini bisa jadi referensi untuk semua. Jadi, pelan-pelan kita memperbaiki cara mengaji, lebih sering update metode menghafal dan tajamkan pikiran dengan terus menambah hafalan. Insya Allah dipermudah.
Dalam ujian ini, setiap santri akan diberikan satu halaman acak dalam Al Quran dan harus menghafalnya dalam waktu 30 menit. Setelah itu, ada tes wawancara untuk melihat motivasi santri dan seberapa kuat tekad mereka untuk menghafal.
’Kalau sudah masuk, barulah akan masuk pada proses habituasi. Jadi, santri dibiasakan untuk membaca 7 juz per hari sehingga bisa khatam setiap 4-5 hari. Kalau sudah begini, ngelindur pun para santri ini tetap melafadzkan Al Quran,’ kata Khofifah.
Mantan Menteri Sosial itu menambahkan, metode menghafal Al Quran semacam ini dapat diimplementasikan untuk mereka yang ingin menjadi hafidz dan hafidzoh. Cara tersebut sudah dibuktikan oleh Hamalatul Quran.
”Metode menghafal Al Quran ini bisa jadi referensi untuk semua. Jadi, pelan-pelan kita memperbaiki cara mengaji, lebih sering update metode menghafal dan tajamkan pikiran dengan terus menambah hafalan. Insya Allah dipermudah,” kata Khofifah.
Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut mengharapkan lebih banyak penghafal Al Quran yang lahir di Jawa Timur agar Allah senantiasa memberkahi bumi Majapahit ini.