Saat Pertama Kali Simfoni Orkestra Berpadu dengan Ruang Akustik Istana Negara
Di masa Hindia Belanda, ruang upacara ini biasa dipakai sebagai ballroom untuk pesta dansa. Kini, di era Presiden Jokowi, mengalun simponi indah Twilite Orkestra Addie MS dalam gelaran acara Kompas100 CEO Forum 2022.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, NINA SUSILO
·7 menit baca
Musik menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kegiatan kenegaraan di Istana Kepresidenan. Namun, musik yang disuguhkan dalam kemasan simfoni orkestra baru pertama kali disuguhkan secara khusus di Istana Negara sejak masa Presiden Soekarno, bahkan Presiden Soeharto dan Presiden-presiden lainnya. Sebelumnya, orkestrasi yang dimainkan oleh Korps Musik Pasukan Pengaman Presiden juga sudah ada meskipun hanya membawakan khusus lagu Indonesia Raya untuk kepentingan upacara kenegaraan.
Gedung istana dengan ceiling yang tinggi ternyata ideal sebagai ruang akustik untuk penampilan musik simfonik tanpa amplifikasi atau sama sekali tak menggunakan perangkat sound system. Gaung melodi aneka instrumen musik yang berbaur menjadi satu alunan musik harmoni segera saja terdengar di ruangan Istana Negara ketika Addie Mulyadi Sumaatmadja atau Addie MS hadir sebagai konduktor dalam gelaran Kompas 100 CEO Forum pada Jumat (2/12/2022). Presiden Joko Widodo tampak duduk menikmati suguhan orkestra yang hanya mengandalkan akustik gedung Istana Negara ini.
Pandangan mata Presiden tertuju ke penampilan Twilite Orchestra dan sama sekali tak berpaling ke kanan maupun ke kiri. Orkestra memang terasa lebih kaya untuk menampilkan nuansa dan emosi. Sepanjang rangkaian gelaran Kompas 100 CEO Forum, para CEO dihibur dengan keindahan enam lagu nasional dan daerah yang telah diaransemen ulang yang disuguhkan Twilite Orchestra.
Sebagian hadirin tampak berkaca-kaca ketika lagu-lagu yang membangkitkan kecintaan seperti Tanah Airku, Rayuan Pulau Kelapa, Rasa Sayange, dan Manukdadali dihadirkan. Salah satu keistimewaan penampilan Twilite Orchestra adalah ketika hadir dengan aransemen lagu kebangsaan Indonesia Raya.
"Sebagian hadirin tampak berkaca-kaca ketika lagu-lagu yang membangkitkan kecintaan seperti Tanah Airku, Rayuan Pulau Kelapa, Rasa Sayange, dan Manukdadali dihadirkan. Salah satu keistimewaan penampilan Twilite Orchestra adalah ketika hadir dengan aransemen lagu kebangsaan Indonesia Raya"
Indonesia Raya ditampilkan dalam format orkes simfoni secara live atau langsung dengan perpaduan beragam alat musik seperti harpa, biola, dan cello. Biasanya lagu Indonesia Raya ini ditampilkan oleh korps musik Pasukan Pengaman Presiden atau Paspampres dari selasar Istana Negara.
Simfoni orkestra kali ini juga menyuguhkan lagu Bengawan Solo di hadapan Presiden Jokowi. Presiden tampak terdiam dan meresapi alunan musik yang diciptakan oleh Gesang ini. Lagu ini pas dibawakan di hadapan Presiden Jokowi yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Khusus untuk lagu Indonesia Raya, musisi Twilite Orchestra memainkannya dengan format berdiri, tidak duduk seperti biasanya. “Tadi sempat berair matanya, pas dengar Indonesia Raya, apalagi pas main Tanah Airku di ruang Istana Negara,” ujar pemain Harpa Rama Widi yang menjadi salah satu anggota Twilite Orchestra.
“Tadi sempat berair matanya, pas dengar Indonesia Raya, apalagi pas main Tanah Airku di ruang Istana Negara”
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto; Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md; Sekretaris Kabinet Pramono Anung; Menteri Keuangan Sri Mulyani; dan CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama pun tampak larut ketika orkestra memperdengarkan lagu Tanah Airku. Tampak beberapa CEO berkaca-kaca larut dalam alunan musik yang melantunkan kecintaan pada Tanah Air Indonesia.
Dalam sambutannya Menteri Airlangga juga mengapresiasi orkestra yang disajikan di Istana Negara. “Orkestranya rapi dan baik: di ekonomi, maunya semua turut, para CEO ini sering improvisasi sendiri-sendiri, sehingga nadanya beda beda,” ujar Airlangga diikuti tawa para CEO.
Bukan Konser
Penampilan Twilite Orchestra pun segera berbuah pujian dari Presiden Jokowi. Ketika berfoto bersama dengan musisi Twilite Orchestra di tangga Istana Merdeka, Presiden Jokowi pun melemparkan pujian dengan menyalami dan menyebut bahwa pertunjukan simfoni orkestra di Istana Negara sangat bagus.
Komponis Addie MS menegaskan bahwa penampilan di Istana Negara sebenarnya bukan konser, melainkan bagian dari acara "Kompas 100 CEO Forum". Kelompok Musisi Twilite Orchestra tampil dengan format kecil, yaitu 30 musisi dari biasanya 60 musisi. Jumlah lagu juga sedikit. Hanya 6 lagu, terdiri dari lagu daerah dan nasional.
"Di Eropa dan negara-negara lain, orkestra sering ditampilkan sebagai bagian dari beberapa acara di Istana. Bukan dalam konteks hiburan, tapi lebih untuk menghadirkan kekhidmatan dan semangat kebangsaan"
Menggarap orkestra ibaratnya sama dengan mengelola keanekaragaman. Sebagai konduktor, Addie MS harus mengelola beragam perbedaan alat musik, not yang berbeda, dan musisi yang berbeda. Ia bertugas mengarahkan agar chaos atau beragam perbedaan ini diarahkan dalam sinergi sehingga terwujud harmoni. Hal ini serupa dengan peran pemimpin dalam mengelola keberagaman bangsa.
Mengenai bagaimana peran pemimpin dalam mengorkestrasi organisasinya, Addie MS awalnya mengaku ingin meminta Presiden Jokowi memimpin orkestra untuk satu lagu yang sudah dipersiapkan. “Tapi kali ini belum bisa terlaksana (meminta Pak Jokowi memimpin orkestra),” ujar Addie MS.
Menurut Addie MS, di Eropa dan negara-negara lain, orkestra sering ditampilkan sebagai bagian dari beberapa acara di Istana. Bukan dalam konteks hiburan, tapi lebih untuk menghadirkan kekhidmatan dan semangat kebangsaan.
Meskipun Presiden tak jadi memimpin orkestrasi, para musisi yang terlibat mengaku senang dan berterima kasih orkes simfoni bisa tampil lagi di Istana, meski bukan dalam format konser. “Terakhir saya dan Twilite Orchestra tampil di Istana adalah pada tahun 1995. Di halaman Istana Negara dan Istana Bogor,” kata Komponis Addie MS.
Akustik Ruang
Pada masa Presiden Soeharto tersebut, Twilite Orchestra tampil di Istana Kepresidenan, tetapi hanya di taman pekarangan di antara Istana Negara dan Istana Merdeka. Selain itu, Twilite Orchestra juga pernah tampil di halaman istana ketika Upacara Penurunan Bendera 17 Agustusan pada perayaan HUT ke-50 tahun kemerdekaan Indonesia.
Tampil di halaman, Twilite Orchestra tampil dalam format yang sedikit lebih besar, yaitu 45 musisi. “Karena tampil dia ruang terbuka, konser menggunakan sound system. Penampilan Twilite Orchestra di Istana Negara tadi tidak menggunakan sound system sama sekali. Suara lebih jernih,” kata Addie.
“Penampilan musik simfonik memang idealnya tanpa amplifikasi (sound system). Tapi untuk itu membutuhkan ruangan yang akustiknya sesuai untuk itu. Gedung-gedung buatan zaman Belanda seperti Istana Negara umumnya memiliki akustik ruang yang bagus untuk musik kamar dan orkestra kecil,” tambah Addie MS.
Salah satu faktor penting yang dimiliki Istana Negara adalah ketinggian ceiling. Ruang di Istana memiliki ceiling yang tinggi. “Tadi kita tampil tanpa sound system atau tanpa mic, speaker, mixer dan lain-lain. Sehingga suara terdengar jernih dan natural,” ujar Addie.
Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menjelaskan selama ini memang orkes yang bertugas di istana umumnya berasal dari Korps Musik Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Sebab, mereka perangkat melekat di kepresidenan. “Selama bisa dikerjakan perangkat (kepresidenan), kami menggunakan perangkat. Sekaligus untuk memaksimalkan kemampuan internal,” tuturnya.
“Penampilan musik simfonik memang idealnya tanpa amplifikasi (sound system). Tapi untuk itu membutuhkan ruangan yang akustiknya sesuai untuk itu. Gedung-gedung buatan zaman Belanda seperti Istana Negara umumnya memiliki akustik ruang yang bagus untuk musik kamar dan orkestra kecil”
Selain itu, Korps Musik Paspampres ini memiliki kesiapan tinggi. Ketika harus berlatih memainkan lagu kebangsaan negara lain dalam semalam, hal tersebut bisa dikerjakan. Ini juga memudahkan dan memperlancar kegiatan-kegiatan kepresidenan.
Tak hanya urusan musik, tugas sebagai pewara (MC) di lingkungan istana pun umumnya dilakukan oleh staf protokol istana. Semua petugas pun menyesuaikan dengan zaman.
Istana Negara yang menjadi lokasi pertemuan para pemimpin perusahaan dalam Kompas100 CEO Forum tahun 2022 pun gedung yang sangat istimewa. Banyak pertemuan dan upacara sudah berlangsung di istana yang menghadap ke Jalan Veteran dan aliran Sungai Ciliwung ini.
Istana Negara awalnya kediaman pribadi seorang warga Belanda JA van Braam dan dibangun mulai 1796 sampai tahun 1804 di Jalan Rijswick atau sekarang Jalan Majapahit dan Jalan Veteran di kawasan Harmoni. Setelah diambil alih Pemerintah Hindia Belanda tahun 1816, bangunan ini digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan kediaman para Gubernur Jenderal. Karenanya, saat itu disebut juga Hotel Gubernur Jenderal.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Istana Negara sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah Persetujuan Linggajati pada Selasa, 25 Maret 1947. Setahun kemudian, pada 13 Maret 1948, Istana Negara menjadi tuan rumah pertemuan empat mata antara Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Letnan Gubernur Jendral Dr Hubertus J van Mook.
Gedung ini juga sempat menjadi tempat penginapan tamu-tamu, sedangkan Istana Gambir atau Paleis de Koningsplein yang kini disebut Istana Merdeka menjadi kediaman Presiden Soekarno. Setelah Wisma Negara dibangun, para tamu negara maupun perangkatnya ditempatkan di sana. Istana Negara kembali menjadi tempat seremonial, termasuk di masa pemerintahan Presiden Soeharto dan seterusnya.
Tak terhitung upacara kenegaraan dan berbagai upacara resmi diselenggarakan di ruang utama yang disebut ruang upacara Istana Negara. Di masa pemerintahan Presiden Jokowi, bila kunjungan kenegaraan para pemimpin negara sahabat dilakukan di Istana Merdeka, jamuan makan siang selalu digelar di Istana Negara. Kedua istana ini memang saling membelakangi dan dipisahkan halaman rumput dengan beragam pohon termasuk beringin, trembesi, jamblang, dan lainnya.
Di masa Hindia Belanda, ruang upacara ini biasa dipakai sebagai ballroom untuk pesta-pesta yang disemarakkan dengan acara dansa. Karenanya, mendengarkan orkestra di Istana Negara yang berakustik sangat baik terasa sangat indah tanpa distorsi apapun.
Jumat (2/12) ini, tentu tidak ada yang berdansa. Namun semua pemimpin perusahaan, kepala daerah, menteri, dan Presiden Joko Widodo berbagi rencana, peluang, dan semangat menghadapi 2023, tahun yang disebut-sebut menantang dalam Kompas100 CEO Forum. (WKM/INA)