Di Eropa dan negara-negara lain, orkestra sering ditampilkan sebagai bagian dari beberapa acara di istana. Bukan dalam konteks hiburan, melainkan lebih untuk menghadirkan kekhidmatan dan semangat kebangsaan.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Untuk pertama kalinya sejak era Presiden pertama Soekarno, orkestra bisa tampil di dalam Istana Negara, Jakarta. Penampilan Twilite Orchestra dalam acara Kompas100 CEO Forum Powered by East Ventures, Jumat (2/12/2022) ini, bukan dalam konteks hiburan, melainkan menghadirkan kekhidmatan dan semangat kebangsaan.
”Di Eropa dan negara-negara lain, orkestra sering ditampilkan sebagai bagian dari beberapa acara di istana. Bukan dalam konteks hiburan, tapi lebih untuk menghadirkan kekhidmatan dan semangat kebangsaan,” ujar pendiri Twilite Orchestra yang juga komponis, Addie MS, Jumat.
Kelompok musisi Twilite Orchestra tampil dengan format kecil, yaitu 30 musisi dari biasanya 60 musisi. Jumlah lagu juga sedikit. Hanya enam lagu, terdiri dari lagu daerah dan nasional.
Berkenaan dengan salah satu topik pembahasan dalam acara Kompas100 CEO Forum mengenai bagaimana peran pemimpin dalam mengorkestrasi organisasinya, Addie MS mengatakan, awalnya Presiden Joko Widodo yang akan memimpin orkestra untuk satu lagu yang sudah dipersiapkan. ”Tapi kelihatannya kali ini belum bisa terlaksana (meminta Pak Jokowi memimpin orkestra),” ujar Addie MS.
Para musisi pun menyatakan senang dan berterima kasih orkes simfoni bisa tampil di Istana meski bukan dalam format konser.
”Terakhir saya dan Twilite Orchestra tampil di Istana adalah pada tahun 1995. Di halaman Istana Negara dan Istana Bogor,” kata Addie MS.
Salah satu yang membuat para musisi dari Twilite Orchestra merasa acara Kompas100 CEO Forum lebih spesial adalah karena akhirnya lagu ”Indonesia Raya” bisa ditampilkan dalam format orkes simfoni secara langsung. Biasanya ”Indonesia Raya” di Istana Negara ditampilkan oleh korps musik atau rekaman orkes simfoni yang dibuat Addie MS tahun 1997.
Khusus untuk lagu ”Indonesia Raya”, musisi orkes memainkannya dengan berdiri, tidak duduk seperti biasanya. ”Sempat berair matanya, pas denger ’Indonesia Raya’, apalagi pas main ’Tanah Airku’ di ruang itu,” ujar pemain harpa Rama Widi.
Selain membawakan lagu ”Indonesia Raya”, Twilite Orchestra juga membawakan lagu ”Tanah Airku”, ”Rayuan Pulau Kelapa”, ”Bengawan Solo”, ”Rasa Sayange”, dan ”Manuk Dadali”.
Rama Widi menyebutkan bahwa tantangan bermain di Istana Negara adalah lebih pada mengontrol emosi perasaan. ”Karena suatu kehormatan bisa bermain di depan Bapak Jokowi dan impian juga untuk bisa bermain di dalam Istana Negara,” ujarnya.
Istana Negara juga ternyata pas untuk pertunjukan musik.
”Tadi waktu lagi latihan saya kaget banget, ternyata akustiknya bagus banget, padahal enggak pakai sound system sama sekali. Seneng, seneng dan terharu banget bisa bermain di Istana Negara membawakan lagu-lagu nasional dan tradisional yang dikemas dalam musik simfoni,” ujar Rama Widi yang baru pertama kali tampil di Istana Kepresidenan.
Rama Widi berharap agar suasana dalam pertunjukan Twilite Orchestra di Istana Negara bisa membawa semua orang yang datang untuk bisa ”belajar” dan terbuka dalam melihat orkestra. Di dalam orkestra terdapat beragam instrumen yang menghasilkan suara berbeda, dengan satu kepemimpinan dari konduktor yang dapat mengubah keberagaman bunyi menjadi sebuah harmoni.
Hal ini mirip sekali dengan Indonesia, beraneka ragam suku, bahasa, dan budaya, dan jika bersatu muncul harmoni dari keberagaman.
Tampil di Istana Negara bagi Rama Widi membawa plus dan minus. Plusnya, pastinya sebuah kehormatan dan impian menjadi kenyataan untuk bermain musik di depan pemimpin negara dan di Istana Negara dengan akustik sangat bagus.
”Minusnya apa, ya? Enggak boleh bawa handphone, he-he-he, padahal kami musisi ingin sekali mengabadikan momen yang ada,” pungkasnya.