Seperti pertemuan dengan para sukarelawan sebelumnya, kehadiran Presiden Jokowi di tengah para sukarelawan di Stadion Utama GBK, Jakarta, Sabtu (26/11), menunjukkan kekuatan akar rumput yang ia miliki.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Untuk kesekian kalinya Presiden Joko Widodo hadir dalam kegiatan yang digagas sukarelawan pendukungnya di Pemilu Presiden 2014 dan 2019. Kali ini, Sabtu (26/11/2022), Presiden hadir dalam acara “Nusantara Bersatu: Satu Komando untuk Indonesia” di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Pengamat menilai, acara ini menjadi ajang unjuk kekuatan.
Di kesempatan itu pun, Presiden Jokowi melemparkan kode mengenai ciri pemimpin yang memikirkan rakyat, yakni wajahnya yang penuh kerutan dan rambutnya yang memutih. Presiden yang hadir dengan mengenakan kemeja putih dengan jaket Konferensi Tingkat Tinggi G20 berwarna merah itu bahkan menyampaikan kode itu beberapa kali di hadapan para sukarelawan yang umumnya juga mengenakan pakaian dengan warna senada kemeja Presiden, yakni warna putih.
Presiden juga menyebutkan, bahwa pemimpin juga selalu ingin turun ke bawah untuk merasakan langsung keringat rakyat. ”Jangan sampai. Saya ulang, jangan sampai kita memilih pemimpin yang senang duduk di Istana yang AC-nya dingin. Ini negara besar. Jangan hanya duduk manis di Istana Presiden. Carilah pemimpin yang senang turun ke bawah, yang mau merasakan keringat rakyat,” ujarnya.
Hubungan intens Presiden dengan para sukarelawan pendukungnya bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, Presiden Jokowi pernah hadiri Rapat Kerja Nasional V Pro Jokowi (Projo) di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, akhir Mei lalu. Pada akhir Agustus, Presiden Jokowi memberikan sambutan di kegiatan Musyawarah Rakyat (Musra) di Bandung, Jawa Barat. Musra itu ditujukan mencari calon presiden dan wakil presiden penerus program Presiden Jokowi.
Di hadapan para sukarelawan yang memenuhi hampir seluruh area Stadion Utama GBK, kali ini, Presiden pun menekankan pentingnya menjamin keberlanjutan pembangunan. ”(Hal) yang sudah kita bangun harus kita jamin keberlanjutannya. Setuju? Inilah yang harus kita jaga. Bukan hanya untuk 2024, tetapi untuk Indonesia Emas 2045 dan seterusnya,” kata Presiden.
Presiden Jokowi menambahkan bahwa Indonesia adalah negara besar. Pemimpin Indonesia selanjutnya harus menyadari keberagaman Indonesia. Presiden, lalu, merinci Indonesia memiliki 714 suku, 1.300 lebih bahasa daerah, dan perbedaan agama.
Presiden juga mengingatkan bahwa sebagai bangsa, kita harus yakin akan kemampuan diri. Ia memberikan contoh penyelenggaraan KTT G20 beberapa waktu lalu di Bali yang dapat membuat bangsa Indonesia berdiri tegak dengan kepala mendongak di antara negara besar dunia. Hal itu ditunjukkan Presiden sembari memperagakan gayanya saat bersalaman dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di KTT G20. ”Di sana negara besar, di sini juga negara besar. Saya salaman juga begini. Dengan negara-negara Eropa, kita juga tidak menunduk-nunduk,” kata Presiden.
Kekuatan sukarelawan Jokowi cenderung militan dan loyal. Artinya, kedua potensi ini bisa dimaknai dapat meningkatkan partisipasi pemilih di Pemilu 2024 mendatang.
Unjuk daya tarik
Peneliti dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati saat dihubungi di Jakarta, mengatakan, dari hubungan Jokowi dengan para sukarelawannya itu setidaknya menunjukkan tiga hal. Pertama, kekuatan sukarelawan Jokowi cenderung militan dan loyal. Artinya, kedua potensi ini bisa dimaknai dapat meningkatkan partisipasi pemilih di Pemilu 2024 mendatang.
Kedua, Jokowi juga ingin menunjukkan bahwa daya tarik relawan masih tinggi. Peran mereka sangat penting untuk memunculkan nominasi capres dan cawapres dari akar rumput. Artinya, dengan pertemuan yang intens antara Jokowi dan para sukarelawannya, Jokowi ingin agar nama capres dan cawapres itu muncul dari sukarelawan.
Lebih dari itu, Wasisto melhiat, Jokowi juga ingin menepis stigma bahwa dirinya yang merupakan kader partai tidak memiliki kekuatan politik. Sebagaimana diketahui, di partai asalnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), setiap keputusan strategis terlebih mengenai penetapan capres dan cawapres merupakan hak prerogatif Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
“Dengan pertemuan yang kita lihat sekarang, Pak Jokowi ingin menunjukkan, dia punya kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh. Dia ingin menunjukkan bahwa stigma petugas partai yang melekat di Jokowi (adalah) salah. Karena, kalau kita lihat gerakan relawan di GBK, misalnya, Pak Jokowi masih punya power untuk bisa menentukan siapa yang akan jadi di pilpres nanti,” kata Wasisto.
Unjuk kekuatan itu tidak hanya kepada partainya, tetapi juga kepada siapapun. Jokowi seakan ingin memperlihatkan bahwa dirinya secara riil masih mempunyai kekuatan akar rumput yang menjadi sumber suara bagi partai mana pun.
“Kontribusi sumbangan suara dari relawan lebih tinggi daripada kader partai sendiri. Jangkauan mereka menggapai suara pemilih di akar rumput, kan, lebih bisa merangsek lebih dalam daripada kader partai yang kapasitasnya terbatas,” tutur Wasisto.
Jokowi, menurut Wasisto, ingin menjamin bahwa di pilpres nanti dirinya juga bisa mengambil peran, meskipun tidak bertindak sebagai pemberi hak veto nominasi. Namun setidaknya, dengan pertemuan antara dirinya dan para sukarelawan, dia ingin menunjukkan bahwa kekuatan relawan masih besar.
Simbol politik
Terkait dengan kode mengenai ciri pemimpin yang disampaikan Jokowi di acara Nusantara Bersatu di Stadion Utama GBK, Wasisto melihat, semua itu merupakan simbol politik Jawa. Jokowi terlihat lebih nyaman menggunakan testimoni simbolik-simbolik seperti itu daripada langsung mengarahkan ke salah satu calon. “Ini, kan, pesan-pesan simbol yang bisa ditangkap berbagai macam interpretasi, yang kembali lagi ke interpretasi masing-masing, meskipun tidak tahu siapa yang akan dituju,” ucapnya.
Kode dukungan Presiden Jokowi pada sosok tertentu juga pernah disampaikan juga ketika Jokowi membuka Rakernas V Projo di Magelang, akhir Mei 2022 lalu. Pertemuan itu juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. "Yang berkaitan dengan politik, karena kita fokus selesaikan masalah itu, maka ojo kesusu sik (Jawa: jangan terburu-buru terlebih dahulu), jangan tergesa-gesa, meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini (di arena Rakernas)," katanya kala itu.
Wasisto justru melihat kode yang disampaikan Jokowi itu, tak lain hanya ingin mengecek respons publik atas simbol-simbol yang diberikan. Itu bukan sekali terjadi. Jokowi sebelumnya juga sempat menyinggung dua ketua umum partai dan menganggap dua ketum itu bisa menjadi pemimpin masa depan Indonesia. Kedua ketum itu adalah Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Saya lihat, beliau tidak ingin terlalu dianggap pro terhadap calon tertentu. Tetapi berdiri di semua kalangan dan menyenangkan semua pihak. Karena tidak ada seorang pemimpin negara langsung menunjuk figur tertentu. Nanti dianggapnya politik dinasti,” ujar Wasisto.
Yang jelas, lanjut Aminuddin, sukarelawan akan terus bersama Jokowi dan mengikuti arahan Jokowi.
Aminuddin Maruf selaku Ketua Panitia Nusantara Bersatu, mengatakan, dalam diskusi antara sejumlah perwakilan sukarelawan dan Jokowi selama 20 menit seusai acara Nusantara Bersatu, Jokowi belum memberikan arahan apa pun terkait sosok yang akan didukung di Pilpres 2024.
“Kita tunggu saja. Karena, Pak Presiden meyakini, konstitusi kita bahwa capres dan cawapres kita, kan, dipilih oleh partai politik. Yang berhak untuk menyalonkan capres dan cawapres adalah parpol,” kata Aminuddin.
Yang jelas, lanjut Aminuddin, sukarelawan akan terus bersama Jokowi dan mengikuti arahan Jokowi. Relawan juga tidak ingin mendesak-desak Jokowi agar segera mengungkapkan siapa sosok yang akan didukung nanti.
“Kami sih, namanya relawan, namanya manut (ikut), ya terserah yang diikutilah. Masa yang mengikuti memaksa-maksa, enggak bisalah. Kami serahkan, mau kapan, kami siap. Mau siapa pun, kami siap,” ujar Aminuddin.
Relawan juga tidak memiliki kriteria tertentu terkait sosok capres dan cawapres di Pilpres 2024. Menurut Aminuddin, secara khusus, mengenai kriteria tersebut, itu merupakan kewenangan parpol. “Kami tidak punya kriteria. Kriteria kami, ya, yang didukung Pak Jokowi, kami dukung,” tegasnya.