Pemilih 2024 Kian Cerdas, ”Endorse” dari Jokowi Tidak Cukup
Hasil survei ”Kompas” periode Oktober 2022 menunjukkan efek ”endorse” dari Presiden Jokowi dapat memengaruhi pilihan publik di Pilpres 2024. Bagaimana Gerindra dan Golkar menanggapi hasil survei itu?
> Hasil survei Litbang Kompasperiode Oktober 2022, efek endorse dari Presiden Jokowi secara langsung dapat memengaruhi pilihan publik.
> Gerindra melihat pemilih tak mudah terpengaruh endorse siapa pun, termasuk dari Presiden Jokowi.
> Golkar, sebagai bagian dari partai koalisi pendukung pemerintahan Jokowi, akan terus berkomunikasi dengan Presiden Jokowi.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Gerindra dan Partai Golkar menilai sikap Presiden Joko Widodo, yang mempromosikan ketua umum partai tersebut dalam Pemilihan Presiden 2024, tetap harus dibarengi kinerja nyata mereka sebagai pembantu presiden. Sebab, pada akhirnya, publik tetap akan melihat sejauh mana tokoh yang dipromosikan oleh Presiden Jokowi tersebut mampu bekerja dengan baik.
Presiden Jokowi beberapa kali kerap melemparkan sinyal dukungan terhadap sejumlah kandidat potensial untuk maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-58 Partai Golkar, akhir Oktober 2022, misalnya, Jokowi mengatakan, Ketua Umum Partai Golkar, yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merupakan salah satu figur pemimpin masa depan Indonesia.
Tak berhenti di sana, dalam perayaan HUT Ke-8 Partai Perindo pada awal November 2022, Jokowi mengatakan bahwa Pilpres 2024 dapat menjadi momentum kemenangan Ketua Umum Partai Gerindra, yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Prabowo pun mengamini sinyal dukungan Jokowi tersebut.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompasperiode Oktober 2022, efek endorse dari Presiden Jokowi secara langsung dapat memengaruhi pilihan publik. Namun, ketaatan responden untuk mengikuti pilihan capres sesuai dengan yang disarankan Presiden Jokowi baru sekitar 15 persen.
Jumlah tersebut masih terpaut jauh dari sepertiga publik yang menyatakan masih akan mempertimbangkan pilihan capres sesuai yang dipromosikan Presiden Jokowi. Kebimbangan publik ini dipengaruhi faktor belum bulatnya rasa percaya dan keyakinan publik pada kinerja pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi.
Baca juga: Analisis Litbang ”Kompas”: Menakar Efek Promosi (”Endorse”) Jokowi Terkait Capres
Menanggapi hasil survei tersebut, Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui di Kompleks Senayan, Jakarta, Selasa (15/11/2022), menilai, pemilih saat ini memang sebenarnya sudah cerdas. Mereka akan memilih capres yang sudah bisa membuktikan kinerjanya sehingga tidak mudah terpengaruh pada saran atau imbauan seseorang, sekalipun itu berasal dari presiden.
”Selebihnya publik pasti akan melihat sejauh mana kinerja menteri-menteri yang dipuji Pak Jokowi, apakah nanti masih bisa bertambah kinerjanya atau nanti pas pilpres malah tidak bertambah (kinerjanya), kan, begitu,” ujar Dasco.
Lagi pula, menurut Dasco, pujian Jokowi kepada Prabowo beberapa waktu lalu bukan bertujuan menang di pilpres. Namun, yang disampaikan Jokowi adalah sebagai bentuk ungkapan kepuasan yang memang disampaikan Presiden atas kinerja terhadap pembantunya. ”Dan pujian itu tidak hanya kepada Pak Prabowo, tetapi menteri-menteri lain juga,” ucapnya.
Terlepas dari itu, Prabowo tetap akan fokus bekerja sebagai pembantu Presiden di bidang pertahanan. Ia meyakini, apabila Prabowo dipandang publik mampu bekerja dengan baik, itu juga akan menjadi efek positif bagi Prabowo pula ke depannya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung menyampaikan, dengan masih adanya sekitar 15 persen responden yang taat pada pilihan capres dari Presiden Jokowi, ini menunjukkan keputusan Presiden cukup dinanti oleh publik. Namun, itu saja tidak cukup.
Baca juga: Dukungan Jokowi dan Safari Prabowo Saat Elektabilitas Tergerus
Sependapat dengan Dasco, para tokoh yang mendapat dukungan pun harus tetap bisa menunjukkan kinerja nyatanya kepada publik. Ini akan semakin menambah keyakinan publik untuk memilih calon tersebut.
Golkar, sebagai bagian dari partai koalisi pemerintahan, akan terus berkomunikasi dengan Presiden Jokowi terkait pengusungan capres-cawapres di Pilpres 2024. Apalagi, Golkar bersama dua partai koalisinya, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mempunyai komitmen yang sama, yakni melanjutkan pembangunan serta program-program pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
”Jadi pertimbangan-pertimbangan keputusan sebagai konsekuensi bahwa kita bagian dari koalisi dan semuanya, kan, pemerintah hari ini diisi oleh ketua umum ketiga partai ini, tentu Partai Golkar, PAN, PPP punya kepentingan untuk menjaga apa yang sudah ditorehkan oleh setiap ketum sebagai bagian dari kabinet Pak Jokowi-Ma’ruf,” tutur Doli.
Baca juga: Ahmad Doli Kurnia: 2024 Momentum Kembalinya Kejayaan Golkar
Ia menegaskan, sejauh ini Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) belum memutuskan apa pun terkait pasangan capres-cawapres yang akan diusung pada Pilpres 2024. Semua masih terus dibahas di dalam pertemuan kecil dan terbatas. Ada semacam tim kecil yang membahas soal apa saja yang akan dilakukan atau agenda yang bakal dilakukan KIB ke depan.
”Belum (akan diumumkan), belum. Kan, masih dinamis. Perkembangan terus akan didiskusikan. Seperti yang sudah disampaikan tiga ketum, termasuk Pak Airlangga, ada momentumnya nanti akan disampaikan,” ucap Doli.