Wapres Amin: Ormas Jembatan Aspirasi dan Penjaga Demokrasi
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebutkan bahwa sejatinya organisasi masyarakat adalah jembatan aspirasi warga dan sekaligus penjaga pilar demokrasi. Ormas Islam berperan besar membangun bangsa.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jejak demokrasi di Indonesia telah melalui proses sejarah panjang dan menjadi kian nyata dengan diakuinya kebebasan berpendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Organisasi masyarakat sejatinya merupakan jembatan aspirasi masyarakat dan sekaligus penjaga pilar demokrasi negeri ini.
Pemerintah pun menyadari peran besar organisasi masyarakat Islam dalam membangun bangsa. Peran ini ditempuh melalui dakwah dan pendidikan, kegiatan sosial, dan ekonomi kerakyatan, maupun pembangunan akhlak generasi muda menghadapi derasnya arus modernisasi dunia.
”Saat ini pemerintah terus menggalakkan Islam wasathiyah di Indonesia sebagai upaya membangun kerukunan antarumat di dalam kemajemukan,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin ketika menghadiri Pembukaan Muktamar XVI Persatuan Islam (Persis), secara virtual, Sabtu (24/9/2022).
Hadir secara luring pada acara yang digelar di Sutan Raja Hotel and Convention Centre, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, tersebut, antara lain, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Suntana, Bupati Bandung Dadang Supriatna, serta Ketua Umum Pimpinan Pusat Persis Aceng Zakaria.
Menurut Wapres Amin, upaya membangun kerukunan antarumat di tengah kemajemukan tentu membutuhkan peranan ormas Islam secara lebih optimal untuk terus menguatkan Islam wasathiyah tersebut di kalangan umat Islam.
”Oleh karena itu, sebagai salah satu ormas Islam yang berakar kuat, Persis diharapkan tidak saja menjembatani aspirasi masyarakat secara konstruktif, tetapi juga menjadi mitra strategis pemerintah dalam merawat demokrasi dan membangun negeri,” kata Wapres Amin.
Sebagai salah satu ormas Islam yang berakar kuat, Persis diharapkan tidak saja menjembatani aspirasi masyarakat secara konstruktif, tetapi juga menjadi mitra strategis pemerintah dalam merawat demokrasi dan membangun negeri.
Wapres Amin pada kesempatan tersebut didampingi Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, dan Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi.
Sementara itu, Aceng Zakaria menuturkan, antara lain, organisasi mungkin ada yang telah tiada atau tidak ada karena ditelan zaman. ”Ada organisasi yang meninggalkan warisan perjuangan. Ada organisasi yang ditinggalkan umat dan pengikutnya. Dan, ada juga organisasi yang ketinggalan zaman karena sudah tidak dapat mengimbangi tuntutan zaman, seperti zaman milenial sekarang ini,” katanya.
Terkait dengan hal tersebut, Aceng menuturkan harapannya agar jemaah Persis terus dapat menyuarakan kebutuhan umat dan masyarakat serta membawa kepada peradaban yang lebih sempurna. Ada tiga kekuatan yang mesti dikuasai oleh umat Islam, yaitu kekuatan mental, kekuatan politik, dan kekuatan ekonomi.
Menurut Aceng, kekuatan mental, yaitu berupa kekuatan iman. Berkaitan dengan kekuatan politik, ada sebuah ungkapan bahwa segudang ilmu pengetahuan bisa dikalahkan dengan segenggam kekuasaan. Adapun kekuatan ekonomi, yaitu kekuatan yang dapat menyejahterakan umat.
Kerja sama yang kuat dari semua pihak dibutuhkan untuk mencapai kekuatan tersebut. ”Tegaknya negara itu dengan empat unsur, yaitu satu, dengan ilmunya ulama. Dua, dengan keadilan para umaro, penguasa. Tiga, dengan kedermawanan para konglomerat. Dan, empat, dengan kejujuran para pengusaha,” kata Aceng sembari menuturkan arti penting doa orang fakir.
Aceng pun memaknai silaturahmi dan persatuan dengan sebuah pepatah. ”Jadilah kamu hidup seperti kedua tangan dan jangan hidup seperti dua telinga. Jika tangan kiri gatal, langsung digaruk oleh tangan kanan. Sementara telinga kanan belum pernah silaturahmi dengan telinga kiri,” ujarnya.
Tangan itu berjari lima dengan fungsi berbeda. ”Telunjuk berfungsi untuk memarahi, sedangkan ibu jari berfungsi untuk memuji. Makan dengan satu jari paling dapat kecap atau sambal. Makan dengan dua jari bisa dapat tahu atau tempe. Tapi makan dengan lima jari bisa dapat mengambil yang lebih banyak. Itulah hikmahnya kesatuan dan persatuan,” kata Aceng.
Ketua Panitia Muktamar Haris Muslim dalam laporannya menuturkan bahwa Muktamar XVI Persis ini dihadiri 640 peserta, adapun Muktamar XIII Persistri (Persatuan Islam Istri) dihadiri 600 peserta dari semua pimpinan cabang, pimpinan daerah, dan pimpinan wilayah di seluruh Indonesia, dan utusan pimpinan cabang istimewa di luar negeri. Muktamar diselenggarakan mulai 24-26 September 2022.
Muktamar kali ini mengambil tema Transformasi Gerakan Dakwah Persis untuk Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’ Alamin dalam Bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Tema ini adalah sebagai spirit perjuangan dakwah yang gerakannya bisa terus bertransformasi mengikuti perkembangan zaman, tetapi misinya tetap tidak akan berubah.
Dan, yang tidak kita lupa bahwa kita berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka, tema ini menunjukkan komitmen kita untuk menjaga NKRI sebagai warisan dari tokoh Persis, Mohammad Natsir, melalui Mosi Integral Natsir.
”(Dan) Sebagai sebuah komitmen bahwa Islam yang kita usung adalah Islam yang sejati, yang membawa rahmat dan kedamaian untuk seluruh alam. Dan, yang tidak kita lupa bahwa kita berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka, tema ini menunjukkan komitmen kita untuk menjaga NKRI sebagai warisan dari tokoh Persis, Mohammad Natsir, melalui Mosi Integral Natsir,” kata Haris.