Konstelasi Koalisi Dapat Berubah Pasca-pertemuan Puan-Prabowo
Kedekatan PDI-P dan Gerindra membuka opsi koalisi. Koalisi keduanya bisa mengubah koalisi yang terbentuk, terlebih jika capres-cawapres untuk Pilpres 2024 sesuai ekspektasi publik.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedekatan PDI-P dan Partai Gerindra yang terlihat saat Ketua DPP PDI-P Puan Maharani mengunjungi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dapat mengubah konstelasi koalisi partai politik yang telah terbentuk. Terlebih jika kedua parpol besar itu memutuskan mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang sesuai dengan ekspektasi publik.
Pertemuan Puan dan Prabowo berlangsung sekitar tiga jam di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/9/2022). Sebelum pertemuan, kedatangan Puan disambut hangat. Korps musik Gerindra menyambut dengan melantunkan lagu ”Indonesia Raya”, mars PDI-P, dan mars Gerindra.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Setelah itu, Prabowo mengajak Puan berkuda. Puan menunggang kuda jenis lusitano keturunan Portugal bernama Salero. Kuda berwarna putih ini pernah ditunggangi Presiden Joko Widodo saat datang ke rumah Prabowo pada 2016. Selepas berkuda, keduanya makan siang bersama yang dilanjutkan pertemuan empat mata.
Pertemuan dengan Gerindra ini safari politik kedua Puan dan PDI-P. Akhir Agustus lalu, Puan menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Firman Noor, saat dihubungi pada Minggu mengatakan, kedekatan PDI-P dan Gerindra mengindikasikan besarnya potensi koalisi kedua partai untuk menghadapi Pemilihan Presiden 2024. Kondisi ini tak pelak bisa mengubah konstelasi politik yang telah mewujud dalam beberapa poros koalisi.
Tak terkecuali poros koalisi Gerindra-Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab, dengan Gerindra mendekat ke PDI-P, keinginan PKB menjadikan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai capres/cawapres harus bersaing dengan PDI-P yang raihan suaranya di Pemilu 2019 ataupun jumlah kursinya di parlemen lebih banyak dibandingkan PKB.
Begitu pula parpol lain dalam Koalisi Indonesia Bersatu, yakni Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan, bisa tergiur untuk bergabung. Terlebih jika PDI-P dan Gerindra sepakat mengusung capres-cawapres yang sesuai ekspektasi publik yang setidaknya terwakili hasil survei sejumlah lembaga.
”Namun, jika tidak, kombinasi itu justru bisa membuat parpol lain berbalik melihat pasangan yang lain, yang lebih menjanjikan,” ujarnya.
Dalam pertemuan dengan Puan, Prabowo menyampaikan, kedua parpol sepakat untuk terus berkomunikasi. Meski kini Gerindra telah berkoalisi dengan PKB, hal itu bukan berarti tertutup pintu bagi partai lain untuk bergabung.
”Kami ingin juga kerja sama yang besar, yang solid,” tambahnya.
Saat ditanya kemungkinan Prabowo dan Puan maju bersama di Pilpres 2024, Prabowo menjawab hal itu memungkinkan. Namun, perjalanan menuju Pilpres 2024 masih panjang. ”PDI-P harus memikirkan, Gerindra juga. Tetapi, bagi kami, apa pun demi kebaikan bangsa dan negara, kami siap melaksanakan,” ujarnya.
Dari hasil survei elektabilitas figur potensial capres oleh sejumlah lembaga dalam sepekan terakhir, elektabilitas Prabowo selalu berada di posisi tiga besar.
Yang terbaru, hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Minggu, elektabilitas Prabowo (21,3 persen) di peringkat kedua tertinggi setelah Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI-P, Ganjar Pranowo (24,5 persen). Begitu pula survei Kedaikopi yang dirilis pekan lalu, elektabilitas Prabowo 18 persen, sedangkan Ganjar mencapai 26 persen.
Adapun elektabilitas Puan sebagai capres terpaut jauh dengan Ganjar ataupun Prabowo. Mengacu hasil survei LSI, elektabilitas Puan hanya 1,3 persen. Sementara jika mengacu hasil survei Kedaikopi, elektabilitas Puan disebut mencapai 9,6 persen.
Selain sebagai capres, elektabilitas Puan sebagai cawapres juga masih rendah. Hasil survei LSI menunjukkan elektabilitas Puan hanya 2,5 persen atau terpaut jauh dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di posisi puncak (16,6 persen) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (14,1 persen) di peringkat kedua.
Puan Maharani juga memastikan komunikasi antara PDI-P dan Gerindra akan terus berlanjut. Saat ditanya kemungkinan PDI-P akan berkoalisi dengan Gerindra, bagi Ketua DPR ini, tidak ada yang tidak mungkin terjadi dalam politik. ”Jadi, ini penjajakan yang dilakukan untuk membangun ruang komunikasi untuk membangun bangsa dan negara,” katanya.
Menurut Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, untuk menindaklanjuti pertemuan Puan dan Prabowo, disepakati akan dibentuk tim khusus.
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengakui, bangunan koalisi pada akhirnya akan mengacu pada sosok capres/cawapres yang akan diusung. Meski sudah berkoalisi dengan Gerindra, hingga saat ini belum ada keputusan tentang pasangan yang akan didukung. Sebab, PKB masih mendorong Muhaimin untuk menjadi capres, begitu juga Gerindra yang ingin mengusung Prabowo sebagai capres.
“Makanya kita tunggu saja, toh kami saja yang bersama Gerindra itu belum memutuskan siapa capres dan siapa cawapres, karena itu berpengaruh pada koalisi nanti,” ujar Jazilul.
Adapun Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menegaskan, sejak awal Partai Golkar, PAN, dan PPP sudah berkomitmen untuk membentuk satu koalisi yang kuat. Jika ada parpol lain yang ingin bergabung, KIB masih membuka pintu asalkan memiliki kesamaan visi dan pandangan platform dalam membangun Indonesia ke depan. “Jadi tidak ada eksklusivitas, KIB adalah koalisi yang terbuka,” ujarnya.