Bharada E, Terduga Penembak Brigadir J, Terlihat di Komnas HAM
Bharada E menghadiri pemeriksaan oleh Komnas HAM dalam kaitan penyelidikan insiden penembakan Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo. Ia baru tiba empat jam dari jadwal yang ditentukan.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sosok Bhayangkara Dua E yang selama ini belum pernah muncul di hadapan publik terlihat di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Ajudan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri nonaktif Inspektur Jenderal Ferdy Sambo yang disebut sebagai penembak rekan sesama ajudan, Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat, menghadiri pemeriksaan yang dijadwalkan Komnas HAM.
Bharada E tiba di kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa, sekitar pukul 13.25. Ia didampingi tiga orang. Dua di antaranya berkemeja putih dan celana hitam, sedangkan pendamping lainnya berseragam polisi. Mereka datang dengan mobil Kijang Innova hitam berpelat nomor B 1005 RFP.
Sosok yang disebut sebagai penembak Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat itu berbadan kekar dengan tinggi sekitar 165 sentimeter. Ia mengenakan kemeja lengan pendek dan celana panjang serba hitam, serta menggendong ransel yang juga hitam.
Ketika ia datang, awak media segera mengerubunginya dan menyampaikan banyak pertanyaan. Namun, tidak satu pun pertanyaan ia jawab. Ia langsung menaiki tangga untuk masuk ke salah satu ruangan di gedung Komnas HAM.
Saat dihubungi, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam membenarkan bahwa sosok yang datang bersama tiga pendamping itu adalah Bharada E. ”Ya,” ujarnya melalui pesan daring.
Sebagai bagian dari penyelidikan independen yang dilakukan untuk mengusut insiden penembakan di rumah dinas Ferdy Sambo, Komnas HAM mengagendakan pemeriksaan terhadap seluruh aide de camp (ADC) atau ajudan Ferdy. Tujuh ADC Ferdy diundang untuk datang pada pukul 10.00. Namun, hingga pukul 12.00, baru lima ADC yang datang. Adapun Bharada E tiba empat jam setelah jadwal yang sudah ditetapkan.
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, sebelum dua ADC lainnya tiba, pihaknya sudah menanyakan alasan ketidakhadiran dua ADC itu. Komnas HAM juga menanyakan lokasi keberadaan dan agenda Bharada E. Ia memastikan apakah Bharada E sedang dalam perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) atau sedang diperiksa oleh unit lain. ”Kami tanyakan ke Mabes Polri karena Komnas HAM sangat berkepentingan untuk mendapatkan keterangan langsung dari Bharada E,” kata dia.
Taufan menambahkan, untuk sementara pihaknya akan meminta keterangan dari tujuh ajudan. Namun, ia juga masih terus memastikan apakah ada ajudan lain di luar ketujuh orang tersebut. Jika ada, tentu mereka juga akan diperiksa.
Selain memeriksa para ajudan Ferdy, Komnas HAM sebelumnya menghimpun informasi dari keluarga Nofriansyah. Komnas HAM meminta penjelasan tentang kondisi jenazah Nofriansyah, baik sebelum maupun sesudah otopsi yang dilakukan oleh dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto, Jakarta, setelah penembakan terjadi.
Selain itu, tambah Taufan, timnya juga akan berangkat Selasa sore untuk mengikuti proses ekshumasi dan otopsi ulang jenazah Nofriansyah di Jambi. Menurut rencana, otopsi ulang akan digelar pada Rabu (27/7/2022). Proses tersebut penting untuk diikuti agar pihaknya bisa mendapatkan kesimpulan yang akurat terkait penembakan di rumah Ferdy.
Taufan menegaskan, Komnas HAM akan bekerja sesuai tahapan dan prosedur penyelidikan yang sudah ditetapkan di internal. Pihaknya tidak akan terpengaruh oleh spekulasi yang beredar dari berbagai pihak.
Selain itu, peringatan dari Presiden Joko Widodo untuk mengusut tuntas kasus ini tanpa ada yang ditutup-tutupi juga menjadi catatan tersendiri bagi Komnas HAM. Ia mengungkapkan, beberapa kali berkomunikasi dengan pihak Istana. Menurut rencana, besok ia akan kembali berkomunikasi dengan Istana mengenai kelanjutan pengusutan peristiwa ini.
”Kami akan bekerja sungguh-sungguh, tidak hanya untuk meyakinkan keluarga, tetapi juga untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Masyarakat ingin tahu itu, Kepala Negara juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Taufan.
Baku tembak di rumah dinas Ferdy Sambo di kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, terjadi pada Jumat (8/7/2022) sore. Insiden yang melibatkan Nofriansyah dan Bharada E itu disebut polisi bermula karena pelecehan yang dilakukan Nofriansyah terhadap Putri Candrawathi, istri Ferdy. Selain melecehkan, polisi menyatakan, Nofriansyah juga mengancam akan membunuh Putri.
Ketika mendengar teriakan Putri, Bharada E yang ada di tempat kejadian kemudian memeriksa apa yang terjadi. Alih-alih mendapatkan penjelasan, ia justru disambut tembakan. Ia pun membalas tembakan itu dengan alasan untuk melindungi istri Ferdy.
Berdasarkan keterangan polisi, total ada tujuh tembakan yang dilepaskan Nofriansyah ke arah Bharada E, tetapi tidak satu pun yang mengenainya. Sementara itu, Bharada E melepaskan lima tembakan, seluruhnya bersarang di tubuh Nofriansyah dan menjadi penyebab kematiannya.
Hampir sebulan setelah baku tembak, kejadian ini belum terungkap tuntas. Polisi masih menyidik tiga laporan polisi yang saling terkait dalam peristiwa ini secara simultan. Tak hanya polisi, penyelidikan secara independen juga dilakukan Komnas HAM.