91 Hari Membangun Naluri Pelaut
Selama 91 hari, sebanyak 102 taruna dan taruni Akademi Angkatan Laut akan berlayar dengan KRI Bima Suci-945. Mereka akan melaksanakan pelayaran muhibah duta bangsa ke Singapura, Malaysia, dan Australia.
Angin semilir berembus saat matahari hampir tenggelam di Markas Komando Lintas Laut Militer di Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (22/7/2022). Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa bersama Nyonya Hetty Andika Perkasa menaiki tangga KRI Bima Suci-945, kapal pengganti KRI Dewaruci, yang akan melakukan pelayaran muhibah duta bangsa.
Di tengah geladak KRI Bima Suci, di bawah tiang-tiang kapal yang menjulang dan layar- layar terlipat, Andika dan Hetty berdialog dengan taruna dan taruni. ”Nikmati city tour dan kuliner-kuliner lokal,” kata Andika di hadapan 102 taruna Akademi Angkatan Laut (AAL).
Sebanyak 93 taruna dan sembilan taruni AAL akan berlayar dengan kapal layar tiang tinggi KRI Bima Suci-945 selama 91 hari. Mereka akan melakukan pelayaran muhibah duta bangsa ke Singapura, Malaysia, dan Australia. Ini pelayaran pertama mereka ke luar ngeri sebagai wakil TNI AL.
Jakarta menjadi kota kedua yang mereka singgahi dalam pelayaran Kartika Jala Krida yang dimulai dari Surabaya Jawa Timur. Setelah Jakarta, KRI Bima Suci akan berlayar ke Changi, Singapura, lalu ke Sabah, Malaysia, kemudian ke Tual, Maluku.
Dari Maluku, para taruna dan taruni AAL itu akan berlayar ke selatan menuju Benua Australia. Dari Darwin, mereka melanjutkan perjalanan ke Cairns, Townsville, lalu Sydney. Mereka lalu pulang melalui rute yang sama, yakni Sydney, Townsville, Cairns, lalu ke Tual. Dari Tual, KRI Bima Suci-945 melanjutkan pelayaran ke Bali, kemudian Surabaya.
Dari total 91 hari perjalanan, 63 hari akan diisi dengan perjalanan di luar negeri. Pelayaran itu diikuti 208 personel, termasuk pelatih, kru kapal, dan wartawan, selain para taruna-taruni AAL.
Melatih naluri
Selain, tentunya, jalan-jalan, para calon perwira TNI AL ini juga mempunyai dua tugas utama, yaitu melatih naluri mereka sebagai pelaut serta menjadi duta bangsa. Dua tugas ini sejalan dengan tugas pokok TNI AL, yaitu tugas diplomasi dan menjaga kedaulatan Indonesia di laut.
Baca juga : Sandar di Cilacap, KRI Bima Suci Bisa Tarik Minat Generasi Muda Cintai Maritim
Komandan KRI Bima Suci, M Sati Lubis, mengatakan, kapal layar tiang tinggi ini sesekali memang hanya menggunakan layar. Dengan menjadi pelaut selama tiga bulan, naluri pelaut para taruna-taruni ini mulai dibangun. Secanggih apa pun kapal yang akan mereka awaki di masa depan, naluri dan keberanian tetap tidak bisa tergantikan. ”Mereka akan mengenal bagaimana arus dan angin, dan bagaimana layar terbentang itu bagaimana nantinya,” ujarnya.
Naluri ini yang terus akan membentuk mereka menjadi seorang perwira TNI AL yang mumpuni. Seorang perwira membutuhkan naluri ketika membuat keputusan, apalagi dalam kondisi kritis. Dalam saat yang sama, mereka juga harus mempertimbangkan banyak faktor, termasuk risiko dan bahaya bagi kapal dan kru untuk bisa memenuhi sebuah misi. ”Kalau gelombang sudah 4-6 meter, ya, terasa juga di Bima Suci ini,” kata Sati.
Mual dan muntah di hari- hari awal adalah hal biasa. Apalagi, bagi taruna-taruni yang tidak terbiasa naik kapal. Menurut Sati, mereka tetap harus berusaha untuk beraktivitas normal. Hal yang terpenting ialah perut tak boleh kosong. Kalau tak tahan, para taruna dan taruni itu diizinkan beristirahat di ruangan.
Pengalaman pertama merasa mual di atas kapal tidak akan pernah terlupakan sepanjang pengabdian TNI AL. Hal itu pula yang dirasakan Sati. Ia masih ingat betul saat merasakan mual di atas kapal lantaran diguncang-guncang oleh para seniornya. ”Sempat juga ditampar tipis-tipis, katanya biar enggak mual, ha-ha-ha-ha,” tutur perwira berkorps Pelaut ini.
Dalam pelayaran itu juga akan ada satu tradisi internal bernama Mandi Khatulistiwa. Bukan hanya taruna dan taruni AAL, semua penumpang kapal yang naik KRI Bima Suci dan untuk pertama kali melewati khatulistiwa harus mengikuti tradisi ini. Siapa pun dia, apa pun pangkatnya. ”Sudah ada yang kami siapkan jadi Dewa Neptunus,” kata Sati terbahak.
Malam sebelum melewati khatulistiwa, para ”pelaut-pelaut muda yang kotor”– demikian sebutan bagi orang- orang yang belum pernah Mandi Khatulistiwa, telah menunggu di ruangan. Mereka disuruh merayap sebanyak tiga putaran di lorong-lorong kapal. Di sekeliling mereka, para dewa dan para punggawa telah siap menghadang. Lalu datanglah Dewa Neptunus sebagai penguasa kerajaan dasar laut. Mereka menyiram para pelaut-pelaut itu dengan air laut.
”Pembabtisan” ini bertujuan agar para pelaut menjadi bersih, tidak kangen daratan dan menjadi pelaut sejati. Sebelumnya, tidak lupa mereka dilumuri oli dan dipanggil satu per satu untuk memberi hormat kepada Dewa Neptunus dan menyatakan siap dibaptis.
Dalam pelayaran itu juga akan ada satu tradisi internal bernama Mandi Khatulistiwa. Bukan hanya taruna dan taruni AAL, semua penumpang kapal yang naik KRI Bima Suci dan untuk pertama kali melewati khatulistiwa harus mengikuti tradisi ini. Siapa pun dia, apa pun pangkatnya
Menantang
Beratnya medan yang akan dilalui membuat Andika menyampaikan pesan agar seluruh tim berhati-hati. ”Pesan saya, hati-hati,” katanya.
Andika mengatakan, kondisi yang akan dihadapi selama pelayaran cukup menantang. Saat ini, gelombang di laut Australia bisa mencapai 5-6 meter. ”Tapi, sudah kami siapkan juga kalau sekiranya kondisi cuaca tidak memungkinkan. Kita fleksibel karena keamanan yang lebih utama,” tuturnya.
Baca juga : Menanti Tongkat Komando untuk Prajurit Wanita Angkatan Laut
Walaupun masih dasar, ada banyak materi latihan yang akan dialami taruna-taruni. Mereka akan menemukan kondisi yang sebenarnya dari yang selama ini diperoleh di kelas.
Tradisi muhibah dengan kapal layar tiang tinggi ini adalah tradisi bagi taruna dan taruni AAL yang duduk di tingkat tiga. Dahulu, kapal yang digunakan adalah KRI Dewaruci.
Andika Perkasa menggarisbawahi, sangat penting bagi taruna dan taruni untuk mulai pengalaman internasional. Interaksi dengan dunia internasional akan menambah wawasan serta kebiasaan untuk tampil dengan percaya diri.
Selain itu, mereka juga bisa mempraktikkan ilmu sebagai calon perwira TNI AL yang selama ini sudah dipraktikkan di lapangan. ”Ilmu astronomi juga nanti akan dipraktikkan, menentukan arah dengan 2-3 bintang,” kata Sati.
Sati mengatakan, ada sejumlah kegiatan para siswa ini saat berlabuh. Sebagai diplomat muda, mereka akan berinteraksi dengan masyarakat lokal, termasuk warga Australia yang akan dikunjungi nanti. Menurut rencana, mereka akan mengadakan kunjungan ke pejabat-pejabat terkait, seperti Angkatan Laut, Imigrasi, Polri, Angkatan Udara, dan Angkatan Darat. Selain itu, juga tentunya bertemu dengan warga Indonesia di Australia.
Untuk itu, bukan hanya berlatih drum band dan tari salman, para taruna dan taruni itu juga telah bersiap-siap untuk menghadirkan cocktail party dan mengundang warga Indonesia serta para pejabat Australia ke atas kapal untuk berpesta. Direncanakan, mereka akan menghidangkan sate hingga rawon, serta kue pastel sebagai camilan. ”Semua sudah dilatih, termasuk table manner individu sampai bagaimana meng-arrange cocktail party yang keren,” kata Sati.
Dalam sejumlah acara, taruna-taruni ini juga akan menampilkan musik. Selama ini, mereka tekun berlatih untuk bermain brass band AAL, bahkan marching band. Brass band dan marching band adalah orkes tiup yang diisi oleh sejumlah instrumen tiup dan perkusi. Kalau tampil sebagai brass band, ada penyanyi yang tampil. Sementara sebagai marching band, kekompakan terlihat dari indah dan rapinya manuver-manuver yang terjadi.
Hadiah
Tak hanya memberikan pesan dan petuah, Andika juga datang untuk memberikan hadiah. Salah satunya ialah satu set alat pengeras suara. Hadiah itu diberikan setelah Andika sempat kesulitan menggunakan pengeras suara di KRI Bima Suci. Saat itu, ia sempat berkelakar, ”Bahaya kalau nanti tim musik tampil di sejumlah negara dengan sound system yang tak maksimal.”
Hetty Andika Perkasa tak mau kalah. Ia memberikan hadiah khusus kepada para taruni berupa satu paket alat-alat rias wajah.
Selain itu, Mabes TNI juga memberikan tambahan uang Rp 250 juta untuk para taruna-taruni ini bisa menikmati pelesir dan kuliner lokal. ”Buat jajan-jajan,” kata Hetty yang disambut tepuk tangan taruna dan taruni.
Para calon perwira muda TNI AL ini siap melakukan petualangan pertama mereka. Sebelum berpisah dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono dan Panglima Komando Lintas Laut Militer Laksamana Muda TNI Agus Hariadi meneriakkan yel-yel taruna AAL dua kali.
”Hebat! Kuat! Hree Dharma Shanty! Jiwaku Generasi Perwira! Siap Mengawal NKRI! Yes….!”
Menurut seorang taruna, ”Hree Dharma Shanty” berarti malu berbuat cela.