Viryan Azis, anggota KPU 2017-2022, meninggal dunia, Sabtu (21/5/2022) dini hari, di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. Kepergian Viryan disebut sebagai kehilangan besar bagi dunia kepemiluan di Indonesia.
Oleh
RINI KUSTIASIH, ANTONY LEE
·6 menit baca
Berita duka muncul di ponsel jelang subuh. Seorang anggota Komisi Pemilihan Umum salah satu provinsi mengabarkan Viryan Azis (46), anggota KPU 2017-2022 meninggal dunia, Sabtu (21/5/2022) dini hari, di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. Tidak lama setelah itu, Ketua KPU Periode 2017-2021 Arief Budiman juga berkabar di grup Whatsapp anggota KPU 2017-2022 dan wartawan pewarta pemilu bahwa Viryan telah berpulang.
Berita itu mengejutkan karena almarhum dalam beberapa waktu terakhir masih sangat aktif menjadi pembicara, bahkan berkeliling Indonesia untuk menyusun buku terbaru mengenai demokrasi tua di Indonesia. Viryan yang lahir di Jakarta, 4 September 1975, sedang sangat bersemangat menggali asal-usul dan sejarah demokrasi di Tanah Air.
”Mohon doa dan dukungannya Mas. Rencana saya 20 Mei dimulai #EkspedisiDemokrasiTua, sebagaimana pernah saya share ya Mas sekitar tahun lalu,” demikian pesan yang dikirimkan Viryan pada 26 April 2022.
Ia kemudian bertutur bahwa dalam ekspedisi itu rencananya akan ada skema kerja gotong royong dengan wajah Pancasila. ”Sebelumnya saya akan audiensi ke KPU RI dan beberapa kementerian dan lembaga. Kalau Mas ada waktu lepas Lebaran bisa ngopi...,” lanjut Viryan.
Saya kemudian mengiyakan dengan penuh semangat. Sebab, Viryan penuh semangat menceritakan upayanya untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal demokrasi, sekaligus sejarah demokrasi dan pemilu di Indonesia. Sebelum janjian untuk ngopi bersama terwujud, Viryan sudah berpulang.
Selepas mengakhiri masa tugasnya sebagai anggota KPU RI Periode 2017-2022 pada 12 April 2022, Viryan tak begitu saja meninggalkan dunia kepemiluan yang sudah begitu lama ditekuninya. Pada 18 April 2022, Viryan baru saja meluncurkan buku Asal Usul Manajemen Pemilu Indonesia.
Hasratnya menulis tidak berhenti. Melalui kanal media sosialnya Viryangopi, ia kerap membagikan perjalanannya menggali sejarah demokrasi Indonesia dan pergulatannya sendiri mendalami pemilu dan demokrasi.
Kendati ia tidak lolos dalam seleksi anggota KPU 2022-2027, gairah Viryan terhadap pemilu dan demokrasi tidaklah pudar. Bahkan terlihat semakin menjadi. Ketika ia selesai menuntaskan tugasnya sebagai anggota KPU 2017-2022, Viryan seolah menemukan semangat baru.
Dalam percakapan beberapa pekan lalu, Viryan mengatakan sedang menyusun buku baru. ”Target saya dalam 2-3 bulan selesaikan 1-2 buku tentang Pemilu Digital dan Manajemen DPT,” katanya.
Mengenai manajemen pemilu digital ini, Viryan menilai perlu ekosistem yang utuh. ”Keberhasilan Estonia dalam menyelenggarakan pemilu digital tidak bisa dilihat secara parsial pada aspek e-votingnya saja, tetapi e-government dan e-life warganya yang sudah baik sekali,” katanya.
Sebelum ekspedisi dimulai, Viryan sudah mulai mengumpulkan bahan-bahan terkait sejarah demokrasi di Indonesia. Selama dua hari, Maret 2022, Viryan melakukan penziarahan ke Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk mengumpulkan bahan-bahan mengenai demokrasi dan pemilu. Ia berusaha mengonstruksikan kembali akar sejarah demokrasi Indonesia. Ia menyelami jejak-jejak para pendiri bangsa (founding fathers).
”Sore itu agak mendung. Kupandang laut dari bawah pohon sukun. Menghirup udara sekitarnya dan sejenak merenung sambal mengingat pernyataannya yang ditulis Cindy Adams. Setelahnya mendatangi perpustakaan Biara SVD Santo Yosef, bertemu dengan salah satu pater,” tulis Viryan dalam kanalnya Viryangopi.id.
”Baru tiga tahun saya mencoba menjawab siapa kita. Berawal menggali tanggal lahir penyelenggara pemilu di Indonesia, berlanjut pada menggali jejak masa lalu pemilu di zaman Hindia Belanda, penjajahan Inggris sampai dengan jejak demokrasi di Nusantara,” katanya dalam catatan kunjungan ke Ende tersebut.
Dari berbagai referensi dan pergulatan pemikirannya, Viryan menyimpulkan bangsa Indonesia adalah bangsa demokratis. ”Kehidupan masa lalu yang khas dengan gotong royong, musyawarah, mufakat, dan berbeda pendapat menjadi nilai-nilai demokrasi masa lalu, atau bisa disebut demokrasi tua,” ucapnya.
Sayangnya, perjalanan perziarahan demokrasi itu terhenti ketika pada 16 Mei lalu Viryan harus dirawat di RS karena stroke.
Anggota Dewan Pembina Yayasan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengabarkan, Viryan dirawat sejak 16 Mei 2022. Rekan-rekannya sesama pegiat pemilu khawatir dengan kondisi Viryan. Ingatan tentang berpulangnya Ketua KPU Husni Kamil Manik, 2016, masih menghantui. Demikian juga dengan trauma meninggalnya Ketua Kode Inisiatif Veri Junaidi, 2021.
”Saya sedang di Bali mengikuti Konferensi APHTN-HAN (Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara). Tetapi saya terus mencemaskan kabar dari teman-teman yang lain, seperti dari Pak Hadar (anggota KPU 2012-2017 Hadar Nafis Gumay), yang bersama-sama dengan Pak Ferry (anggota KPU 2012-2017 Ferry Kurnia Rizkiyansyah) mengunjungi Pak Viryan di RS,” kata Titi.
Viryan diketahui menjalani operasi pada 16 Mei 2022. Keesokan harinya, Kamis, kondisinya dikabarkan stabil dan harus beristirahat. Namun, ketika dijenguk rekan-rekannya, Jumat, kondisi Viryan belum membaik. Istri dan keempat anaknya yang masih kecil menunggui Viryan di RS. Mereka ditemani rekan-rekannya sesama penggiat pemilu dan demokrasi.
Namun, takdir berkata lain. Sabtu dini hari, sekitar pukul 01.40, Viryan berpulang ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa.
Bekerja tuntas
Ketua KPU 2021-2022 Ilham Saputra mengatakan, kepergian Viryan adalah kehilangan besar bagi dunia kepemiluan di Indonesia. Semasa menjadi anggota KPU, Viryan dikenal sebagai pekerja keras dan berintegritas, serta sangat detail, terutama karena Viryan menangani persoalan data. Ia dikenal antusias dengan pekerjaannya.
Ilham melihat Viryan sebagai salah seorang yang sangat berkomitmen pada penguatan demokrasi. Hal itu setidaknya ditunjukkan dengan keseriusannya mendalami demokrasi di Indonesia. Bukunya tentang Asal Usul Manajemen Pemilu Indonesia juga menunjukkan kecintaannya pada dunia pemilu dan demokratisasi di Tanah Air.
”Masih ada pekerjaannya yang belum tuntas, yakni menulis buku tentang Demokrasi Tua di Indonesia. Nanti akan kami bicarakan dengan teman-teman KPU yang lain, apakah hal itu dapat diteruskan atau tidak. Kami juga akan berkoordinasi dengan keluarga,” ucap Ilham.
Ketua KPU 2022-2027 yang juga rekan Viryan ketika sama-sama menjadi anggota KPU 2017-2022, Hasyim Asy’ari, mengatakan, saat mendengar kabar duka itu, dirinya sedang berada di Bali. Ia menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi APHTN-HAN (Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara).
”Mas Viryan ini anggota KPU yang bekerja dengan gigih, pekerja keras, dan bekerja hingga tuntas. Selama ini Mas Viryan mengampu divisi data pemilih, karena itu semboyan yang paling kita ingat adalah detail by name by address. Semoga almarhum husnul-khatimah. Al-Fatihah,” ucap Hasyim melalui pesan singkat sebelum terbang kembali ke Jakarta, Sabtu pagi.
Menurut rencana, sebelum diberangkatkan ke kediaman Viryan di Pontianak, Kalimantan Barat, jenazah Viryan akan disemayamkan terlebih dulu di Kantor KPU. Pada Sabtu siang, jenazah Viryan akan diterbangkan ke Pontianak dari Jakarta.
Pernah dua periode menjadi anggota KPU Kota Pontianak, satu periode di KPU Provinsi Kalimantan Barat, dan satu periode di KPU RI, praktis 20 tahun Viryan mengisi kehidupannya sebagai penyelenggara pemilu.
Sejak 2003, Viryan telah berkecimpung dalam tata kelola pemilu di Tanah Air. Kariernya yang panjang itu dituntaskan dengan meninggalkan jejak-jejak kecintaan pada pemilu dan demokrasi di Tanah Air. Selamat jalan Mas Viryan….