Sejumlah figur potensial calon presiden rajin berkunjung ke pondok pesantren seusaiLebaran. Disebut untuk silaturahmi meski langkah itu kerap terlihat setiap menjelangpemilu dan jadi strategi mendongkrak elektabilitas.
Oleh
IQBAL BASYARI, KURNIA YUNITA RAHAYU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan kiai dan santri tidak pernah absen menjadi salah satu kelompok yang kerap didatangi elite politik setiap menjelang pemilu. Hal itu kembali terlihat saat ini ketika sejumlah figur potensial calon presiden intens berkunjung ke sejumlah pondok pesantren. Kedekatan dengan kiai dan santri diyakini melapangkan jalan untuk memperoleh simpati dari kalangan pemilih Muslim, selain untuk merebut ceruk suara kalangan santri.
Salah satu figur potensial calon presiden (capres) yang terlihat intens mengunjungi pondok pesantren (ponpes) dalam sepekan terakhir atau selepas Lebaran 2022 ialah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ia menemui ulama pemimpin ponpes di Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Barat (Jabar). Antara lain, Ponpes Tebuireng, Jombang, Jatim, pimpinan KH Abdul Hakim Mahfudz; Ponpes Al-Anwar, Rembang, Jateng, pimpinan Muhammad Najih Maimoen, putra KH Maimoen Zubair; serta Ponpes Buntet, Cirebon, Jabar, pimpinan KH Adib Rofiuddin Izza.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Selain Prabowo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga menemui Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Makassar KH Anre Gurutta Haji Baharuddin. Kemudian Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar bersilaturahmi ke Ponpes Lirboyo dan Ploso di Kediri, Jatim.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pun datang pada silaturahmi ulama se-Pasuruan Raya dan sempat pula mengunjungi sejumlah ulama pengasuh ponpes di wilayah Pasuruan, Jatim. Selain itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat bulan Ramadhan sempat pula mengunjungi Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, Jabar.
Ponpes yang dikunjungi para figur potensial capres itu adalah ponpes Nahdlatul Ulama (NU). Terkait hal itu, Ketua Pengurus Besar NU KH Ahmad Fahrur Rozi saat dihubungi, Senin (9/5/2022), menuturkan, pertemuan para kiai dengan sejumlah tokoh merupakan urusan pemimpin ponpes masing-masing. Tidak ada kaitan dengan NU secara organisasi. Kegiatan itu pun tidak dilarang selama tidak mengaitkannya dengan institusi NU.
”NU secara institusi tidak boleh ikut dukung-mendukung, tetapi kalau secara pribadi pimpinan pesantren tidak ada masalah, karena pesantren itu lembaga yang mandiri,” ujarnya.
Menurut Fahrur, PBNU tak akan membatasi sikap politik pemimpin pesantren karena hal itu merupakan hak pribadi yang harus dilindungi. Mereka pun berhak menentukan pilihan politiknya sehingga 27.000 pesantren yang berafiliasi dengan NU pasti berbeda pilihannya.
Bahkan, ketika Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2004 dan Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin maju dalam Pilpres 2019, PBNU tak pernah mengeluarkan instruksi memilih mereka. ”NU tak boleh terlibat dalam politik praktis, tidak boleh digunakan untuk dukung-mendukung,” katanya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Sukron Kamil, menuturkan, setiap kali menjelang pemilu, kiai dan ulama pengasuh ponpes dengan pengikut yang banyak memang sering didekati elite politik yang ingin bertarung di pemilu, terutama pilpres. Salah satunya karena potensi ceruk suara kalangan santri yang besar, terutama di Jatim dan Jateng yang banyak pemilih dari kalangan Nahdliyin.
Melalui silaturahmi dengan para kiai, menurut Sukron, tokoh-tokoh itu bisa dicitrakan dekat dengan kalangan pemilih Muslim yang jumlahnya mayoritas setiap pemilu. Dengan demikian, mereka lebih mudah masuk ke pemilih berlatar belakang Muslim meski tokoh itu tidak berasal dari kalangan santri. ”Meski tidak memberikan dukungan, setidaknya para kiai memberikan doa kepada tokoh-tokoh tersebut,” ujarnya.
Dengan demikian, Sukron memprediksi upaya para figur potensial capres dan elite politik lain yang ingin bertarung di Pemilu 2024 mendekati kalangan kiai dan santri tak hanya terlihat setelah perayaan Lebaran kali ini, tetapi akan lebih intens mendekati 2024. Apalagi NU secara institusi telah menegaskan sikapnya yang inklusif sehingga setiap tokoh selalu berupaya mendapatkan dukungan dari kiai dan santri.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Irfan Yusuf Hasyim mengatakan, wajar jika Prabowo bersilaturahmi dengan para kiai dan ulama. Sejak jauh-jauh hari Prabowo pun telah berpesan kepada semua pengurus DPP Gerindra agar selalu berkomunikasi dengan kalangan tersebut.
Karena itu, sebelum Ramadhan dan Lebaran 2022, sejumlah pengurus DPP kerap menemui para kiai dan ulama meski tanpa disertai keikutsertaan Prabowo. ”Jadi, teman-teman pengurus yang mewakili Pak Prabowo berkonsultasi, berkomunikasi, dan bersilaturahmi ke kiai-kiai itu,” kata Irfan.
Hal itu dilakukan untuk mewakili Prabowo karena ia enggan melakukan aktivitas lain pada hari dan jam kerjanya sebagai menteri pertahanan. Jadi, ketika ada kesempatan cuti bersama untuk merayakan Lebaran 2022, Prabowo langsung menggunakannya untuk sowan kepada para kiai yang telah bersahabat sejak lama dengan dia.
”Kalau itu diartikan sebagai upaya untuk (menuju) pilpres, sah-sah saja orang menilai seperti itu.Tetapi, intinya merajut kembali silaturahmi dengan kiai-kiai karena sejak menjadi menteri, konsentrasinya full di Kementerian Pertahanan,” tambah Irfan.
Menurut Irfan, silaturahmi dengan para kiai pun tidak berhenti di situ. Seusai Lebaran, saat Prabowo kembali fokus dengan pekerjaannya sebagai menteri, komunikasi akan dilanjutkan oleh para pengurus DPP Gerindra. Baik kepada tokoh yang sudah pernah ditemui Prabowo maupun belum.
Adapun terkait kunjungan Erick Thohir ke sejumlah ponpes NU di Pasuruan, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Erick adalah warga Nahdliyin, juga anggota Barisan Serbaguna (Banser) NU. Jadi, ketika tiba momentum Lebaran, ia menyempatkan mengunjungi ulama NU sambil mengecek arus balik Lebaran dalam kapasitasnya sebagai Menteri BUMN.
Mengenai Muhaimin yang juga rajin bersafari ke ponpes NU, Wakil Sekretaris Jenderal PKB Syaiful Huda mengatakan, silaturahmi ke pesantren disebutnya menjadi ciri khas Muhaimin yang berlatar belakang keluarga santri dan pendiri pesantren. Kegiatan berkunjung ke pesantren sudah menjadi hal yang lazim dilakukan.
”Apa yang dilakukan Cak Imin dengan berkunjung ke pesantren selama ini memang sudah menjadi jalan politik silaturahmi PKB,” katanya.
Kunjungan Muhaimin ke sejumlah pesantren beberapa waktu terakhir lebih ditujukan untuk menguatkan hubungan baik dengan lingkungan pesantren. Sebab, sejak PKB berdiri, kantong dukungan PKB berasal dari pesantren.