Partai Nasdem dan Partai Solidaritas Indonesia mulai menjaring kandidat potensial untuk diusung sebagai capres 2024.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, IQBAL BASYARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah partai politik mulai menjaring calon presiden potensial untuk diusung pada Pemilu Presiden 2024. Dengan penjaringan lebih awal, publik diharapkan dapat mengenal calon yang akan dipilih secara lebih baik.
Salah satu partai politik yang mulai menjaring tokoh potensial untuk diusung sebagai calon presiden (capres) 2024 adalah Partai Nasdem. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam rapat Koordinasi Pemenangan Pemilu di Surabaya, Jawa Timur, akhir Februari lalu, memastikan bahwa pihaknya tidak akan menggelar konvensi capres karena partai tidak memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden, yakni memiliki minimal 20 persen suara di parlemen. Sebagai gantinya, Nasdem akan menggelar Rembuk Nasional untuk memilih tiga tokoh yang akan didukung dalam Pilpres 2024 pada Rapat Kerja Nasional Nasdem, pertengahan Juni mendatang.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Nasdem Willy Aditya membenarkan adanya rencana tersebut. Proses pemilihan capres potensial akan dimulai pada April hingga pertengahan Juni 2022 dengan memadukan dua pendekatan. Pertama, pandangan dari struktur partai. Kedua, pendekatan ilmiah, yakni hasil survei nasional dari lembaga yang kredibel. ”Juni nanti sudah kami umumkan tiga nama,” kata Willy dihubungi dari Jakarta, Selasa (1/3/2022).
Menurut Willy, tiga calon merupakan jumlah yang ideal untuk dipilih karena bisa memberikan pilihan yang cukup bagi publik. Sementara jika lebih dari tiga, Nasdem akan memberikan kesan mengobral dukungan dan harapan palsu kepada para tokoh.
Tiga nama capres itu yang akan diserahkan kepada Ketua Umum Nasdem dan diumumkan dalam Rembuk Nasional. Mekanisme lanjutan terhadap mereka juga akan diserahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum Nasdem. Begitu pula soal negosiasi dengan parpol-parpol lain.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Nasdem Jhonny G Plate mengatakan, pihaknya merasa mempunyai kewajiban untuk segera menyiapkan capres pada Pilpres 2024 sebagaimana yang disyaratkan oleh undang-undang. Dalam memilih kandidat, syarat dan tujuan utamanya adalah capres dari Nasdem harus bisa memastikan keberlanjutan serta kontinuitas pembangunan nasional yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Presiden Joko Widodo. ”Syarat elektabilitas dan sikap untuk menjaga kekerabatan dan keeratan kebangsaan tentu juga sangat penting,” ucapnya.
Ketua DPP Nasdem Taufik Basari menambahkan, melalui Rembuk Nasional, pihaknya ingin membuat sistem pencalonan presiden yang partisipatif, akuntabel, dan modern. Publik dapat mengetahui siapa calon-calon yang diperbincangkan, tokoh masyarakat dan para ahli pun dapat menguji kapasitas mereka. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya disodori nama ketika pilpres berlangsung. Partai pun dapat menjalankan fungsinya sebagai fasilitator antara masyarakat dan elite politik.
Tidak bisa dimungkiri, kata Taufik, tantangan berikutnya adalah meyakinkan parpol lain untuk mengusung capres yang dihasilkan dari mekanisme tersebut. ”Namun, yang lebih utama bagi kami adalah bagaimana publik bisa terlibat sebelum pencalonan capres dilakukan,” katanya.
Sebelumnya, penjaringan capres potensial juga dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dalam jumpa pers di Jakarta, pekan lalu, Ketua Umum PSI Giring Ganesha mengumumkan sembilan nama tokoh yang dinilai layak menjadi presiden pada 2024. Mereka adalah Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Selain itu, ada pula Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, jurnalis Najwa Shihab, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Giring menjelaskan, sembilan nama itu berasal dari aspirasi masyarakat yang dihimpun pengurus PSI ketika berkeliling Indonesia awal Februari. Mereka menemui sejumlah pihak yang dinilai dapat mewakili suara rakyat, yakni para tokoh muda, guru, akademisi, pengusaha, tokoh agama, dan tokoh adat.
Selanjutnya, sembilan nama itu akan masuk dalam jajak pendapat terbuka di situs resmi PSI. Jajak pendapat akan diberi nama Rembuk Rakyat Online. Tujuannya, agar publik mengetahui rekam jejak para tokoh sehingga mereka layak untuk menjadi capres 2024.
Berkah elektoral
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat, upaya parpol mencari sejumlah kandidat capres sejak jauh-jauh hari merupakan hal yang baik. Sebab, hal itu dapat membuka ruang bagi publik menyampaikan umpan balik baik terhadap sejumlah nama yang diusulkan. Hal itu juga akan menjadi salah satu variabel penentu bagi parpol untuk memilih kandidat yang akan didukung. ”Langkah itu bagus karena memungkinkan parpol untuk berdialog secara langsung dengan masyarakat,” katanya.
Namun, tak hanya itu, lewat strategi mengusung banyak capres, parpol juga mengharapkan efek ekor jas berupa berkah elektoral dari para tokoh. Diharapkan calon yang diusung akan terasosiasi dengan parpol terkait sehingga publik akan melihat keterkaitan di antara keduanya. Ia mencontohkan, jika Nasdem mengusung Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil, nantinya masyarakat akan melihat ketiganya identik dengan Nasdem.
”Jadi, yang disasar adalah efek ekor jas bahwa kandidat yang diusung akan memberikan dampak secara signifikan pada perolehan suara partai, terutama di pileg,” kata Adi.
Selain itu, parpol juga ingin tercatat sebagai partai yang terdepan memberikan dukungan kepada para tokoh untuk maju sebagai capres. Hal itu juga bagian dari strategi komunikasi politik agar capres potensial yang diusung terasosiasi sejak awal dengan parpol-parpol tersebut.