Pilihan publik terhadap sosok dan karakter capres kian mengerucut meski pemilu masih dua tahun lagi. Prabowo, Ganjar, dan Anies merupakan tiga tokoh teratas yang dirujuk publik untuk menjadi calon presiden.
Oleh
BAMBANG SETIAWAN
·4 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LUKAS
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat menyampaikan laporan pada peresmian Tugu Api Semangat Indonesia Merdeka Tidak Pernah Padam di Lapangan Bela Negara, Kementerian Pertahanan, Jakarta (9/11/2021).
Hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas, pilihan terhadap sosok capres kian mengerucut ke Prabowo, Ganjar, dan Anies. Namun, figur baru juga mulai muncul. Kekuatan karakter tokoh turut menentukan dukungan.
Pemilu Presiden 2024 masih dua tahun lagi, tetapi dinamika pencalonan telah mulai hangat. Tokoh, partai politik, dan kelompok kepentingan mulai meningkatkan intensitas politiknya. Di masyarakat, dinamika terlihat dengan terjadinya pergerakan pilihan pada sosok yang dinilai layak menjadi pemimpin pemerintahan mendatang.
Sejak Oktober 2021 hingga Januari 2022 terlihat perubahan dalam elektabilitas sejumlah tokoh yang dirujuk masyarakat untuk menjadi calon presiden. Jika dibandingkan dengan survei Kepemimpinan Nasional atau SKN Kompas pada April 2021, yang relatif masih menampilkan cukup banyak figur di kategori perolehan papan menengah, disparitas elektabilitas mulai membesar pada Oktober 2021.
Perbedaan potensi keterpilihan itu kian besar pada Januari 2022, dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan makin jauh meninggalkan tokoh lainnya.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo disambut anak-anak saat tiba di kawasan Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (23/1/2022). Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi bersama dengan mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, di kawasan Sungsang.
Hasil survei yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 17-30 Januari 2022 menunjukkan, jika pemilu diselenggarakan pada saat survei dilakukan, Prabowo akan dipilih 26,5 persen masyarakat. Selanjutnya disusul Ganjar (20,5 persen), dan Anies (14,2 persen).
Survei dilakukan lewat wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error penelitian adalah +/- 2,8 persen sehingga dapat dikatakan ada perbedaan potensi keterpilihan yang cukup signifikan di antara ketiga tokoh tersebut.
Survei juga menunjukkan bahwa elektabilitas tokoh masih berjalan dinamis, terutama pada persaingan tiga figur teratas. Pada survei April 2021, Prabowo telah menempati peringkat satu dengan 16,4 persen suara, tetapi pada Oktober 2021 menjadi 13,9 persen, sama dengan perolehan Ganjar. Potensi keterpilihannya kembali naik pada Januari 2022.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) menaiki kereta kuda menuju Gedung Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menghadiri peringatan Harlah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke-49 (31/1/2022). Dalam kesempatan itu, digelar juga Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) Dewan Pimpinan Wilayah PPP DIY.
Meskipun melonjak drastis pada survei Januari 2022, elektabilitas Prabowo masih jauh dari suara yang diraih bersama pasangannya, yaitu Sandiaga Uno, dalam Pemilu Presiden 2019. Saat itu, pasangan ini memperoleh suara 44,5 persen.
Sementara Ganjar secara konsisten terus menunjukkan kenaikan potensi keterpilihan, dari 7,3 persen pada April 2021 menjadi 13,9 persen pada Oktober 2021 dan sekarang 20,5 persen. Meskipun suara untuknya naik, posisi peringkatnya tertinggal dari Prabowo. Percepatan kenaikan suaranya pada survei Januari 2022 juga tidak sedrastis sebelumnya.
Sementara Anies yang dalam dua kali survei sebelumnya potensi keterpilihannya cenderung stagnan, pada Januari ini menunjukkan pergerakan. Pada April 2021, elektabilitasnya 10 persen dan pada Oktober 2021 sebesar 9,6 persen, pada Januari 2022 menjadi 14,2 persen. Meskipun mulai bergerak, peringkat Anies belum mampu mengungguli Ganjar dan Prabowo.
Makin terkonsentrasinya pilihan masyarakat pada tiga tokoh di atas turut berpengaruh pada kian rendahnya pilihan pada figur lain di luar mereka. Terjadi kecenderungan penurunan pada elektabilitas sejumlah tokoh yang tadinya berada di papan tengah menjadi kian mendekati posisi papan bawah.
Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama, dan Tri Rismaharini yang tadinya berada di rentang 4-5 persen kini berada di antara 2 dan 3 persen. Hanya Sandiaga Uno yang posisi keterpilihannya stabil, sebelumnya 4,6 persen dan sekarang 4,9 persen. Dengan angka itu, Sandiaga memuncaki elektabilitas tokoh papan tengah.
Di posisi papan bawah, mulai terjadi dinamika dengan munculnya nama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan tingkat elektabilitas 2 persen dan Menteri BUMN Erick Thohir yang meraih simpati 1,1 persen masyarakat.
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (kanan, berkaus biru) mengamati denah Politeknik Pariwisata Manado yang akan dibangun di Desa Kalasey Dua, Minahasa, Sulawesi Utara, dalam kunjungan pada Selasa (15/2/2022). Politeknik itu akan membuka pendaftaran bagi 2.500 siswa pada Juli 2022.
”Tegas” dan ”merakyat”
”Ketegasan” dan ”merakyat” merupakan dua sisi karakter kepemimpinan, yang di Indonesia menjadi rujukan utama masyarakat untuk memilih. Seolah merupakan dua kutub yang berseberangan, ketegasan dan merakyat menjadi alasan yang sama kuatnya, yang membedakan simpatisan satu dengan lainnya.
Dalam Pemilu Presiden 2019, kedua alasan itu terekam dalam posisi seimbang. Survei Kompas Maret 2019 menunjukkan mereka yang memilih Prabowo sebanyak 50 persen didasari oleh imaji sosoknya sebagai orang yang tegas dan berwibawa. Dalam persentase yang sama, 50 persen alasan memilih Joko Widodo karena sosoknya tergambarkan sebagai orang yang merakyat dan sederhana.
Situasi yang sama tampaknya juga akan dihadapi pada pemilu mendatang. Sebagian masyarakat akan memilih karena didasari oleh citra ketegasan yang melekat pada sosok tertentu dan sebagian lainnya memilih sosok yang lain karena alasan citranya yang merakyat.
NINO CITRA ANUGRAHANTO
Ketua umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan isi pertemuan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta (3/4/2021). Pertemuan kedua belah pihak membahas soal kebangsaan.
Gambaran sosok yang tercitrakan sebagai tegas dan berwibawa, sejauh ini, cenderung melekat pada sosok berlatar belakang militer, seperti Prabowo, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Andika Perkasa. Beberapa sosok nonmiliter juga disukai karena karakter tegas dan berwibawa, seperti Basuki Tjahaja Purnama dan Tri Rismaharini.
Sebaliknya, gambaran sosok yang tercitrakan sebagai merakyat cenderung melekat pada figur Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Mahfud MD, Ridwan Kamil, dan Erick Thohir.
Alasan lain yang saat ini mulai muncul cukup kuat, di luar ketegasan dan merakyat, adalah pengalaman dan prestasi sebagai pemimpin. Alasan ini tampak menonjol pada sejumlah tokoh yang sedang atau pernah menjabat sebagai kepala daerah, seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Tri Rismaharini.
Ke depan, persaingan dukungan tidak hanya ditentukan oleh mesin politik, tetapi juga seberapa kuat figur calon menampilkan karakter yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini. (LITBANG KOMPAS)