Pelantikan PBNU Digelar di Balikpapan, Dua Pengurus Mundur
Pihak PBNU menegaskan, mundurnya kedua pengurus tak terkait dengan isu hubungan PBNU dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Keduanya mundur karena diminta untuk fokus membantu PWNU Jawa Timur.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·5 menit baca
Masyarakat Balikpapan, Kalimantan Timur, menikmati senja sambil bersantap jajanan ringan di Pantai Melawai, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (19/4/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Pelantikan dan pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hasil Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung dijadwalkan untuk digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur, 30-31 Januari 2022. Namun, dua pengurus menyatakan mundur untuk fokus di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Mundurnya dua pengurus ini disebutkan karena permintaan kiai sepuh dari Jatim.
Balikpapan dipilih dengan tujuan untuk menyapa warga NU atau nahdliyin secara lebih luas di luar Jawa dan Indonesia Timur, yang selama ini kurang tergarap dengan maksimal. Menurut rencana, kegiatan akan diselenggarakan di Balikpapan Sport Centre di Balikapapan. Presiden Joko Widodo serta Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang juga Mustasyar PBNU dijadwalkan hadir dalam kegiatan ini.
”Balikpapan dipilih supaya tidak Jawa sentris dan PBNU bisa menyapa warga NU di luar Jawa dan Indonesia Timur yang selama ini belum tergarap maksimal. Kedua, ini juga merupakan support NU kepada pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur,” kata Amin Said Husni, salah satu Ketua PBNU, saat dihubungi, Sabtu (29/1/2022) dari Jakarta.
Namun, dari sekitar 184 pengurus yang menurut rencana dilantik tepat pada peringatan hari lahir (harlah) ke-96 NU itu, dua di antaranya mengundurkan diri, yakni KH Abdus Salam Shohib (Gus Salam) dan Abdurrohman Al-Kautsar (Gus Kautsar).
Gus Kautsar adalah putra KH Nurul Huda Djazuli, pengasuh Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri. Adapun Gus Salam adalah putra KH Sohib Bisri, yang tak lain adalah cucu KH Bisri Syansuri (Pendiri Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang dan Rais Aam PBNU 1970-1980).
Gus Salam sebelumnya ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU, sedangkan Gus Kautsar sebelumnya ditunjuk menjadi salah satu Katib di PBNU. Keduanya memutuskan mundur dan memperkuat Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), tempat keduanya selama ini menjadi pengurus teras.
Dua kader mundur
Amin mengonfirmasi mundurnya dua kader muda NU dari Jatim tersebut. Keduanya mundur karena diminta oleh KH Nurul Huda Djazuli untuk tetap memperkuat PWNU Jatim. Mundurnya kedua orang itu juga dinilai tidak terkait dengan isu hubungan PBNU dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
”Tidak ada kaitannya ke sana dan memang tidak ada relevansinya soal hubungan itu. Keduanya mundur memang karena diminta KH Nurul Huda untuk fokus membantu di PWNU Jatim,” kata Amin.
Dalam sepekan terakhir, jajaran PBNU memang memanggil sejumlah Ketua Pengurus Cabang NU (PCNU) dari berbagai daerah terkait dengan pernyataan di media sosial dan kegiatannya yang bertalian dengan kegiatan kepartaian yang digelar PKB. Pemanggilan mereka dilakukan untuk keperluan konfirmasi atau tabayun menyangkut ucapan dan kegiatan mereka sebagai pengurus NU di daerah. Sebab, sejak awal PBNU di bawah Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf secara tegas menyatakan PBNU tidak boleh terlibat dalam politik praktis dan menjaga jarak yang sama dengan kepentingan politik di Tanah Air.
Amin mengakui, kebijakan itu seolah dipandang bahwa PBNU meninggalkan PKB, padahal tidak demikian. Hubungan antara warga NU (nahdliyin) dan PKB adalah hubungan yang lahir alamiah karena pendiri PKB waktu itu adalah jajaran PBNU. Namun, warga NU tidak hanya berafiliasi dengan PKB sehingga ada keperluan bagi PBNU untuk juga menjangkau warganya yang berafiliasi dengan partai politik lain secara setara.
”Penduduk Indonesia yang berafiliasi dengan NU itu jumlahnya mencapai lebih dari 50 persen total populasi Muslim se-Indonesia. Artinya, angkanya bisa di atas 100 sampai 150 jutaan orang. Adapun selama ini yang menjadi konstituen PKB paling tinggi 13 jutaan. Maka, ada lebih dari 100 juta lainnya yang tersebar di partai-partai lain, tidak hanya di PKB,” papar Amin.
Dengan pertimbangan itu, jika PBNU hanya memberikan perhatian kepada PKB, ada potensi ratusan juta penduduk NU lainnya yang tidak terperhatikan. ”Bahwa konstituen PKB adalah nahdliyin memang itu fakta di lapangan begitu. Namun, dalam upaya untuk kepentingan politik praktis, NU secara kelembagaan tidak boleh terlibat dan dilibatkan,” katanya.
Amin membantah ada ketegangan antara PKB dan PBNU dalam peristiwa beberapa waktu terakhir ini. Dirinya sendiri adalah orang PKB dan bahkan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf juga orang PKB. Artinya, tidak ada masalah dengan hubungan PBNU dengan PKB yang memang sejak lama terjalin dengan baik.
Ikuti kiai sepuh
Gus Salam menuturkan, mundurnya dirinya dengan Gus Kautsar ialah karena arahan kiai sepuh. ”Ya, atas arahan Kiai Sepuh agar kami tetap istiqomah berkhidmat mendampingi Rais dan Ketua PWNU Jawa Timur,” katanya yang juga Wakil Ketua PWNU Jatim.
Sementara itu, Gus Kautsar menuturkan, yang memerintahkan dirinya dan Gus Salam agar berkhidmat untuk PWNU Jatim adalah Kiai Nurul Huda Djazuli.
”Ya, kami ditempatkan di mana saja monggo kerso beliau. Beliau jauh lebih pirso (memahami lahir batin) kualitas kami daripada diri kami sendiri. Sam'an wa tha'atan (mendengar dan menaati),” katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam beberapa kali kesempatan mengatakan, PKB lahir dari rahim NU. Oleh karena itu, sebagai anak NU, PKB juga harus ikut mengurusi NU.
Menanggapi kepengurusan PBNU yang kini lebih berwarna dengan hadirnya politisi lintas partai, seperti Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), serta PKB, hal itu dipandang wajar karena memang warga NU tidak hanya di PKB.
”Secara historis memang NU yang melahirkan PKB. Ketika PKB lahir, Rais Aam PBNU KH Ilyas Ruchyat dan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah motor pendirian PKB. Pengurus PBNU ketika itu juga pendiri PKB. Dengan situasi itu, secara natural menjadi sesuatu hal yang wajar jika PKB menjadi tempat aspirasi warga NU,” katanya.