Wapres Amin Ajak Serap Kekayaan Intelektual Ulama Nusantara
Wapres menegaskan bahwa bangsa Indonesia telah dikenal di dunia sebagai bangsa yang toleran.
Pada setiap kunjungan kerja ke daerah, Wakil Presiden Ma’ruf Amin hampir selalu singgah di pondok pesantren untuk bertemu para ulama ataupun menyempatkan ziarah ke makam. Tak sekadar temu kangen, kegiatan ini juga menjadi wujud kesetiaan KH Ma’ruf Amin untuk berkontribusi melestarikan kekayaan intelektual dari ulama-ulama besar Nusantara demi terus mengukuhi budaya Islam Nusantara.
Ketika berkunjung ke Kabupaten Bangkalan di Pulau Madura, Jawa Timur, misalnya, Wapres Amin tak lupa mengunjungi makam ulama Karismatik, Syaichona Moh Cholil, di Desa Martajasah, Kecamatan Bangkalan, untuk berziarah. Duduk bersimpuh di lantai, Wapres terlihat khusyuk berdoa di depan makam yang ditaburi bunga dengan didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron, Kamis (13/1/2022).
Seusai berziarah, Wapres Amin bersilaturahmi dengan 30 orang keturunan ulama Syaichona Moh Cholil di Pendopo Bupati Bangkalan di Bangkalan. Kepada Wapres, keluarga menyebut bahwa selama ini mereka banyak kehilangan karya intelektual dari Syekh Kholil. Mereka menggali dan menemukan 20 karya dalam berbagai bidang. Keluarga lantas membentuk lembaga Nahdatul Turots untuk kebangkitan literasi kitab klasik karya Syaichona Moh Cholil.
Wapres kagum dengan kekayaan literasi kitab klasik karya Syekh Kholil dan menyebut tentang pentingnya penggalian karya intelektual dari ulama-ulama besar Nusantara.
Dalam pertemuan tersebut, Wapres kagum dengan kekayaan literasi kitab klasik karya Syekh Kholil dan menyebut tentang pentingnya penggalian karya intelektual dari ulama-ulama besar Nusantara. Ulama besar Nusantara rata-rata mempunyai karya-karya klasik yang diharapkan oleh Wapres Amin bisa terus digali untuk bisa dijadikan kearifan lokal. Karya-karya para ulama besar Nusantara ini bisa menjadi sumber dari Islam yang moderat.
Menurut Wapres Amin, penggalian karya seperti inilah yang nanti akan dijadikan sebagai kajian budaya Islam Nusantara dari Universitas Islam Internasional Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Karya-karya para ulama menjadi kekayaan intelektual yang akan dikaji oleh para generasi muda. Rata-rata karya ulama waktu itu tersebar di Timur Tengah sebagai karya berbahasa Arab.
Wapres menegaskan, bangsa Indonesia telah dikenal di dunia sebagai bangsa yang toleran. Belum lama ini, Wapres bercerita telah menerima kehadiran tamu dari tokoh Majelis Hukama Al Muslimin atau suatu organisasi dunia yang berpusat di Abu Dhabi yang ketuanya dipimpin oleh Syaikhul Azhar Syekh Thantawi.
”Datang ke Indonesia menemui saya, dan menyatakan bahwasanya kami para cendikiawan Muslim dunia dan para ulama datang ke Indonesia untuk belajar, bukan untuk memberikan pelajaran. Kami ingin belajar tentang bagaimana Indonesia bisa hidup damai dan toleran,” kata Wapres ketika memberikan Orasi Ilmiah di Sekolah Tinggi Agama Islam (Stais) Syaichona Moh Cholil Bangkalan sesaat sebelum ziarah ke makam Syekh Kholil.
Baca juga: Wapres: Pesantren Jadi Simpul Pemberdayaan Ekonomi
Pelangi Islam
Wapres Amin menegaskan bahwa hal ini nantinya akan dijadikan sebagai semacam acuan dalam rangka membangun Pelangi Islam di dunia. ”Dan dia (tokoh Majelis Hukama Al Muslimin) mengatakan, ’tidak zamannya lagi sekarang menerjemahkan bahasa Arab ke Indonesia, tapi sekarang adalah bahasa Indonesia yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,” ucap Wapres Amin diiringi tepuk tangan hadirin.
Wapres menambahkan, para cendekiawan dunia dari Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat datang ke Indonesia untuk belajar tentang bagaimana cara mengembangkan Islam dengan cara yang wasathiyah yang toleran, yang rahmatan lil’alamin. ”Oleh karena itu, kita ini harus menjadi bagian dari cara kita mengembangkan pendidikan Islam dengan penanaman sikap-sikap wasathiyah. Islam dengan awassuthiyah, yang disebut sebagai tasamuhiyah. Itulah saya kira patut kita syukuri,” ucapnya.
Juru bicara Wapres, Masduki Baidlowi, menyebutkan, Wapres memang rutin menyambangi pondok pesantren atau berziarah sebagai bagian dari upaya penggalian karya para ulama Tanah Air.
”Kalau memang ulamanya, ulama besar, Wapres pasti berziarah. Beliau selalu menghormati terhadap kebesaran dari ulama. Apalagi menjadi ikon ulama Nusantara. Pasti Wapres ziarah. memang selalu rutin mengunjungi,” ujar Masduki.
Dalam pertemuan dengan Wapres, menurut Masduki, keluarga Syaichona Moh Cholil juga meminta agar Wapres turut memperjuangkan pengajuan ulama masyhur asal Bangkalan itu sebagai pahlawan nasional. Apalagi, beberapa murid Syaichona Cholil telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Asad Syamsul Arifin, dan KH Wahab Hasbullah.
Wapres Amin lantas menyanggupi untuk turut mendorong pemberian gelar pahlawan yang telah diajukan sejak tahun lalu itu. Selain berziarah, Wapres Amin juga meresmikan Halal Center di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan.
Menjelang sore, Wapres kembali berkunjung ke pondok pesantren. Kali ini Wapres hadir di Pondok Pesantren Hidayatullah Al-Muhajirin, Paserean Bawah Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan. Begitu tiba di ponpes yang berlokasi di tengah-tengah permukiman warga, Wapres terlihat begitu menikmati ketika menyaksikan barisan santri memainkan drum band yang melantunkan kidungI’tirof. Wapres berdiri begitu lama untuk mendengarkan alunan musik dari drum band.
Di Pondok Pesantren Hidayatullah Al-Muhajirin pula, Wapres Amin meresmikan Menara Masjid Syaikhona KH Ghozali bin Abdussalam. Wapres menyampaikan bahwa Menara merupakan sebuah simbol penting. Sebab, Menara melambangkan cita-cita yang tinggi dan hal tersebut merupakan dasar yang kuat bagi seorang individu untuk menjadi versi terbaik dari dirinya.
”Saya merasa bahwa acara peresmian Menara ini penting. Menara ini harus kita lambangkan sebagai simbol daripada cita-cita yang tinggi. Karena, cita-cita yang tinggi itu merupakan bagian dari iman. Cita-cita yang tinggi ini penting buat kita bagi umat Islam di dalam melaksanakan berbagai upaya dalam memperkuat diri, memperkuat iman,” kata Wapres dalam sambutannya.
Perwakilan pengasuh Ponpes Hidayatullah Al-Muhajirin Herry Santoso melaporkan bahwa Menara Masjid Syaikhona KH Ghozali bin Abdussalam dibangun selama 5 bulan sejak 30 Juli 2021 dan selesai pada 30 Desember 2021. ”Ketinggian menara sepanjang 56 meter, dengan angka 56 mengambil filosofi dari 5 rukun Islam dan 6 rukun iman,” ujarnya.
Proses pengerjaan menara dilakukan oleh semua santri dan alumni Ponpes Hidayatullah Al-Muhajirin serta dibantu oleh masyarakat sekitar. ”Total dana yang dihabiskan kurang lebih (sebesar) Rp 2.146.350.000. Semua dana terkumpul dari bantuan para santri, alumni, dan juga para dermawan,” ucap Herry.
Baca juga : Peneguhan Komitmen Kebangsaan Santri
Keterpaduan sistem
Wapres menyampaikan, upaya memperkuat diri tersebut tidak lepas dari tiga fungsi pesantren, yaitu sebagai pusat pendidikan, pusat dakwah, dan pusat pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, Wapres menekankan pentingnya proses perbaikan di dalam pesantren secara berkelanjutan, yaitu melalui keterpaduan antara sistem lama dan sistem baru.
”Melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan, secara sustainable, sehingga terjadi proses perbaikan-perbaikan. Bahasa sekarangnya namanya inovasi, ada inovasi, continuous improvement, karena memang selalu ada pembaruan-pembaruan yang baik itu,” ujar Wapres.
Wapres menekankan pentingnya proses perbaikan di dalam pesantren secara berkelanjutan, yaitu melalui keterpaduan antara sistem lama dan sistem baru.
Terkait dengan perbaikan berkelanjutan, Wapres pun mengilustrasikan tentang sistem pembelajaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan pada masa pandemi Covid-19, di mana metode pembelajaran daring mengambil peran besar dalam dua tahun belakangan ini. Namun, sistem pembelajaran tatap muka tetap tidak ditinggalkan apabila situasi dan keadaan sudah membaik nantinya.
”Di sinilah hal yang harus terus kita kembangkan sehingga pesantren tidak pernah tertinggal di dalam berbagai pengembangan ilmu pengetahuan. Ini harus menjadi tekad dan cita-cita kita, cita-cita tinggi kita,” kata Wapres.
Dari safari pondok pesantren hingga ziarah makam ulama Nusantara, Wapres Amin terus bersetia melestarikan kekayaan intelektual Islam Nusantara. Islam nan damai dan toleran yang diserap dari seluruh penjuru Tanah Air ini yang kemudian disebut oleh Wapres sebagai acuan dalam membangun Pelangi Islam di dunia. Pelangi yang indah karena memiliki warna yang beragam.