Besok, Presiden Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional bagi Tokoh Empat Provinsi
Pemberian anugerah gelar pahlawan nasional akan diselenggarakan sebagai rangkaian peringatan Hari Pahlawan 2021 di Istana Negara, Jakarta, 10 November besok. Ada empat tokoh yang akan mendapat gelar pahlawan nasional.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat tokoh yang telah berpulang akan dianugerahi gelar pahlawan nasional dalam peringatan Hari Pahlawan tahun 2021. Keempat tokoh tersebut adalah Tombo Lututu dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur, Usmar Ismail dari DKI Jakarta, dan Raden Arya Wangsakara, tokoh Banten.
Pemberian anugerah gelar pahlawan nasional akan diselenggarakan sebagai rangkaian peringatan Hari Pahlawan 2021 yang bertema ”Pahlawanku Inspirasiku”, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/11/2021). Sebelum itu, pada Rabu pukul 08.00, Presiden Joko Widodo akan mengunjungi Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta untuk prosesi tabur bunga.
Upacara ziarah nasional akan dipimpin Presiden Joko Widodo sebagai inspektur upacara. Upacara ini diikuti peserta terbatas dan dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Sementara dalam penyerahan gelar pahlawan nasional dan tanda jasa di Istana Negara, protokol kesehatan diterapkan secara ketat.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, Selasa (9/11/2021), menjelaskan, jumlah undangan sangat terbatas. Hanya penerima atau perwakilan penerima gelar atau tanda jasa yang mendapat undangan. Masing-masing dibolehkan hadir bersama seorang pendamping saja.
Kendati hadir pula keluarga para tokoh yang menerima gelar pahlawan atau menerima tanda jasa, semua harus menjalani tes usap (PCR) dan mendapat hasil negatif. ”Para pendamping dari semua undangan tersebut juga harus (memiliki hasil negatif) PCR,” tutur Bey kepada harian Kompas.
Selasa (9/11/2021) sore, rangkaian bunga untuk menghias ruang utama di Istana Negara sudah tiba di Kompleks Istana Kepresidenan. Tim dekorasi biasanya akan mempersiapkan ruangan yang akan digunakan esok pagi.
Salah satu tokoh yang akan mendapat gelar pahlawan nasional adalah Bapak Film Nasional yang juga pernah menjadi wartawan, yaitu H Usmar Ismail. Di masa setelah proklamasi, Usmar Ismail pernah mendirikan surat kabar Rakyat bersama dua sahabatnya, Syamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi. Selain itu, di Yogyakarta, Usmar Ismail pernah mendirikan harian Patriot dan bulanan Arena. Usmar Ismail juga pernah menjadi wartawan kantor berita Antara.
Setelah kemerdekaan RI dan Belanda berusaha menguasai kembali republik yang masih muda ini, Usmar Ismail juga sempat ikut mempertahankan kemerdekaan sebagai tentara. Perjuangan sebagai tentara berlangsung sampai tahun 1949 saat Usmar Ismail berpangkat mayor.
Di dunia film, Usmar Ismail yang kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921, tak bisa dinafikan perannya. Tak kurang 30 judul film pernah dibuat sepanjang kariernya, misalnya Pedjuang (1960), Enam Djam di Djogja (1956), Tiga Dara (1955), Asrama Dara (1958), Lewat Djam Malam (1954), dan Krisis (1953). Hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail tanggal 30 Maret juga ditetapkan sebagai Hari Film Nasional. Film ini disebut sebagai film pertama yang secara resmi diproduksi Indonesia sebagai negara berdaulat.
Tokoh lain, Tombo Lututu dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur, dan Raden Arya Wangsakara, tokoh Banten, adalah para pemimpin kerajaan/kesultanan di sejumlah wilayah Nusantara yang memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda atau VOC. Karena itu, keempat tokoh ini dinilai sebagai pejuang yang menginspirasi perjuangan untuk Indonesia yang maju dan berdaulat atau untuk membuat kemerdekaan lebih bermakna.
Selain itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dalam keterangannya pada 28 Oktober 2021, pemilihan pahlawan kali ini mengutamakan pemerataan kedaerahan. Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur sampai saat ini belum memiliki tokoh pahlawan nasional. Karena itu, tahun ini, anugerah gelar pahlawan nasional diberikan kepada tokoh Sulteng dan Kaltim.
Sumbangsih Usmar Ismail
Sejarawan Anhar Gonggong menilai, dianugerahkannya gelar pahlawan nasional kepada Usmar Ismail sangat pantas. Sebab, Usmar Ismail bukan sekadar bapak perfilman, tetapi pernah juga menjadi tentara pembela republik. Namun, karier di ketentaraan ditinggalkan dan Usmar Ismail fokus di dunia film. Di bidang ini, Usmar Ismail, kata Anhar, memberikan sesuatu yang tak bisa diberikan orang lain.
Melalui film, Usmar Ismail bukan hanya menyediakan tontonan, melainkan juga memberikan wawasan kebangsaan dan kemanusiaan. Proses mempertahankan kemerdekaan ketika imperialis Belanda kembali berusaha menguasai dibarengi kemanusiaan rakyat yang saling membantu digambarkan di film Enam Djam di Djogja, misalnya. Hal ini dinilai masih sangat relevan dan bermakna untuk generasi muda.
Proses penentuan seorang tokoh sebagai pahlawan nasional, menurut Anhar yang juga anggota Dewan Gelar dan Tanda Jasa, sangat panjang. Pertimbangannya pun banyak. Dokumen dan fakta-fakta sejarah dipelajari betul sebelum usulan dari kabupaten/kota melalui provinsi sampai ke Kementerian Sosial. Dewan Gelar dan Tanda Jasa pun mengkaji sebelum akhirnya Presiden menerbitkan keputusan presiden.