Presiden Jokowi Pulang Tak Dijemput, Lalu Karantina Mandiri di Istana
Diiringi rintik gerimis, kepulangan Presiden Jokowi kali ini dari luar negeri semakin kentara sepi karena tanpa penyambutan pejabat. Presiden juga tak bisa langsung bersua keluarganya.
Begitu tiba di Tanah Air usai sepekan melawat ke luar negeri, Presiden Joko Widodo harus berteman sunyi dalam karantina mandiri. Selama tiga hari hingga Minggu (7/11/2021), Presiden Jokowi menahan rindu untuk tidak bertemu Ibu Negara Iriana Jokowi. Aturan perjalanan luar negeri mensyaratkan karantina 3 x 24 jam bagi mereka yang tiba di pintu kedatangan internasional.
Suasana sunyi itu sudah terasa ketika Presiden Jokowi seorang diri terlihat menuruni tangga berkarpet merah pesawat Garuda Indonesia-1. Di ujung tangga, Presiden yang berjaket warna hijau tentara dan masker rangkap menyapa pilot dan kru pesawat yang telah membawanya terbang selama delapan jam dari Dubai, Uni Emirat Arab, menuju Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, Jumat (5/11/ 2021) pagi.
Diiringi rintik gerimis, kepulangan Presiden Jokowi kali ini semakin kentara sepi karena dilakukan tanpa penyambutan dari pejabat. Ini juga bagian dari ketaatan menjalankan protokol kesehatan setelah pulang dari luar negeri. Para menteri yang sebelumnya turut mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan luar negeri pun akan menjalani karantina serupa seperti yang dijalani kepala negara.
Baca juga: Presiden Jokowi Bertolak ke Tiga Negara
Tak berapa lama usai turun dari pesawat, Presiden Jokowi langsung menuju mobil RI-1 yang telah disiapkan untuk kemudian menuju tempat karantina mandiri di Istana Bogor, Jawa Barat. ”Seusai lawatan kerja sepekan di luar negeri, saya pulang dan tiba di Tanah Air, pagi ini. Sesuai dengan aturan protokol kesehatan perjalanan internasional yang berlaku, maka mulai hari ini saya menjalani karantina mandiri selama 3 x 24 jam di kompleks Istana Bogor,” kata Presiden Joko Widodo dalam akun Twitter-nya, Jumat (5/11/2021).
Sesuai dengan aturan protokol kesehatan perjalanan internasional yang berlaku, maka mulai hari ini saya menjalani karantina mandiri selama 3 x 24 jam di kompleks Istana Bogor, Jawa Barat.
Sepulang dari lawatan ke tiga negara; Italia, Inggris, dan Uni Emirat Arab (UEA), Presiden Jokowi, perangkat melekat, dan rombongan memang tak lepas dari kewajiban karantina. Oleh karena itu, saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Jumat pagi pun tak ada penyambutan bagi rombongan.
Kondisi ini tentu berbeda 180 derajat apabila dibandingkan dengan masa sebelum pandemi ketika lazimnya kedatangan Presiden RI dari luar negeri selalu disambut para pejabat terkait. Bahkan, berlainan pula dibandingkan menjelang lawatan sepekan sebelumnya ketika sejumlah pejabat melepas keberangkatan Presiden Jokowi.
Saat itu, Jumat (29/10/2021), Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Banten Wahidin Halim melepas keberangkatan Presiden Joko Widodo di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kewajiban karantina
Langkah Presiden Jokowi menjalani karantina ini sesuai aturan yang berlaku bahwa setiap warga negara Indonesia (WNI) yang baru kembali dari perjalanan luar negeri diwajibkan menjalani karantina. ”Oleh karena itu, Bapak Presiden meminta kepada kami agar tidak perlu ada penjemputan karena setibanya di Tanah Air, Bapak Presiden akan langsung melaksanakan karantina mandiri di Istana Kepresidenan Bogor dengan perangkat melekat,” ujar Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.
Bapak Presiden meminta kepada kami agar tidak perlu ada penjemputan karena setibanya di Tanah Air, Bapak Presiden akan langsung melaksanakan karantina mandiri di Istana Kepresidenan Bogor dengan perangkat melekat.
Alhasil, selepas turun pesawat, semua rombongan yang baru menyelesaikan lawatan ke luar negeri itu pun langsung ke lokasi karantina. Presiden Jokowi dan perangkat melekat, seperti personel Pasukan Pengamanan Presiden, menjalani masa karantina di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Namun, Presiden tak langsung ke Wisma Bayurini tempat tinggalnya selama ini, tetapi akan karantina menempati gedung utama Istana Bogor.
Baca juga: Kala Presiden Kenalkan Indonesia sebagai Surga Pariwisata di Dubai Expo 2020
Adapun rombongan lainnya sebagian menjalani karantina di hotel yang direkomendasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). ”Di sini ada Satgas Penanganan Covid-19 yang memantau. Dan kita enggak bisa keluar masuk. Turun ke lobi aja enggak bisa. Makanan disediakan di depan kamar. Jangan dibayangin bisa ke kolam renang,” tutur Deputi Bidang Protokoler, Pers, dan Media Bey Machmudin kepada Kompas, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Tiba di Tanah Air Tanpa Penyambutan, Presiden Jalani Karantina Mandiri Tiga Hari
Kepala BNPB selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ganip Warsito membenarkan bahwa Presiden akan melaksanakan karantina mandiri. ”Kami, Satuan Tugas Penanganan Covid, memberikan diskresi kepada pejabat setingkat menteri ke atas untuk melaksanakan karantina mandiri,” ujar Ganip.
Ganip menjelaskan bahwa meskipun Presiden melaksanakan karantina mandiri, tetapi tetap diwajibkan tes PCR setibanya di tempat karantina. Presiden Jokowi juga wajib menggunakan masker dan menghindari kegiatan tatap muka, serta melakukan tes PCR di hari ketiga setelah karantina.
Mengenai lamanya karantina, Ganip mengatakan bahwa sesuai Surat Edaran Nomor 20 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), maka pelaku perjalanan internasional yang sudah menerima vaksin dosis lengkap diwajibkan melaksanakan karantina selama 3 x 24 jam.
”Kita ketahui bahwa Bapak Presiden sudah menerima vaksin dosis lengkap sehingga karantina yang dijalankan selama 3 x 24 jam. Setelah menjalani karantina selama tiga hari dan mendapatkan hasil negatif di kedua tes PCR, Bapak Presiden bisa beraktivitas kembali,” kata Ganip.
Setelah menjalani karantina selama tiga hari dan mendapatkan hasil negatif di kedua tes PCR, Bapak Presiden bisa beraktivitas kembali.
Sebelumnya, dalam konferensi pers melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (2/11/2021), Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut bahwa penyesuaian durasi wajib karantina menjadi 3 hari dari sebelumnya 5 hari untuk pelaku perjalanan internasional yang telah menerima dosis penuh vaksinasi ini ditetapkan seturut dengan arahan Presiden Jokowi. Adapun jumlah waktu karantina bagi pelaku perjalanan internasional yang belum divaksin dosis penuh adalah lima hari.
Sesuai arahan Presiden Jokowi pula, kewajiban test PCR atau entry test (tes masuk) dilakukan pada saat kedatangan di pintu masuk. Tes ulang PCR kedua dilakukan untuk menyelesaikan masa karantina atau exit test (tes keluar) pada hari ketiga untuk kewajiban karantina tiga hari dan pada hari keempat untuk karantina lima hari.
”Penyesuaian aturan ini berlaku di seluruh pintu kedatangan internasional dan termasuk kebijakan Satgas yang terbaru,” ujar Wiku.
Pertimbangan pengurangan masa karantina
Menanggapi pertanyaan wartawan terkait pertimbangan pengurangan masa karantina dari 5 hari menjadi 3 hari, Wiku menyebut bahwa setiap penyesuaian kebijakan yang diberlakukan pemerintah sudah mempertimbangkan masukan pakar. Hal ini terkait dengan perkembangan riwayat alamiah penyakit dan kesiapan petugas di lapangan terkait teknis screening-nya.
”Selain itu, cakupan vaksinasi, hasil survei dari zero prevalensi, dan upaya pemulihan ekonomi bertahap juga menjadi aspek yang dipertimbangkan. Kebijakan pembaruan dan ini sudah dilakukan,” kata Wiku.
Kendati saat ini masa karantina setelah tiba dari bepergian ke luar negeri sudah lebih singkat, yakni 3 x 24 jam, tetap saja kebosanan terjadi. Salah seorang ASN (aparatur sipil negara) yang bertugas mengikuti lawatan Presiden Jokowi ke Roma, Italia, dan menjalani karantina menceritakan kejenuhannya. ”Kita enggak bisa pesan makanan dari layanan online,” tuturnya menyebut jenama tertentu.
Namun, demi keamanan keluarga di rumah, karantina tetap dijalaninya sembari mengerjakan tugas-tugasnya. ”Untung banyak kerjaan jadi engga terlalu berasa bosan,” ujarnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi pada dialog bertajuk ”Waspada Tangkal Varian Anyar”, Kamis (4/11/2021), menuturkan bahwa memperkuat pintu masuk negara adalah hal pertama untuk mengantisipasi virus baru dari luar. Pelaku perjalanan luar negeri harus vaksinasi lengkap, minimal 14 hari sebelum keberangkatan. Jadi, WNA yang akan masuk tentunya harus vaksinasi lengkap.
Hal kedua adalah menyertakan pemeriksaan PCR 3 x 24 jam sebelum keberangkatan dan harus negatif. Setelah itu melakukan karantina. Kalau sudah mendapatkan vaksinasi lengkap, maka karantinanya bisa cukup dengan tiga hari. Namun, kemudian di hari pertama dan hari ketiga melakukan tes masuk dan tes keluar.
”Mengapa ini kita perhitungkan cukup karena mereka maksimal tiga hari sebelumnya sudah harus PCR. Berarti sudah ada tiga hari untuk kita bisa mendeteksi. Kemudian, tiga hari melakukan karantina. Jadi, lebih kurang 5-6 hari. Nah, 5-6 hari itu sudah cukup untuk melihat masa inkubasi dari virus karena masa inkubasi virus lebih kurang 4-6 hari sampai kita terdeteksi,” kata Nadia saat menjelaskan pertimbangan pengurangan masa karantina.
Artinya, menurut Nadia, hal ini tidak mengurangi kualitas deteksi terhadap upaya cegah tangkal varian tadi. Selain itu, diketahui bahwa vaksinasi di banyak negara cukup tinggi sehingga tingkat imunitas populasi global juga sudah lebih baik dan memiliki kekebalan kelompok yang juga sudah timbul.
”Untuk negara-negara yang masuk ke Indonesia, kita juga punya kriteria. Mereka yang berada pada PPKM level 1 dan 2 dan tingkat positivity rate-nya kurang dari 5 persen. Jadi, ini upaya-upaya kita dalam rangka cegah tangkal di pintu masuk negara. Selain, tentunya, kalau kita menemukan ada kasus positif itu dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing,” kata Nadia.
Namun, Nadia juga mengingatkan bahwa pemantauan pun tetap perlu dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena mutasi virus korona baru varian Delta bisa berkembang. Ada harapan kecepatan vaksinasi terus menekan laju penularan dan tak memberi kesempatan varian Delta berkembang lebih lanjut.
Baca juga:Percepat Transisi Energi, Presiden Jokowi Undang AS Investasi Teknologi Rendah Karbon
Sementara itu, mengutip Bloomberg, seorang ajudan Gedung Putih yang menemani Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke pertemuan internasional di Eropa pekan lalu dikabarkan positif Covid-19 sebelum Biden kembali ke AS, menurut sumber yang mengetahuinya. Disebutkan bahwa ajudan dan beberapa staf lainnya, yang jumlahnya tidak diketahui pasti, tetap berada di Skotlandia setelah Presiden Biden menghadiri pertemuan iklim PBB di Glasgow karena kekhawatiran terhadap penularan.
Ajudan yang diketahui positif melalui tes cepat tersebut sedang dalam karantina di Skotlandia sembari menunggu tes PCR lanjutan, kata pejabat Gedung Putih. Ajudan dimaksud diyakini tidak kontak dekat dengan Presiden Biden. Tes Biden di hari Selasa negatif, ujar pejabat pada Rabu malam.
Sementara itu, National Observer memberitakan Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti positif Covid-19 di saat menghadiri konferensi iklim PBB di Glasgow. Pernyataan resmi terkait hal ini menyebutkan dirinya dalam kondisi baik dan menjalani isolasi di kamar hotelnya. Garcetti disebutkan juga sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Baca juga: KTT G-20 Hasilkan Komitmen Setengah Hati soal Penanganan Krisis Iklim
Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia pun mendorong beberapa kepala negara memutuskan tidak menghadiri KTT G-20, semisal Presiden Rusia Vladimir Putin. Seperti diberitakan Reuters, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip kantor berita RIA menyebutkan bahwa keputusan Putin tersebut dipengaruhi pandemi Covid-19 yang terus berlangsung, di mana Rusia baru-baru ini mencatatkan rekor kematian dan kasus baru.
Sejauh ini, dalam lawatannya, Presiden Joko Widodo berinteraksi dengan para pemimpin negara baik dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Roma, Italia; Konferensi Para Pihak (COP 26) di Glasgow, Skotlandia; dan dalam kunjungan kenegaraannya ke Uni Emirat Arab. Dalam beberapa foto, tampak Presiden Joko Widodo tidak mengenakan masker. Di Eropa, masker memang sudah tidak sedemikian rigid diterapkan.
Selain itu, kata Bey Machmudin, Presiden Jokowi setiap hari menjalani tes usap. Demikian pula lawan bicaranya, para pemimpin dunia tersebut, menjalani hal serupa. Lagi pula, tambah Bey, masker umumnya tidak digunakan untuk kepentingan berfoto. ”Presiden Jokowi salah satu pemimpin yang paling disiplin menggunakan masker sebenarnya,” kata Bey.
Kewaspadaan dari potensi penularan Covid-19 merupakan keniscayaan di masa pandemi. Hal ini relevan menimbang faktanya pandemi Covid-19 belumlah usai. Tak pelak, potensi penularan mesti dicegah dengan mematuhi protokol kesehatan dengan ketat, tanpa kompromi.