Di masa pandemi ini, Presiden Jokowi memulai kunjungan luar negerinya yang pertama dengan mengunjungi Italia, Skotlandia, dan Uni Emirat Arab. Kunjungan ini antara lain menghadiri KTT G-20.
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo memulai rangkaian kunjungan luar negerinya yang pertama di masa pandemi. Presiden mengunjungi Roma (Italia), Glasgow (Skotlandia), dan Dubai (Uni Emirat Arab).
Presiden Jokowi dan rombongan terbatas bertolak menuju Roma, Italia, dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia (GIA-1), Jumat (29/10/2021) pukul 09.15 WIB. Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Banten Wahidin Halim melepas keberangkatan Presiden di bandara.
Dalam penerbangan ini, Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.
Di pertemuan KTT G-20, Indonesia juga akan berbicara mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah serta peran perempuan.
Penerbangan menuju Roma diperkirakan memakan waktu 13 jam. Presiden akan tiba di Bandara Fiumicino, Roma, pada pukul 17.25 waktu setempat dan langsung menuju hotel tempatnya bermalam selama di Roma.
Di Roma, Presiden Jokowi akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 pada 30-31 Oktober. Di Glasgow, Skotlandia, KTT Pemimpin Dunia COP 26 terkait perubahan iklim pada 1-2 November akan menjadi tujuan kunjungan Presiden Jokowi. Adapun di Dubai, Uni Emirat Arab, Presiden akan melakukan kunjungan bilateral pertama di masa pandemi.
Dalam keterangannya sebelum lepas landas, Presiden Jokowi mengatakan, di pertemuan KTT G-20, pihaknya akan berbicara mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta peran perempuan. Undangan untuk membahas hal ini disebutnya sebagai pengakuan dunia atas kebijakan Indonesia yang berpihak pada UMKM serta perempuan dalam bisnis UMKM.
Di akhir KTT G-20, Indonesia juga akan menerima keketuaan presidensi G-20 dari Italia. Periode kepemimpinan Indonesia dalam G-20 akan dimulai pada 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022.
”Kegiatan G-20 di bawah kepemimpinan Indonesia sudah akan dimulai Desember ini. Ini sebuah kehormatan bagi kita, bagi Indonesia, dan tanggung jawab besar yang harus kita laksanakan dengan baik,” tutur Presiden Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Lp Marsudi menjelaskan mengenai spirit utama kepemimpinan Indonesia di G-20. Upaya pulih bersama membuat tema yang dipilih adalah ”Recover Together, Recover Stronger”.
Menlu Retno dalam keterangan pada konferensi pers tentang presidensi Indonesia di G-20 tahun 2022, Selasa (14/9/2021), menjelaskan, semangat ini dilatarbelakangi situasi dunia saat ini. Situasi dunia pada tahun 2022 diperkirakan belum akan sepenuhnya keluar dari pandemi Covid-19 di aspek kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan harapan di akhir tahun 2021 negara-negara di dunia dapat melakukan vaksinasi 40 persen dari populasinya dan 70 persen pada pertengahan 2022.
Sementara dari aspek ekonomi, merujuk data Dana Moneter Internasional (IMF), pada tahun 2020 ekonomi dunia turun hingga minus 3,2 persen. ”Dan, tahun ini terdapat tren positif pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 6 persen dan tren ini diharapkan akan berlanjut pada tahun 2022,” kata Retno.
Dunia juga memperkirakan masih terdapat kerentanan dan kekhawatiran bahwa pertumbuhan belum akan merata. Dari sisi geopolitik diperkirakan rivalitas di antara kekuatan besar masih akan berlanjut. Defisit kepercayaan masih menonjol.
”Dengan latar belakang situasi dunia seperti saya sampaikan secara singkat tadi, maka selama keketuaan Indonesia spirit utamanya adalah pulih bersama. Untuk pulih bersama diperlukan spirit solidaritas, kerja sama, kolaborasi, kemitraan, dan inklusivitas,” ujar Retno.
Indonesia akan memberikan perhatian besar kepada negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan termasuk negara-negara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia.
Terkait hal tersebut, inklusivitas akan menjadi salah satu kata kunci dalam presidensi G-20 Indonesia. Indonesia tidak hanya akan memperhatikan kepentingan anggota G-20, tetapi juga kepentingan negara berkembang dan kelompok rentan. Hal ini merupakan DNA politik luar negeri Indonesia.
”Jika kita melihat beberapa tahun ke belakang, saat kita menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial PBB), (dan) saat ini menjadi salah satu Co-Chair Covax Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group, Indonesia secara konsisten menjadi bagian dari solusi. (Indonesia) Menjembatani perbedaan dan selalu menyuarakan kepentingan negara berkembang,” kata Retno.
Indonesia akan melanjutkan peran ini saat memegang presidensi G-20. Indonesia akan memberikan perhatian besar kepada negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan termasuk negara-negara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia. Indonesia juga akan merangkul keterlibatan berbagai kalangan, perempuan, pemuda, akademisi, dunia usaha, dan parlemen.
Selain isu kesehatan dan pandemi serta pembangunan berkelanjutan, perhatian besar akan diberikan kepada UMKM dan ekonomi digital yang sukses menjadi penggerak ekonomi di masa pandemi. ”Kita juga ingin mendorong pengakuan atas peran penting dan pemberdayaan tenaga kerja difabilitas dalam dunia kerja,” kata Retno.
Ada juga forum bisnis dan kemitraan di sektor infrastruktur berkelanjutan dan investasi kesehatan. Hal ini dinilai akan memperkuat sektor-sektor tersebut untuk mencapai pemulihan, pertumbuhan, dan ketahanan bersama.