Sabam Sirait, ”Pendekar” Tangguh sampai Titik Akhir
Kepergian Sabam Sirait meninggalkan warisan berharga bagi politisi saat ini, yakni berpolitik suci dan beradab. Politik harus digunakan untuk kepentingan negara dan keadilan bagi masyarakat.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
Sabam Sirait mengajarkan berpolitik yang suci dan beradab. Kemerdekaan dan keadilan bagi masyarakat harus diutamakan meski menanggung nyawa. Prinsip itu senantiasa dipegang teguh oleh Sabam sampai pengujung usianya.
Pada 1993, masa Orde Baru, sosok Sabam menghangatkan Sidang Umum MPR. Bagaimana tidak, ia berani menginterupsi jalannya sidang, hal yang tabu di zaman itu. Saat itu Sabam, yang mewakili Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), mengusulkan, antara lain, agar asas pemilu ditambah rumusan baru ”jurdil” (jujur dan adil) untuk melengkapi asas ”luber” (langsung, umum, bebas, dan rahasia).
Pada 1993, masa Orde Baru, sosok Sabam menghangatkan Sidang Umum MPR. Bagaimana tidak, ia berani menginterupsi jalannya sidang, hal yang tabu di zaman itu.
Momen tersebut dikenang kembali oleh menantu Sabam, Putra Nababan, saat persemayaman Sabam di Kompleks Senayan, Jakarta, Minggu (3/10/2021). Ia ingat karena peristiwa itu, Sabam mulai dijuluki ”Mister Interupsi”.
”Tahun 1993, (Pak Sabam) melakukan interupsi di Sidang MPRyang seharusnya adalah sesuatu yang tabu dan bisa mengancam keselamatan nyawa. Tetapi, kebenaran itu dinyatakan Pak Sabam dalam melakukan interupsi yang menginspirasi kita semua sebagai wakil rakyat,” ujar Putra Nababan yang merupakan anggota DPR.
Di usia 83 tahun, Sabam berpulang pada Rabu (29/9/2021) pukul 22.37 karena penyakit paru-paru. Sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, jenazah disemayamkan di rumah duka Bintaro dan Gedung Nusantara, Kompleks Senayan. Pria yang dikenal ”Opung Marsahala Doli” itu meninggalkan Ny Sondang Sidabutar, empat anak, beserta cucu-cucunya.
Sejak mahasiswa hingga terjun di dunia politik pada tahun 1960-an, Sabam terkenal sering memperjuangkan hal-hal yang prinsip. Jika melihat sesuatu hal yang tidak benar, politisi senior PDI-P yang sejak 2018 menjabat anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI Jakarta itu pasti bersuara. Hingga menjelang usia 82 tahun saat diwawancarai Kompas, prinsip itu tak kendur.
”Saya selalu semangat jika memperjuangkan aspirasi rakyat. That’s my life. Menjadi wakil rakyat itu memang harus bisa mewakili suara rakyat. Itu tugas kami mengembalikan politik menjadi suci. Tidak mudah, tetapi harus diperjuangkan,” ucap Sabam dengan suara terbata-bata seusai mengikuti sidang pada pertengahan Maret 2019.
Berpolitik yang beradab
Seusai pemakaman Sabam, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus perwakilan dari pemerintah, Luhut Binsar Pandjaitan, menuturkan, negara telah kehilangan seorang patriot yang mengabdikan dirinya untuk demokrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sabam, lanjutnya, telah memperlihatkan kesetiaan dan loyalitas yang besar kepada negara hingga titik akhir hidupnya.
”Kepada anak-anak (Sabam), bisa teruskan legacy dari ayahmu, seorang pendekar demokrasi, seorang pejuang yang tidak pernah hentinya untuk menegakkan, mempertahankan derajat dari NKRI ini,” ujar Luhut.
Ketua MPR Bambang Soesatyo mengatakan, telah belajar banyak hal dari Sabam soal berpolitik. Menurut dia, tidak banyak politisi yang memiliki kemampuan dan keteguhan hati seperti Sabam.
”Pak Sabam telah mengajarkan kepada kami bagaimana berpolitik yang beradab, berpolitik yang memiliki hati nurani, berpolitik yang konsisten, tidak mencla-mencle, dan tidak perlu memiliki rasa takut. Benar adalah benar, salah adalah salah. Itu adalah sikap yang kami teladani,” kata Bambang.
Pak Sabam telah mengajarkan kepada kami bagaimana berpolitik yang beradab, berpolitik yang memiliki hati nurani, berpolitik yang konsisten, tidak mencla-mencle dan tidak perlu memiliki rasa takut. (Bambang Soesatyo)
Soal ajaran integritas dan konsistensi dalam berpolitik itu juga diamini oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly. Ia pun teringat Sabam selalu berujar bahwa politik itu suci. Yang tidak suci adalah orang-orang yang berpolitik.
”Bagi Bang Sabam, politik harus digunakan untuk kepentingan negara dan itu melekat,” ucapnya.