TNI Janji Profesional Atasi Penyerangan Pos Koramil di Maybrat
Empat anggota TNI gugur dalam insiden penyerangan Pos Koramil Kisor di Kabupaten Maybrat, Papua Barat. TNI diharapkan menyerahkan pengusutan kasus tersebut kepada Polri.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jajaran Komando Daerah Militer atau Kodam XVIII/ Kasuari berkomitmen untuk menyelesaikan kasus penyerbuan Pos Koramil Kisor di Kabupaten Maybrat, Papua Barat, dengan profesional. Selain mengedepankan penegakan hukum, Pangdam Kasuari berjanji tidak akan menggunakan kekerasaan.
Kepala Penerangan Kodam XVIII/Kasuari Letnan Kolonel Arm Hendra Pesireron, Senin (6/9/2021), mengatakan, komitmen penyelesaian kasus penyerangan Pos Koramil Kisor secara profesional ini telah disampaikan Pangdam Mayjen Nyoman Cantiasa kepada seluruh prajurit di Kodam Kasuari. Masyarakat diminta untuk mengawal langkah-langkah yang dilakukan TNI.
”Kami ingin masyarakat mengawasi,” katanya.
Sekitar 50 anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyerang Posramil Kisor di Kampung Kisor, Distrik Aifat, Papua Barat, Kamis (2/9/2021) sekitar pukul 03.00 waktu Indonesia timur. Empat anggota TNI gugur dalam insiden itu. Mereka adalah Lettu Dirham, Serda Ambrosius Apri Yudiman, Praka Muhammad Dirhamsyah, dan Praka Suka Ansyari Anwar.
Kodam XVIII/Kasuari berjanji tidak akan menggunakan cara-cara kekerasan dalam upaya pencarian para pelaku penyerangan. Pengusutan kasus penyerangan dilakukan oleh Polri selaku penegak hukum. Saat ini, daftar nama pelaku penyerangan juga sudah ada di tangan polisi.
”Kalaupun kami mencari, setelah itu langsung diserahkan kepada Polri,” tandas Hendra.
Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pengkajian, dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari Jan Christian Warinussy menyambut baik sikap Kodam XVIII/Kasuari. Ia mengatakan, sebagai orang yang berkutat di bidang hak asasi manusia, ia mengutuk keras penyerbuan itu. Namun, ia mengharapkan agar TNI menangani kasus ini dengan profesional. ”Profesionalisme TNI, itu yang kita harapkan,” kata Jan.
Jan mengatakan, masyarakat punya harapan yang tinggi terhadap Kodam Kasuari. Pasalnya, dibandingkan dengan Kodam Cenderawasih yang kerap menghadapi konflik dan kekerasan, di Papua Barat baru sekali ini ada insiden kekerasan. Merujuk hal tersebut, besar harapan masyarakat, Kodam Kasuari bisa menyelesaikan masalah ini dengan profesional.
Daripada tentara dan polisi masuk hutan untuk mengejar, lebih baik membujuk lewat pemuka agama karena di sini orang-orang menurut pada pastor dan pendeta.
Persahabatan
Sementara itu, Hendra juga menegaskan bahwa penyerang Posramil Kisor bukan orang Papua, melainkan teroris bersenjata. Ia juga menegaskan, selama ini hubungan antara masyarakat di Papua Barat dan aparat Kodam relatif baik.
Hubungan baik itulah yang ditengarai bisa memicu iri hati kelompok separatis. Para prajurit TNI tengah berupaya untuk meningkatkan kesiagaan agar bisa semakin melindungi masyarakat.
Hendra mengakui, banyak masyarakat yang mengungsi setelah insiden itu karena takut. Kodam telah berupaya mengimbau masyarakat untuk tidak panik. ”Kami mencintai orang Papua yang selama ini kami kenal penuh dengan kasih dan persahabatan,” kata Hendra.
Jan mengatakan, saat ini prioritas utama adalah mengembalikan masyarakat yang sudah mengungsi ke hutan. Pemerintah daerah, yaitu Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, telah mengimbau masyarakat untuk kembali.
Hal yang juga penting, menurut Jan, adalah TNI harus membuktikan profesionalisme dengan menyerahkan pengusutan insiden tersebut kepada penegak hukum. Selain itu, Pangdam juga disarankan mendekati para pemuka agama, terutama pemimpin Gereja Katolik dan Protestan. Tidak saja ia bisa menyakinkan masyarakat akan keamanan lewat uskup dan pendeta, tetapi juga bisa membujuk agar para pelaku menyerahkan diri.
”Daripada tentara dan polisi masuk hutan untuk mengejar, lebih baik membujuk lewat pemuka agama, karena di sini orang-orang menurut pada pastor dan pendeta,” kata Jan.