Mahasiswa dituntut memiliki kemampuan bersaing pada tingkat global tanpa meninggalkan jati diri dan identitas bangsa. Nasionalisme tetap harus dijaga dengan menjunjung tinggi moralitas dan menghargai keberagaman.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan bahwa sumber daya manusia yang unggul memiliki kriteria sehat, cerdas, mempunyai produktivitas tinggi, menghasilkan manfaat dan maslahat, memiliki semangat berkompetisi, cinta Tanah Air, dan berakhlak mulia. Kriteria sumber daya manusia unggul tersebut harus menjadi tagline nasionalisme para milenial yang akan membawa tongkat estafet kemajuan bangsa Indonesia.
Para mahasiswa baru semestinya dapat mewujudkan semangat nasionalisme tersebut sehingga memiliki keunggulan kompetitif secara global, tetapi tetap berpijak pada jati diri dan kearifan lokal. ”Anda semua dituntut punya kemampuan bersaing pada tingkat global, tetapi hati, jati diri Anda tetap harus melekat sesuai dengan identitas dan akhlak insan Nusantara,” kata Wapres saat memberi sambutan pada Rapat Terbuka Senat Universitas Islam Malang dalam Rangka Orientasi Studi dan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (Oshika Maba) Tahun Akademik 2021/2022 yang digelar secara hibrida, Senin (6/9/2021).
Menurut Wapres, para mahasiswa baru juga harus memahami arti penting nasionalisme karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan terdiri atas berbagai suku, agama, dan ras. Oleh karena itu, para pendiri negara ini bersepakat untuk mendirikan sebuah negara yang mengakomodasi dan menjamin kemajemukan tersebut.
”Itulah sebabnya bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Saya harapkan mahasiswa baru tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diperoleh untuk menikmati pendidikan tinggi sebagai karunia Allah,” kata Wapres Amin.
Dunia tidak akan menjadi lebih baik hanya karena banyak orang cerdas, tetapi lebih karena terjaganya moralitas dan kohesi sosial yang baik.
Rasa syukur atas karunia tersebut diwujudkan dengan belajar dan bekerja keras sehingga dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktu dengan hasil memuaskan. ”Namun, agar diingat pula bahwa sebagai intelektual, kita harus senantiasa menjunjung tinggi moralitas dan menghargai keragaman sosial. Dunia tidak akan menjadi lebih baik hanya karena banyak orang cerdas, tetapi lebih karena terjaganya moralitas dan kohesi sosial yang baik,” kata Wapres.
Pada acara itu disampaikan pula penguatan ideologi bangsa dan nasionalisme untuk pemerintah bersih oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD. Menurut dia, kemerdekaan Indonesia dibangun di atas nasionalisme dan ideologi. Keduanya menjadi pilar yang sangat kuat dalam membangun kemerdekaan Indonesia.
”Nasionalisme adalah satu sikap untuk bersatu dalam keberbedaan, bersatu dalam ikatan kebangsaan, karena mempunyai cita-cita dan tujuan yang sama sehingga kita ingin selalu membela dan menjaga Indonesia sebagai negara dan bangsa,” kata Mahfud.
Mahfud menuturkan, perbedaan itu diikat sebuah ideologi yang merupakan kesepakatan tentang cara hidup bernegara dan berbangsa, yakni Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila melahirkan aturan-aturan yang mengikat seperti undang-undang dasar, undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan daerah, dan peraturan kepala desa.
Elemen ideologi
Pancasila juga berfungsi sebagai pemersatu. ”Ringkasnya, ideologi itu mempunyai beberapa elemen pokok. Cukup banyak kalau diurai, tapi saya akan menyebut empat saja elemen ideologi itu. Pertama, dia berelemenkan kebersatuan di dalam keberbedaan. Artinya, ada kesadaran bahwa sejak awal kita membangun bangsa ini dari ikatan primodial; agama, ras, suku, bahasa daerah, yang berbeda-beda, tetapi bersatu,” ujar Mahfud.
Elemen kedua ideologi adalah toleran terhadap keyakinan atau agama orang lain. ”Kita harus meyakini bahwa agama kita adalah agama yang benar. Tetapi, karena kita yakin bahwa agama kita adalah agama yang benar, kita harus yakin juga atas perintah Allah bahwa kita harus hidup bersama, tidak boleh membenci orang yang beda agama, karena perbedaan itu adalah ciptaan Allah,” ujarnya.
Kita tidak usah saling membenci, tetapi (mari) berlomba-lomba untuk berbuat baik dan bekerja sama di dalam keberbedaan itu demi nasionalisme kita atau berdasarkan ideologi kita.
Allah sengaja menciptakan perbedaan untuk menguji manusia apakah dapat berlomba-lomba dalam kebaikan di antara perbedaan tersebut. ”Oleh sebab itu, kita tidak usah saling membenci, tetapi berlomba-lomba untuk berbuat baik dan bekerja sama di dalam keberbedaan itu demi nasionalisme kita atau berdasarkan ideologi kita,” kata Mahfud.
Elemen ketiga ideologi adalah demokrasi, yakni prinsip, sistem, dan mekanisme yang mengatur semua aspirasi yang berbeda. Adapun elemen keempat ideologi adalah nomokrasi atau tegaknya hukum. ”(Hal ini) karena demokrasi itu belum tentu benar kalau tidak dikawal oleh hukum. Oleh sebab itu, kalau ada demokrasi, harus ada nomokrasi,” ujarnya.
Ketika itu sudah disadari sebagai prinsip, menurut Mahfud, nanti secara operasional harus didukung oleh pemerintahan yang bersih. Pemerintahan bersih adalah pemerintahan yang jujur, bertakwa, taat hukum, disiplin, tegas, profesional, dan sebagainya.
”Demikian, Saudara sekalian. Jagalah negara Indonesia ini karena di Indonesia ini Anda akan dijamin hak asasinya, hak beragama dengan bebas dan tenang, kemudian hak bekerja, hak hidup, hak bertempat tinggal, hak untuk merasa aman, dan sebagainya,” ujar Mahfud.
Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Maskuri dalam pidatonya menuturkan bahwa ada tiga julukan Unisma. Pertama, ”Kampus Hijau”, kampusnya Nahdlatul Ulama (NU). Kedua, ”Kampus Islam” karena Unisma mendidik mahasiswa dengan integrasi ilmu dan agama serta berdasarkan sendi-sendi Islam rahmatan lil ’alamin.
Ketiga, ”Kampus Unggul” sebab Unisma termasuk dalam kategori kampus unggul nasional berada di peringkat 44 dari 4.670 perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) se-Indonesia, urutan 14 se-Indonesia dari sekitar 4.470 PTS, PTNU terbaik di Indonesia, 3 PTS terbaik di Jawa Timur, serta PTS terbaik di Malang Raya versi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI (2020).
”Termasuk julukan keempat yang sedang kita kuatkan, (yakni) sebagai kampus multikultur. (Hal ini) karena mahasiswa terdiri dari 34 negara dan 34 provinsi di Indonesia, beragam suku, beragam agama, beragam etnis, dan sekaligus adat istiadat,” kata Maskuri.