Peringatan hari kemerdekaan menjadi momentum tepat untuk membangun optimisme bersama di tengah beratnya tantangan bangsa. Indonesia punya modal kekuatan sosial untuk terus tumbuh di masa mendatang.
Oleh
Eren Marsyukrilla/Litbang Kompas
·5 menit baca
Hari ulang tahun ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia kembali diperingati di tengah pandemi Covid-19. Sekalipun terasa berat, momentum ini justru bisa menjadi penguat dan penyadaran bersama sebagai bangsa yang pantang menyerah.
Tema peringatan kemerdekaan tahun ini ialah ”Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”. Memang bukan perkara mudah untuk menggaungkan sikap tangguh dan tak menyerah itu di tengah pandemi yang satu setengah tahun ini telah mengganggu kemampuan sosial ekonomi bangsa. Meskipun demikian, harapan yang besar untuk dapat keluar dari belenggu pandemi tampak tetap hidup di tengah masyarakat.
Hasil jajak pendapat Kompas merangkum pandangan positif publik terhadap penyelesaian berbagai persoalan saat ini. Sebanyak 64,7 persen responden yakin bahwa krisis multidimensi akibat Covid-19 pada akhirnya akan dapat diatasi pemerintah. Keyakinan itu tak lepas dari berbagai upaya yang telah ditempuh pemerintah dan seluruh komponen masyarakat dalam penanggulangan pandemi. Penanganan dampak pandemi telah dilakukan tidak hanya bertumpu pada aspek kesehatan, tetapi juga penyelamatan ekonomi nasional dan daya beli masyarakat bawah.
Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus berkelanjutan, misalnya, merupakan upaya penyelamatan kesehatan sekaligus perekonomian masyarakat. Sejauh ini, dengan berbagai pertimbangan matang, relaksasi pembatasan kegiatan perlahan diterapkan oleh pemerintah agar roda perekonomian kembali pulih seiring dengan pengendalian penularan Covid-19.
Semua langkah perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Modal keyakinan dan dukungan itu akan menjadi kekuatan besar bagi bangsa ini untuk terus optimis dan bergotong royong menghadapi kesulitan di masa pandemi.
Optimisme terjaga
Jajak pendapat juga menangkap masih cukup besar optimisme publik di masa sulit saat ini. Dalam hal penanganan Covid-19, sebanyak 74,2 persen responden memiliki rasa optimistis bahwa hal itu dapat tertanggulangi dengan baik.
Begitu pula di aspek kesejahteraan sosial, sekitar enam dari 10 responden masih memiliki harapan positif akan pembenahan yang lebih baik di waktu mendatang. Meskipun terdapat sepertiga responden lain yang bernada pesimistis terhadap upaya perbaikan kesejahteraan sosial.
Sikap pesimistis yang ditunjukkan responden itu sebetulnya tak dapat dilepaskan dari bingkai kinerja sosial pemerintah yang masih tercederai dengan skandal korupsi dan ketidaktransparanan. Belum lagi di berbagai program subsidi, seperti jaring pengaman sosial yang digaungkan selama pandemi, terus terbentur pada persoalan klasik, seperti pendataan dan verifikasi yang berakhir pada belum akuratnya sasaran bantuan.
Sikap optimisme masyarakat yang sedikit berbeda terekam dalam menyikapi persoalan terkait perekonomian. Dalam hal ini, pandangan responden terbelah, sekitar 52 persen beranggapan penanganan perekonomian dapat teratasi dengan baik sehingga cukup optimistis akan hal tersebut dapat lebih baik. Sementara 44 persen responden lainnya justru menyatakan sebaliknya.
Meski demikian, setelah lebih dari 17 bulan terpuruk, kondisi ekonomi Indonesia perlahan kembali membaik. Dalam rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), apabila dibandingkan dengan periode yang sama (YoY) tahun sebelumnya, pada kuartal II-2021 ini ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen.
Secara kumulatif, produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal II-2021 mencapai Rp 4.175,8 triliun dan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 2.772,8 triliun.
Kenaikan drastis pertumbuhan secara tahunan tersebut setidaknya secara teori telah berhasil mengeluarkan Indonesia dari resesi, meskipun banyak ekonom menilai bahwa pertumbuhan tersebut bersifat semu karena perekonomian masyarakat belum sepenuhnya pulih.
Kekuatan SDM
Terlepas dari polemiknya, segala hasil positif yang telah dicapai tersebut patut disyukuri dan menjadi jawaban atas keresahan pada kondisi yang tak menentu. Dengan demikian, kesadaran publik terus tumbuh dan memahami pandemi merupakan tantangan yang harus dikelola dan dihadapi dengan kerja keras bersama.
Sebagai bangsa yang menjunjung nilai persatuan dan semangat gotong royong, gerakan bersama yang muncul dari kemandirian komunal bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan. Masa-masa pandemi yang sulit justru kian menjadikan bangsa ini solid dan bisa saling berperan nyata menuju jalan keluar.
Budaya manusia Indonesia inilah yang menjadikan bangsa tetap kokoh berdiri hingga sekarang meskipun telah dibelenggu banyak persoalan kompleks atau kerap disebut krisis multidimensi. Dari berbagai latar belakang itu, benar adanya bahwa kekuatan terbesar bangsa ini sebetulnya berada pada gugus sosial yang bertumpu pada sumber daya manusia (SDM).
Lebih dari separuh (53,8 persen) responden jajak pendapat pun mengamini bahwa sumber daya manusia Indonesia merupakan modal terbesar untuk dapat bangkit dan menjadi semakin hebat di masa mendatang. Pandangan tersebut bahkan jauh mengalahkan modal sumber daya alam (20,5 persen), yang sejauh ini diketahui merupakan kekayaan bumi Indonesia.
Di sisi lain, menempatkan SDM Indonesia sebagai bekal paling berharga yang dimiliki oleh bangsa berpenduduk lebih dari 270 juta memang sudah sewajarnya. Selain budaya persatuan, solidaritas, dan nilai-nilai sosial lainnya yang tertanam kuat pada tatanan kehidupan masyarakat bangsa ini, banyak potensi intelektual yang dimiliki Indonesia untuk bersaing di kancah global.
Paling terbaru dan menjadi sorotan publik adalah adanya dua ilmuwan muda Indra Rudiansyah dan Carina Citra Dewi Joe yang turut berkontribusi dalam pengembangan vaksin AstraZeneca di Inggris. Hal tersebut bukan hanya suatu kebanggaan, melainkan juga pemantik semangat optimisme bangsa untuk tumbuh dan bangkit saat ini.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sebagai modal terbesar bangsa melalui pendidikan merupakan hal penting. Responden jajak pendapat pun sepakat hal itu dan menilai pendidikan sebagai aspek utama yang menentukan kualitas SDM bangsa. Hasil dari perjuangan memelihara dan meningkatkan kualitas SDM itulah yang akan membawa Indonesia menjadi tetap tangguh sekaligus tumbuh menjadi bangsa maju di masa mendatang.(LITBANG KOMPAS)