Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan masalah kemanusiaan yang berat. Karena itu, Covid-umat diharapkan menghadirkan solusi dan bukan kontroversi.
Oleh
Iqbal Basyari
·3 menit baca
Di tengah-tengah kehidupan bangsa yang tengah sengkarut dan berjuang akibat pandemi Covid-19, semua komponen bangsa diharapkan menghadirkan kesejukan dan bukan kesumpekan hidup dan kehidupan. Kebersamaan menjaga suasana dan kondisi bangsa yang aman dan nyaman tanpa riak-riak sosial, apalagi jelang 76 tahun kemerdekaan RI, menjadi momen yang ditunggu bangsa Indonesia. Solusi yang kini diharapkan dan jangan kontroversi yang menambah beban.
Saat Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk ”Spirit Hijrah Mewujudkan Cita-cita Kemerdekaan Indonesia”, Jumat (13/8/2021), Muhammadiyah mengajak umat Muslim untuk memaknai semangat hijrah dan kemerdekaan dengan menjadi teladan yang baik dalam masa pandemi Covid-19. Umat diharapkan menghadirkan solusi dan bukan kontroversi yang tidak menambah beban.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan masalah kemanusiaan yang berat. Kaum Muslimin dengan semangat hijrah dan kemerdekaan perlu menjadi teladan dalam upaya mengatasi pandemi yang terjadi saat ini.
”Kalau kita tidak bisa memberi solusi, jangan menjadi beban dan justru menambah kontroversi,” tuturnya dalam pengajian, yang juga dihadiri mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komarudin Hidayat, serta pengajar sejarah pada Universitas Diponegoro, Chusnul Hayati.
Kalau kita tidak bisa memberi solusi, jangan menjadi beban dan justru menambah kontroversi. (Haedar Nashir)
Haedar menuturkan, Muhammadiyah selalu berupaya menghadirkan solusi dalam menghadapi permasalahan bangsa. Bahkan, Muhammadiyah merupakan salah satu pelopor yang berjasa dalam menggerakkan kebangkitan nasional melalui semangat jihad dalam makna luas. Perjuangan itu pun telah dilakukan sejak era sebelum kemerdekaan dengan melawan kolonial.
”Artinya bahwa sejak perjuangan kemerdekaan bahkan pasca-kemerdekaan kaum Muslimin itu berada di satu napas yang sama antara perjuangan keislaman dan kebangsaan sehingga tidak ada kontradiksi antara keduanya,” kata Haedar.
Satu tarikan napas antara semangat hijrah, iman dan jihad dalam konteks keislaman dan keindonesiaan ini, menurut Haedar, wajib terus dijaga dan direkonstruksi terus-menerus. Tugas umat saat ini adalah merajut kembali jiwa atau napas yang fundamental ini untuk diaktualisasikan dalam kehidupan kekinian.
Dalam konteks kebangsaan, Haedar berharap ada transformasi memaknai jihad dan kemerdekaan. Di situasi pandemi saat ini, transformasi bisa diwujudkan dengan menghadirkan moderasi Islam berkemajuan. Umat Muslim harus menjadi pelopor dalam memecahkan masalah.
Bersatu agar bisa keluar dari krisis
Pandemi ini merupakan masalah yang berat. Oleh sebab itu, seluruh umat dengan latar belakang dan karakter yang berbeda harus bersatu pada tujuan bersama, yakni agar bisa keluar dari pandemi. (Ahmad Syafii Maarif)
Sementara, Buya Syafii mengingatkan, pandemi ini merupakan masalah yang berat. Oleh sebab itu, seluruh umat dengan latar belakang dan karakter yang berbeda harus bersatu pada tujuan bersama, yakni agar bisa keluar dari pandemi.
Chusnul menuturkan, perempuan juga harus berjuang bersama laki-laki. Kerja sama yang harmonis keduanya bisa membawa kemajuan, seperti yang pernah dilakukan oleh para pahlawan di masa kolonial.
Komarudin mengajak umat untuk hijrah dari kesempitan menuju keluasan. Umat Muslim harus menghargai kearifan yang ada di masyarakat. Islam pun telah mendorong umat untuk menunjukkan etos kerja yang dinamis.