Pelajar Pun Bertanya kepada Presiden Kaitan PPKM Darurat dengan Lonjakan Kasus Covid-19
Meski sudah berjalan lebih dari satu pekan, PPKM darurat masih juga menimbulkan tanya. Seorang pelajar memanfaatkan kesempatan dialog virtual dengan Presiden Jokowi untuk menanyakan tujuan PPKM darurat.
Oleh
Nina Susilo
·5 menit baca
Vaksinasi untuk anak-anak berusia 12-17 tahun mulai dilakukan sejak pekan lalu. Di tengah kesibukannya pada Rabu (14/7/2021), Presiden Joko Widodo menyempatkan diri memantau langsung jalannya pemberian vaksin Covid-19 untuk para pelajar di daerah-daerah di Tanah Air.
Kali ini, vaksin diberikan bagi pelajar di 15 kabupaten/kota yang tersebar di 14 provinsi. Vaksinasi massal dilakukan di 32 lokasi yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Vaksinasi serentak ini diharapkan bisa menjangkau 15.000 pelajar SMP dan 15.000 pelajar SMA. Selain itu, dilakukan juga vaksinasi dari rumah ke rumah untuk menyasar 20.000 warga yang terhalang akses dan jarak, seperti di Kampung Gongseng, Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasarebo, Jakarta Timur.
Saya jadi bisa mengeksplor macam-macam cara belajar. Kalau tatap muka, seringnya dikasih tugas lalu tulis tangan. Kalau online, bisa macam-macam bentuknya. (Vania dan Aksa, peserta vaksinasi di SMP Negeri 103 Jakarta)
Presiden Jokowi memantau pelaksanaan vaksinasi secara virtual. Seperti biasa, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyempatkan berdialog dengan sejumlah siswa peserta vaksinasi. Para pelajar pun tak sungkan membalas sapaan Presiden.
Vania dan Aksa yang mengikuti vaksinasi di SMP Negeri 103 Jakarta, misalnya, menyampaikan kesukaannya dengan model pembelajaran daring selama pandemi Covid-19. ”Saya jadi bisa mengeksplor macam-macam cara belajar. Kalau tatap muka, seringnya dikasi tugas lalu tulis tangan. Kalau online, bisa macam-macam bentuknya,” kata mereka.
Sementara itu, Jasmin Iriani dari SMAN 1 Sentani, Papua, mengatakan, lebih menyukai model belajar tatap muka. ”Siap Bapak, senang tatap muka karena bisa ketemu teman-teman dan guru-guru,” ujarnya saat berdialog dengan Presiden Jokowi.
Ayu Lestari dari SMAN 1 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, juga menanyakan kemungkinan untuk segera kembali belajar di sekolah setelah vaksinasi. ”Kami sangat rindu belajar di sekolah karena lebih nangkap. Kalau online, kerja kelompok, presentasi (bisa terjadi) gangguan jaringan. Ketika guru menjelaskan tiba-tiba putus-putus, jadi tidak nangkap (pelajaran),” tutur Ayu yang akan divaksin Rabu sore.
Presiden Jokowi pun menjelaskan, pemerintah memang awalnya merencanakan untuk menerapkan pembelajaran tatap muka pada Juli ini. Namun, karena penyebaran virus meningkat, rencana itu ditunda.
”Memang saya mendengar anak-anak sudah pengin kembali sekolah, tatap muka, pengin ketemu teman-teman, pengin belajar kelompok, pengin ketemu guru-gurunya, tapi kita semua harus hati-hati karena penyebaran Covid-19 masih terjadi, tidak hanya di negara kita, tapi juga di negara lain di seluruh dunia, sehingga kita ngerem dulu untuk belajar tatap muka,” tutur Presiden.
Ketika pandemi Covid-19 mereda, pembelajaran tatap muka pasti akan kembali dibuka di seluruh Tanah Air. Presiden Jokowi pun berpesan supaya semua siswa tetap tekun belajar.
Ketika pembelajaran tatap muka dibuka, Presiden juga meminta siswa untuk tetap berhati-hati dan mengenakan masker, menjaga jarak ketika berinteraksi dengan teman-teman, serta tidak berkerumun.
Vaksin guru
Dalam pesannya, Presiden juga meminta supaya semua guru serta petugas sekolah dipastikan sudah divaksinasi. ”Tolong dicek agar guru, petugas-petugas sekolah jangan sampai ada yang terlewat divaksinasi. Kita ingin mendorong vaksinasi ini bisa dipercepat sehingga bisa tercapai kekebalan komunal dan kita bisa terhindar dari Covid-19,” katanya.
Sudarto, Kepala SMPN 103 Jakarta, menceritakan, sejauh ini semua guru sudah divaksin kecuali beberapa orang yang mempunyai komorbid, terutama diabetes. Vaksinasi akan dilakukan setelah kadar gula darahnya turun.
Apa pengaruh penerapan PPKM dengan kenaikan kasus Covid-19 saat ini, Pak? (Kristandi Yanita Zega, siswa SMA Negeri 39 Jakarta)
Tak hanya mengenai pembukaan kembali pembelajaran tatap muka, pelajar juga menanyakan manfaat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). ”Apa pengaruh penerapan PPKM dengan kenaikan kasus Covid-19 saat ini, Pak?” kata Kristanti Yanita Zega dari SMA Negeri 39 Jakarta.
Presiden menjelaskan, PPKM adalah pembatasan kegiatan masyarakat agar tidak banyak terjadi interaksi atau pertemuan antarorang. Sebab, ketika dalam interaksi terdapat satu orang saja yang tanpa disadari sudah terinfeksi virus SARS-CoV-2, Covid-19 segera menyebar ke mana-mana.
”Teorinya kalau mobilitas turun, interaksi antarorang turun, penyebarannya juga dipastikan turun sehingga semua negara ada yang melakukan lockdown, ada yang melakukan pembatasan ketat, ada yang melakukan PPKM mikro. Caranya macam-macam. Tapi intinya semua mengurangi mobilitas, mengurangi interaksi antarorang,” tutur Presiden.
Pertanyaan ini menjadi relevan karena PPKM darurat sudah dilakukan sejak 3 Juli 2021, tetapi tanda-tanda penurunan laju penularan belum tampak. Penambahan kasus positif Covid-19 terus melonjak setiap hari dan terus mencatatkan rekor baru.
Selasa (13/7/2021), tercatat 47.899 kasus baru Covid-19. Adapun pasien yang meninggal bertambah 864 orang, sedangkan yang sembuh 20.123 orang. Sehari sebelumnya, Senin (12/7/2021), kasus positif baru tercatat 40.427 orang dengan 891 pasien meninggal dan 34.754 sembuh.
Sementara itu, vaksinasi mulai melambat. Pada Minggu (11/7/2021), hanya 73.943 suntikan dosis pertama dan 42.018 suntikan dosis kedua yang dilakukan. Kemudian pada Senin (12/7/2021), vaksinasi juga hanya dilakukan pada 101.172 orang untuk dosis pertama dan 25.120 orang untuk dosis kedua. Selasa (13/7/2021), vaksinasi sedikit meningkat dengan penambahan 546.416 orang yang sudah mendapatkan dosis pertama dan 154.530 orang untuk dosis kedua.
Vaksinasi ini jauh dari target yang disampaikan Presiden. Sudah sejak lama, Presiden Jokowi meminta vaksinasi dipercepat dengan target 1 juta penyuntikan per hari. Hal ini dinilai bisa dilakukan karena persediaan vaksin sudah cukup banyak. Sementara bulan-bulan berikut, target dinaikkan menjadi dua sampai tiga juta penyuntikan perhari.
Salah satu upaya mendorong percepatan vaksinasi adalah vaksinasi dari rumah ke rumah. Deputi I BIN Mayjen Agus Yusni menjelaskan, vaksinasi dari rumah ke rumah di RT 006 RW 007 Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasarebo, Jakarta, dilakukan untuk mengetahui warga yang berminat divaksin, tetapi terkendala jarak dan akses. Vaksinasi pun langsung dilakukan di rumah warga. Selain itu, kemungkinan adanya penyakit penyerta bisa sekaligus diidentifikasi.