Infrastruktur Mesti Sinergikan Kepentingan Ekonomi, Sosial, dan Ekologi
Infrastruktur merupakan jantung dari aktivitas ekonomi. Infrastruktur juga menjadi media yang mempertemukan warga dengan fasilitas publik pokok, khususnya untuk pendidikan dan kesehatan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Infrastruktur mesti dipandang bukan semata dari dimensi ekonomi. Nisbah infrastruktur terhadap isu sosial juga bernilai penting. Hal ini termasuk peran infrastruktur dalam interaksi antarwarga, akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta perbaikan wilayah yang selama ini tidak terjangkau sehingga lebih memunculkan isu keadilan.
Proporsi peran infrastruktur terhadap isu sosial tersebut bernilai sama, bahkan lebih penting dibandingkan dengan dimensi ekonomi pada tahap awal. Pendalaman lebih lanjut dan skala prioritas mengenai hal yang mesti diutamakan diperlukan sehingga kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologi tidak saling bertubrukan atau memunggungi.
”Saya tahu itu tidak gampang, tetapi dalam beberapa hal dan bukti menunjukkan kalau itu dilakukan dengan cara yang cermat dapat dicapai bersama,” kata Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika saat memberi tanggapan pada diskusi terbatas bertajuk ”Pembangunan Infrastruktur di Papua: Merajut Konektivitas, Membuka Aksesibilitas,” yang digelar secara daring, Selasa (29/6/2021).
Hadir sebagai narasumber pada diskusi tersebut Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Hubungan Antarlembaga Buyung Lalana, Direktur Pembangunan Jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Herry Vaza, Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani, serta akademisi Universitas Parahyangan, Yulia Indrawati Sari.
Saat membuka diskusi, Erani mengatakan bahwa pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Selain membuat koordinasi dan pemantauan pelaksanaan pembangunan di kedua provinsi tersebut, pemerintah juga ingin menambah bobot perencanaan dan inisiasi program-program tahun ini dan mendatang.
”Inpres (9/2020) tadi sebetulnya menjadi bagian utuh dari keseluruhan tema besar pembangunan yang diusung oleh pemerintah, khususnya mulai tahun 2014 akhir atau 2015 awal, yakni mengenai penguatan atau ekspansi kapasitas ekonomi,” ujar Erani.
Erani mengatakan, pemerintah mendorong kapasitas ekonomi menggunakan dua kaki, yaitu di sisi penawaran dan sisi permintaan. Ada tiga hal yang ditegakkan di sisi penawaran tersebut, yakni pembangunan infrastruktur, peningkatan produktivitas manusia, dan deregulasi. Ketiga hal ini dilakukan konsisten selama sekitar 5-6 tahun terakhir.
Kemudian dari sisi permintaan, lanjut Erani, pemerintah berupaya agar kebijakan fiskal makin inklusif, memberikan penguatan bagi golongan menengah ke bawah dengan berbagai macam kebijakan proteksi sosial. Di luar itu, ada kebijakan-kebijakan khusus yang dilakukan pemerintah untuk memastikan agar ada peningkatan daya beli.
Oleh karena itu, dirancang sekian banyak program-program untuk bisa mengangkat daya beli masyarakat, apalagi pada masa pandemi Covid-19. ”Hal terakhir dari demand site economy (ekonomi di sisi permintaan) adalah membuka akses dan menambah aset untuk mendorong keadilan ekonomi,” katanya.
Pembangunan infrastruktur, menurut Erani, secara ekonomi akan membuka kanal-kanal kegiatan investasi, produksi, yang terhambat karena kesulitan untuk bisa menjangkau geografi lebih luas pada jalur-jalur potensi ekonomi. Pembangunan infrastruktur juga akan membuat rantai pasok ekonomi bisa berjalan secara ideal.
Infrastruktur merupakan jantung dari aktivitas ekonomi. Infrastruktur juga menjadi media yang mempertemukan warga dengan fasilitas publik pokok, khususnya untuk pendidikan dan kesehatan.
Infrastruktur, baik di desa maupun kota, merupakan jantung dari aktivitas ekonomi. Infrastruktur akan memompa kegiatan ekonomi dengan lebih cepat. ”Di luar itu, infrastruktur juga menjadi media yang mempertemukan antara warga dan fasilitas publik pokok yang akan menjadi daya dorong bagi penguatan kapasitas, khususnya untuk pendidikan dan kesehatan,” kata Erani.
Prioritas
Pada sesi pemaparan materi, Buyung Lalana mengutip arahan Presiden Joko Widodo terkait dengan pengembangan wilayah timur Indonesia. Daerah pinggiran menjadi prioritas. Papua, Papua Barat, dan kawasan timur Indonesia kini menjadi perhatian utama. Berbagai ketimpangan pembangunan infrastruktur di kawasan timur Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Maluku, agar diberikan upaya penyelesaian secara maksimal.
Buyung menuturkan, fokus utama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) adalah terkait dengan konektivitas nasional, kinerja pelayanan, dan keselamatan transportasi. Kesemuanya tertuang dalam Rencana Strategis Kemenhub tahun 2020-2024.
Pembangunan daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan terluar menjadi agenda prioritas. Targetnya adalah 7,8 persen pertumbuhan ekonomi di Papua dan penurunan tingkat kemiskinan tahun 2024 di Papua menjadi 19 persen, Maluku 9,4 persen, dan Nusa Tenggara 13,7 persen.
Terkait dengan pencapaian, Buyung, antara lain, mengatakan bahwa total pelabuhan yang dibangun selama tahun 2015-2020 di Papua dan Papua Barat sebanyak 10 pelabuhan.
Ada pula jembatan udara sebagai pelaksanaan angkutan udara kargo dari bandar udara ke bandar udara lainnya dan/atau dari bandar udara ke bandar udara di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan. Jembatan udara ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu angkutan udara perintis kargo dan subsidi angkutan udara kargo.
”Konektivitas multimoda wilayah Papua dan Papua Barat melalui trayek tol laut, subsidi darat, dan jembatan udara menjadi salah satu capaian konektivitas dan aksesibilitas dalam mendukung pembangunan di Pulau Papua,” ujar Buyung.
Koordinasi
Buyung mengatakan, tantangan tindak lanjut ke depan di Papua dan Papua Barat adalah medan yang sulit, kondisi keamanan, masih rendahnya sumber daya manusia, dan koordinasi kelembagaan yang harus terus ditingkatkan. ”Transportasi laut, transportasi darat, dan jembatan langit berperan penting dalam mendorong kesejahteraan saudara-saudara kita di Papua dan Papua Barat,” katanya.
Terkait dengan paparan tersebut, Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani mengatakan, pihaknya bersyukur bahwa di Papua Barat relatif aman dan tidak ada gangguan terhadap pekerja di lapangan. ”Kalau rendahnya SDM, barangkali, ini kondisi yang kita hadapi. Tetapi, catatan saya berikutnya adalah koordinasi kelembagaan yang memang perlu untuk ditingkatkan,” katanya.
Mohamad Lakotani mengharapkan saran dan masukan dari pemerintah daerah diperhatikan agar pembangunan ruas-ruas jalan diprioritaskan pada yang memiliki dampak signifikan terhadap kesejahteraan atau peningkatan ekonomi masyarakat.
Pihaknya memahami bahwa di tengah pandemi Covid-19, sumber-sumber pembiayaan banyak terkuras untuk kegiatan penanganan pandemi.
”Kami tahu, kami sadar, bahwa banyak dana atau alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur juga terkuras untuk (penanganan pandemi) itu. Oleh karena itu, barangkali, dengan keterbatasan pembiayaan karena refocusing ini, kami ingin diajak bicara supaya kemudian ada arahan dari kepala daerah sehingga ruas-ruas benar-benar penting dan bernilai strategis menjadi prioritas,” kata Mohamad Lakotani.