Sebenarnya, pendekatan Papua itu harus hati ke hati. Pendekatan kultural itu jauh lebih bisa diterima oleh rakyat Papua.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
”Hitungan saya hari ini adalah yang ke-13 kali ke tanah Papua, mungkin yang lain hanya dua, tiga, atau empat kali, saya sudah 13 kali. Terjemahkan sendiri artinya apa,” kata Presiden Joko Widodo menjawab pertanyaan wartawan seusai meresmikan Jembatan Youtefa di Kota Jayapura, Papua, Senin (28/10/2019).
Demikian publikasi terkait perhatian Presiden Jokowi bagi Papua yang dapat ditelusuri melalui laman Sekretariat Kabinet. Kunjungan Presiden Jokowi yang sampai belasan kali ke Papua tersebut kembali diceritakan oleh Juru Bicara Presiden M Fadjroel Rachman saat menggelar tayangan langsung di Instagram @stafkhususpresiden_komunikasi bertajuk ”Yang Muda Yang Inspiratif bagi Papua Maju”.
Ajang perbincangan yang berlangsung ceria dan hangat pada Jumat (28/5/2021) kali ini menghadirkan tokoh muda Papua, Putri Nere. Putri yang bernama lengkap Augusthine Ariella Nere ini adalah Miss Papua 2005. Sebagian dari Anda mungkin masih teringat kiprah legenda sepak bola nasional era 1980-an Rully Nere? Nah, Putri Nere ini adalah anak beliau.
Pada perbincangan seru yang berlangsung selama hampir satu jam tersebut, Putri Nere mengungkapkan kegembiraannya ketika ditanya terkait fokus dan perhatian khusus Presiden Jokowi terhadap kemajuan dan pembangunan bagian timur Indonesia, termasuk Papua dan Papua Barat. ”Tentunya sangat senang sekali. Kita, sih, excited banget karena Pak Jokowi mempunyai hati yang luar biasa untuk Papua,” katanya.
Putri Nere pun mengingat kehadiran Jokowi pada Perayaan Natal Bersama Nasional di Papua yang dinilainya menunjukkan perhatian luar biasa dan khusus bagi Papua. ”Bisa dibilang, Papua sangat menaruh hati juga untuk Pak Jokowi,” ujarnya.
Tak terkecuali ketika Presiden Jokowi mengendarai motor trail saat meninjau jalan trans-Papua di Wamena. Langkah Presiden Jokowi yang langsung turun ke jalan dan berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dinilainya menunjukkan perhatian yang tulus dan tidak pandang bulu.
Sebagai gambaran, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional beberapa waktu lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengunggah tampilan Instagram mengenai pembangunan infrastruktur. Manfaat pembangunan infrastruktur harus dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, tak terkecuali masyarakat Papua dan Papua Barat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat, infrastruktur dimaksud antara lain jalan trans-Papua sepanjang 3.534 kilometer (km), jalan perbatasan Papua 1.098 km, dan Jembatan Youtefa sepanjang 1,3 km. Infrastruktur tersebut memberikan manfaat penting bagi masyarakat Papua, yakni membuka keterisolasian wilayah dan meningkatkan akses serta konektivitas.
Selain infrastruktur, menurut Putri, hal yang perlu diprioritaskan untuk mendukung pembangunan Papua adalah pendidikan. Pendidikan adalah kunci utama untuk sukses dan kunci membangun sumber daya manusia (SDM) Papua. ”Tapi, tentunya itu juga disesuaikan dengan kultur, daerah, dan keunggulan yang dimiliki Papua,” ujarnya.
Dia mencontohkan, makanan utama Papua adalah sagu. Papua juga memiliki komoditas gaharu. Terkait hal itu, bisa dibangun sekolah yang dapat mengajarkan anak didik mengenai cara memproduksi, mengolah, dan memasarkan kedua komoditas tersebut.
Putri Nere menuturkan, anak muda Papua memiliki potensi luar biasa, terutama di bidang seni budaya dan olahraga. Seperti diketahui, selama ini banyak seniman dan atlet olahraga terkenal dari Papua. ”Sekarang muncul juga potensi-potensi lain, seperti teman saya, Billy Mambrasar, yang juga staf khusus milenial. Kemudian juga di bidang pendidikan, bidang teknologi, sekarang banyak (anak muda Papua) yang berkuliah di luar, seperti di Harvard,” ujarnya.
Papua Muda Inspiratif
Putri mengatakan, dirinya bersama beberapa anak muda Papua lainnya berkumpul di Papua Muda Inspiratif. Papua Muda Inspiratif yang didirikan 21 orang tersebut bersinergi membangun Papua sesuai bidang masing-masing. Mereka ingin memberi inspirasi bahwa anak muda Papua tidak kalah dengan anak muda yang lain.
”Mereka punya potensi yang luar biasa. Mereka punya semangat yang luar biasa. Memang, ya, itu, kita hanya minta diberikan kesempatan oleh pemerintah untuk berkarya seluas-luasnya di segala bidang,” kata Putri Nere.
Papua membutuhkan dukungan dan afirmasi positif dari pemerintah. Tak lupa, Putri Nere mengingatkan bahwa media massa juga punya tugas memberikan informasi positif tentang Papua.
”Sebenarnya, pendekatan Papua itu harus hati ke hati. Pendekatan kultural itu jauh lebih bisa diterima oleh rakyat Papua. Karena Papua itu, kan, sebetulnya, hidupnya itu memang ada tiga kunci yang menurut saya penting, yakni agama, seni budaya, dan olahraga. Orang Papua kalau sudah soal itu, sudah, deh,” ujar Putri Nere.
Sebenarnya, pendekatan Papua itu harus hati ke hati. Pendekatan kultural itu jauh lebih bisa diterima oleh rakyat Papua.
Putri memberi ilustrasi menarik. Sebelum pandemi Covid-19, ketika Persipura, tim sepak bola kebanggaan Papua, bermain, kantor bisa libur karena pegawainya menonton di Stadion Mandala, Jayapura. Mereka sangat mencintai sepak bola.
Kecintaan pun diberikan pada seni budaya, tari, dan menyanyi. Setiap aspek kehidupan orang Papua itu seni. ”(Ada) Orang meninggal, mereka menangis, itu pun sudah kayak irama, lantunan lagu. Terus setiap kayak memanen sagu pun ada tariannya, ada nyanyiannya, ada budayanya. Surga kecil jatuh ke dunia, memang,” kata Putri sembari renyah tertawa.
Menyambung penuturan Putri, Fadjroel pun mengisahkan ketika dirinya menemani Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Papua. ”Pas turun pertama, diajak menari. Pak Jokowi pun ikut menari. Saya ikut menari juga. Itu luar biasa, semuanya ikut menari,” kata Fadjroel.
Fadjroel menuturkan, semua merasa disambut sebagai saudara. ”Presiden pun memperlakukan diri beliau bukan sebagai Presiden karena semua masyarakat Papua menganggap beliau saudara, begitu. Jadi, menari saja bersama-sama. Presiden, karena orangnya egaliter, merakyat, jadi juga seperti tidak lagi melihat mengenai jabatan. Mereka larut dalam suasana itu,” katanya.
Ketika kita diperlakukan sama dengan orang-orang di sekitar kita, itu asyik banget. Itu Papua, luar biasa.
Presiden, lanjutnya, seperti diajak kembali ke dalam lingkungan keluarga besar yang tidak ada lagi perbedaan-perbedaan jabatan dan segala macam. Hal yang dirasakan Fadjroel benar-benar menyentuh hati. ”Jadi, kami betul-betul diperlakukan sebagai saudara. Itu yang membuat saya sendiri agak berkaca-kaca dan merinding sebenarnya. Ketika kita diperlakukan sama dengan orang-orang di sekitar kita, itu asyik banget. Itu Papua, luar biasa,” katanya.