Tim Pencari KRI Nanggala Temukan Obyek dengan Kemagnetan Tinggi
Tim menemukan obyek dengan kemagnetan yang tinggi di kedalaman 50-100 meter dan dalam kondisi melayang. KRI Rigel dan KRI Pulau Rimau akan memverifikasi obyek ini. Harapannya, obyek itu merupakan KRI Nanggala.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Tim pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 menemukan satu obyek dengan tingkat kemagnetan tinggi di kedalaman 50-100 meter, di perairan utara Bali. Temuan tersebut diharapkan adalah KRI Nanggala yang hilang sejak Rabu (21/4/2021) pagi.
Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat jumpa pers, di Badung, Bali, Kamis (22/4/2021), mengatakan, hingga siang ini tim gabungan dari unsur TNI, Polri, Badan SAR Nasional, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi terus melakukan upaya pencarian dan pertolongan KRI Nanggala Bantuan bahkan juga akan datang dari Singapura, Malaysia, dan Australia.
TNI akan terus melaksanakan pencarian dan pertolongan dengan mengerahkan seluruh kemampuan agar bisa membawa seluruh awak kapal kembali dengan selamat. ”Mari kita sama-sama berdoa semoga prajurit dalam kondisi selamat dan segera ditemukan,” katanya.
Selain Hadi, hadir dalam konferensi pers tersebut Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono.
Yudo mengatakan, dalam kondisi blackout persediaan oksigen di kapal selam itu masih bisa menyuplai kebutuhan bagi kru hingga 72 jam. Dengan demikian, persediaan oksigen untuk kru KRI Nanggala masih bisa bertahan hingga Sabtu pagi karena kontak terakhir sebelum menyelam adalah Rabu (21/4/2021) pukul 03.46.
”Mudah-mudahan bisa segera ditemukan dan cadangan oksigen masih ada,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kapal selam produksi Jerman tahun 1979 itu ditengarai mengalami blackout saat penyelaman sehingga kapal tersebut diperkirakan jatuh di palung, di kedalaman sekitar 700 meter dari permukaan laut.
Ia menjelaskan, sebelum kapal selam buatan Jerman tahun 1979 tersebut tenggelam, kapal dipastikan dalam kondisi laik beroperasi. Kapal juga disebutnya pernah menjalani perawatan besar di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Korea Selatan, pada 2006 dan 2011. Kemudian kapal terakhir kali menjalani perawatan di PT PAL, Surabaya pada Januari 2020.
Terkait temuan tumpahan minyak di sekitar lokasi diduga hilangnya KRI Nanggala, lanjut Yudo, ada dua kemungkinan. Pertama, tangki bahan bakar bocor. Kedua, bahan bakar sengaja dibuang oleh awak kapal selam agar kapal selam seberat 1.395 ton itu bisa mengapung seandainya masih menyelam di kedalaman 50-100 meter.
Adapun temuan pergerakan benda di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot diketahui adalah rumpon bawah laut, sehingga kemagnetannya sangat lemah.
Namun, pagi tadi, tim menemukan obyek dengan kemagnetan yang tinggi di kedalaman 50-100 meter. Obyek pun dalam kondisi melayang. Temuan itu akan segera diverifikasi oleh KRI Rigel dan KRI Pulau Rimau.
”Mudah-mudahan nanti sore bisa kita menggunakan multibeam echosounder yang sekarang kita pasang di KRI Pulau Rimau 724, portable, dan nanti sore mudah-mudahan KRI Rigel juga bisa datang nanti bisa dirinci lagi sehingga bisa kelihatan di situ yang tadi ditemukan kemagnetannya tinggi. Mudah-mudahan kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala,” katanya.
Untuk diketahui, KRI Rigel merupakan kapal survei hidrografi TNI AL. Kapal survei paling canggih di kawasan Asia Tenggara itu dilengkapi sejumlah fasilitas seperti dua kapal selam mini untuk survei, yaitu kapal selam nirawak (AUV) dan robot bawah laut (ROV). Dua kapal survei ini juga punya sensor dengan sonar, yaitu single and multibeam echo sounders dan subbottom profiler. Kapal ini pernah dilibatkan saat pencarian pesawat Sriwijaya Air yang jatuh Januari lalu.
Adapun KRI Pulau Rimau merupakan kapal perang penyapu ranjau.
Yudo menuturkan, KRI Nanggala adalah salah satu alat utama sistem persenjataan TNI yang, menurut rencana, mengikuti Latihan Penembakan Torpedo di perairan utara Bali. Akibat kejadian ini. latihan yang direncanakan diikuti oleh 21 KRI, 2 kapal selam, dan 5 pesawat udara ditunda dan dikonsentrasikan untuk pencarian KRI Nanggala.
”Negara-negara yang punya kapal selam akan membantu pencarian karena ini sudah menjadi kesepakatan bahwa siapa pun yang mengalami kedaruratan wajib memberikan bantuan,” tuturnya.