Saat Teror di ”Jantung” Aparat Keamanan Terjadi...
Untuk kesekian kalinya kantor polisi diserang terduga teroris. Kemarin petang, ”jantung”, korps Polri pun diserang. Seorang perempuan, yang kemudian diketahui bernama Zakiah Aini (25), masuk dan menembakkan senjatanya.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·4 menit baca
Puluhan polisi bersenjata lengkap tengah berjaga ditemani kendaraan taktis. Mata mereka mengawasi setiap aktivitas yang terjadi di seketarnya. Meski Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, tetap ramai dilintasi kendaraan, terasa suasana tegang dan mencekam di tengah guyuran hujan.
Ya, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia diserang. Seorang perempuan, yang kemudian diketahui bernama Zakiah Aini (25), warga Ciracas, Jakarta Timur, menembakkan senjata ke aparat keamanan yang berada di Mabes Polri. Ia menebar teror langsung ke jantung aparat keamanan.
Mengenakan pakaian hitam dan berjilbab biru, Zakiah diketahui masuk ke kompleks Mabes Polri melalui pintu 3 Gedung Utama Mabes Polri, yang terletak di sisi belakang mabes. Ia masuk sekitar pukul 16.30. Melalui pintu itulah biasanya orang masuk ke kompleks Mabes Polri, termasuk bagi mereka yang bukan anggota Polri. Sementara pintu gerbang depan Mabes Polri yang mengarah ke Jalan Trunojoyo hanya dibuka untuk keperluan tertentu.
Ketika ditanya petugas, perempuan kelahiran Jakarta pada 14 September 1995 itu beralasan hendak menyerahkan surat ke Sekretariat Umum (Setum) Polri. Setelah masuk, pelaku justru berjalan ke arah penjagaan utama Mabes Polri yang berada di sisi depan Mabes Polri, dan bukan ke kantor Setum Polri. Di sana, pelaku bertemu petugas jaga yang kemudian mengarahkannya ke Setum Polri.
Ketika ditanya petugas, perempuan kelahiran Jakarta pada 14 September 1995 itu beralasan hendak menyerahkan surat ke Sekretariat Umum (Setum) Polri. Setelah masuk, pelaku justru berjalan ke arah penjagaan utama Mabes Polri yang berada di sisi depan Mabes Polri, dan bukan ke kantor Setum Polri. Di sana, pelaku bertemu petugas jaga yang kemudian mengarahkannya ke Setum Polri.
Belum sampai ke Setum Polri, pelaku kembali dan mendekati pos penjagaan utama Mabes Polri. Pelaku kemudian mengeluarkan senjata berjenis pistol dan menembakkannya ke petugas yang berada di sana. Pelaku tidak hanya mengarahkan pistol ke petugas di pos penjagaan, juga ke petugas yang berada di arah Gedung Bareskrim Polri.
Sementara petugas bersenjata laras panjang mencoba mendekati pelaku dari arah belakang. Beberapa saat kemudian, terdengar suara tembakan, dor, dor. Pelaku jatuh tersungkur. Aparat yang telah berada di sekitar lokasi melumpuhkan pelaku. Senjata berjenis pistol beserta sebuah map berwarna kuning tergeletak di dekatnya.
Tidak berapa lama, Tim Jihandak Gegana Mabes Polri memeriksa kondisi jenazah terduga teroris untuk memastikan tidak ada bahan peledak. Sementara Tim Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis) Mabes Polri melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Sesaat kemudian, kompleks Mabes Polri disterilkan. Tidak ada orang yang dapat masuk atau keluar kompleks Mabes Polri. Petugas bersenjata lengkap dan kendaraan taktis berdatangan. Sebagian petugas memeriksa setiap sudut di dalam kompleks Mabes Polri. Sementara sebagian yang lain menyisir di luar.
Jalan di sisi belakang kompleks Mabes Polri, yakni Jalan Raden Patah, ditutup untuk umum. Petugas menyisir sekeliling kompleks Mabes Polri, termasuk mendatangi dan memeriksa identitas setiap orang yang berada di sana. Saat itu beredar informasi di kalangan wartawan bahwa pelaku ada lebih dari satu orang.
Petugas juga mendatangi wartawan yang berada di bawah jalan layang khusus Transjakarta di Jalan Trunojoyo. Di situ adalah posisi terdekat bagi wartawan dengan TKP atau lokasi pelaku tertembak.
”Rekan-rekan saling kenal, kan? Tolong pastikan saling mengenal. Jangan ada penyusup,” kata seorang petugas kepada para jurnalis yang memantau situasi pascaserangan seorang teroris tersebut.
Di sekitar Mabes Polri, petugas memeriksa setiap orang yang berada di sana. Petugas juga meminta mereka mengeluarkan kartu identitas. Sementara petugas lain melakukan patroli dengan mengendarai kendaraan roda dua.
Serangan ke Mabes Polri mengingatkan peristiwa dua tahun lalu saat terjadi bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Medan, Sumatera Utara, Senin (18/11/2019) pagi. Total 30 tersangka telah ditangkap menyusul bom bunuh diri saat itu (Kompas, 18/11/2019).
Juga penusukan dua anggota Brigade Mobil Polri seusai shalat di Masjid Falatehan, Jalan Palatehan Nomor 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/6/2021). Insiden terjadi sekitar pukul 19.40 di masjid yang berada di seberang Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, yang kini diserang kembali oleh seorang terduga teroris perempuan (Kompas, 30 Juni 2017).
(Pelaku) melakukan penyerangan ke pos jaga dan melakukan penembakan sebanyak enam kali, dua kali ke anggota di dalam pos, dua kali di luar, dan menembak lagi dua kali ke anggota yang berada di belakangnya. Terhadap tindakan tersebut dilakukan tindakan tegas terukur pada yang bersangkutan.
Sekitar empat jam setelah kejadian, pertanyaan publik mulai terjawab. Menurut Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, pelaku penyerangan bertindak sendirian atau lone wolf. Dia berhasil masuk ke kompleks Mabes Polri dengan alasan membutuhkan pelayanan petugas. Setelah berada di dalam, pelaku kemudian menyerang petugas.
”(Pelaku) melakukan penyerangan ke pos jaga dan melakukan penembakan sebanyak enam kali, dua kali ke anggota di dalam pos, dua kali di luar, dan menembak lagi dua kali ke anggota yang berada di belakangnya. Terhadap tindakan tersebut dilakukan tindakan tegas terukur pada yang bersangkutan,” kata Listyo.
Pascapenyerangan di Mabes Polri, Listyo memerintahkan jajarannya agar tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti biasa. Namun, Listyo juga meminta agar kewaspadaan dan pengamanan di markas polisi maupun ketika di lapangan ditingkatkan. Sebab, tidak bisa dimungkiri, jantung aparat keamanan sempat dicekam teror selama beberapa saat.