Aksi bom bunuh diri yang terjadi di depan gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu Palma ini mengejutkan. Presiden Jokowi menyebut aksi terorisme sebagai kejahatan kemanusiaan yang menyalahi ajaran agama.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menyebut aksi terorisme yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi, sebagai kejahatan kemanusiaan. Tidak ada agama yang membolehkan kekejian seperti ini. Karena itu, Presiden mengajak semua masyarakat untuk bersama-sama memerangi terorisme dan radikalisme.
”Saya mengajak semua anggota masyarakat untuk bersama-sama memerangi terorisme dan memerangi radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa kita yang menjunjung tinggi ketuhanan dan kebinekaan,” ujar Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers yang disampaikan secara daring dari Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Bogor, Minggu sore.
Aksi bom bunuh diri terjadi di depan gerbang Gereja Katedral Makassar pada peringatan Minggu Palma. Akibat aksi terorisme ini, seorang meninggal, yakni pelaku, dan sembilan lainnya luka-luka. Para korban luka adalah petugas gereja dan jemaat. Mereka kini dirawat di rumah sakit.
Presiden Joko Widodo pun mengecam keras aksi tersebut. Presiden juga memerintahkan Kepala Polri untuk mengusut tuntas jaringan pelaku serta membongkar jaringan sampai ke akar-akarnya. Dia juga meyakinkan bahwa semua aparat keamanan di negeri ini tidak akan membiarkan aksi terorisme seperti itu.
Saya mengajak semua anggota masyarakat untuk bersama-sama memerangi terorisme dan memerangi radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa kita yang menjunjung tinggi ketuhanan dan kebinekaan.
”Saya minta masyarakat tetap tenang menjalankan ibadah karena negara menjamin keamanan umat beragama untuk beribadah tanpa rasa takut,” lanjutnya.
Namun, aksi terorisme yang menyasar rumah ibadah terjadi di mana-mana sebelum ini. Di Surabaya, pelaku bom bunuh diri menyerang tiga gereja di Surabaya pada Minggu, 13 Mei 2018. Saat itu, para pelaku yang terdiri atas satu keluarga meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno. Serangan bom juga pernah terjadi di Wihara Ekayana Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat, pada 4 Agustus 2013.
Mengatasi terorisme dan radikalisme, Presiden mengajak masyarakat bersama-sama memeranginya. Hal ini dinilainya bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang berketuhanan dan ber-Bineka Tunggal Ika.
Presiden juga mendoakan para korban luka agar cepat sembuh. Negara, katanya, menjamin semua biaya pengobatan para korban.
Bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar ini juga mengundang kecaman dan keprihatinan para pemimpin agama. Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas menyebut aksi terorisme seperti itu tidak bisa ditoleransi. Sebab, tindakan keji seperti itu tidak manusiawi dan melanggar nilai ajaran agama mana pun.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti juga menyampaikan keprihatinan atas kejadian di Gereja Katedral Makassar. ”Siapa pun pelakunya dan apa pun motifnya, tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran semua agama dan hukum negara. Polisi hendaknya mengusut tuntas identitas pelaku,” tuturnya kepada Kompas.
PP Muhammadiyah juga mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh berbagai isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat juga diminta untuk memercayai kepolisian dan tidak melakukan tindakan main hakim sendiri. Namun, kepolisian diharap meningkatkan keamanan dan pengamanan fasilitas publik, khususnya tempat-tempat ibadah, agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di Tanah Air.
Siapa pun pelakunya dan apa pun motifnya, tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran semua agama dan hukum negara. Polisi hendaknya mengusut tuntas identitas pelaku.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini mengecam kejadian tersebut serta menegaskan kekerasan bukanlah ajaran agama mana pun. Sebab, setiap agama mengajarkan cinta kasih kepada sesama. Islam pun mengajarkan nilai-nilai toleransi dalam beragama dan menebarkan perdamaian.
Dia mengajak para pemuka agama untuk lebih proaktif menyebarkan gerakan melawan ekstremisme dan radikalisme. Masyarakat diminta tetap tenang dan menyerahkan penanganan kasus kepada kepolisian.
Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) juga mengecam segala bentuk teror dan meminta kepolisian mengejar sel jaringan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Ketua Umum PP GMKI Jefri Gultom mengajak masyarakat untuk tidak terprovokasi dan tidak menyebarkan konten-konten yang menimbulkan rasa takut di masyarakat.