Tokoh Makassar yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla mengecam keras aksi bom bunuh diri di Katedral, Makassar. Adapun Jubir Wapres Ma’ruf Amin, Masduki Baidlowi, menilai pelaku menyalahi pemahaman agama.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tokoh Makassar dan Indonesia Timur, yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla mengecam keras aksi bom bunuh diri di depan Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi. Aksi teror itu tidak bisa dibenarkan dalam agama apa pun.
”Saya mengecam keras aksi peledakan bom tersebut dan menyatakan turut berbelasungkawa kepada korban yang tidak berdosa ataupun keluarganya. Saya juga berharap agar aparat keamanan dapat segera mengungkap motif dan menangkap jaringan pelakunya,” kata Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia dari kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta, Minggu (28/3/2021) siang.
Selain menyampaikan simpati dan belasungkawa kepada korban, JK juga berharap aparat keamanan segera mengusut motif pelaku. Selain itu, jaringan pelaku teroris perlu diusut tuntas.
Saya mengecam keras aksi peledakan bom tersebut dan menyatakan turut berbelasungkawa kepada korban yang tidak berdosa ataupun keluarganya. Saya juga berharap agar aparat keamanan dapat segera mengungkap motif dan menangkap jaringan pelakunya.
JK yang juga Ketua Palang Merah Indonesia menegaskan, segala bentuk teror tidak boleh ditoleransi. Aksi teror tidak dibenarkan dalam agama apa pun.
”Kita tidak bisa memberi toleransi pada segala bentuk teror karena dalam agama apa pun tindakan itu tidak dibenarkan,” katanya.
Salahgunakan pemahaman agama
Secara terpisah, Juru Bicara Wapres Ma’ruf Amin, Masduki Baidlowi, juga menilai pelaku teror di Gereja Katedral Makassar menyalahgunakan pemahaman agama.
”Ini tindakan tidak bertanggung jawab, menyalahgunakan pemahaman agama, dan salah besar. Saya harap pihak kepolisian segera mencari tahu pelaku, dalang, dan latar belakangnya segera diungkap,” ujarnya.
Masduki juga meminta masyarakat tidak berspekulasi dan menimbulkan kekeruhan di media sosial. Dia berharap masyarakat menyerahkan semuanya kepada kepolisian.
Ini tindakan tidak bertanggung jawab, menyalahgunakan pemahaman agama, dan salah besar. Saya harap pihak kepolisian segera mencari tahu pelaku, dalang, dan latar belakangnya segera diungkap.
Ledakan di Gereja Katedral Makassar yang terjadi pada peringatan Minggu Palma ini menyebabkan seorang meninggal, yaitu pelaku bom bunuh diri, dan melukai sembilan orang lainnya. Para korban luka adalah petugas gereja dan empat jemaat. Kesembilan korban kini dirawat di rumah sakit.
Dalam siaran pers Kuria Keuskupan Agung Makassar disampaikan, beberapa umat terluka dan kini sedang dirawat. Adapun Uskup dan para pastor di Katedral dan Keuskupan Makassar dalam keadaan baik.
Para pastor dan seluruh umat diminta tetap tenang dan waspada. Kasus ini dipercayakan sepenuhnya kepada otoritas yang berwenang. Adapun untuk Paroki Katedral Makassar, misa Minggu Palma siang dan malam hari dibatalkan.
Serangan bom bunuh diri juga pernah terjadi hampir serentak, Minggu pagi sekitar pukul 07.00, di tiga lokasi yang berbeda di Surabaya, Jawa Timur. Serangan terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno. Korban meninggal terbanyak terjadi di Gereja Santa Maria. Aksi bom bunuh diri itu menimbulkan kepanikan warga yang tengah dan akan mengikuti misa/kebaktian di gereja. Pelaku diduga dari satu keluarga, terdiri atas enam orang, yaitu ayah, ibu, dan keempat anaknya.
Minggu, sekitar pukul 21.00, kembali terdengar ledakan bom di satu unit rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Jalan Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo, Jatim. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Iqbal, unit rusunawa itu diduga didiami terduga teroris. Sejumlah orang terluka (Kompas, 14 Mei 2018)